Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label DEMOKRASI PIKIRAN LAWAN PIKIRAN BUKAN LAPOR OLISI. Show all posts
Showing posts with label DEMOKRASI PIKIRAN LAWAN PIKIRAN BUKAN LAPOR OLISI. Show all posts

Wednesday, June 8, 2022

13513. DEMOKRASI PIKIRAN LAWAN PIKIRAN BUKAN LAPOR POLISI

 

 


 

DEMOKRASI PIKIRAN LAWAN PIKIRAN BUKAN LAPOR POLISI

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

MENGEJA ALIF BA TA DEMOKRASI.

 

Pikiran mestinya dilawan dengan pikiran.

 

Negara kita dulu percaya.

Bahwa pikiran harus dikontrol sejak dini.

 

 Negara menentukan.

Apa yang boleh dibaca dan boleh dikatakan.

 

Lalu pemerintah mengadakan kewajiban penataran.

 

Sebagai dalih agar kelak bisa berkata,

”lni yang boleh dan ini yang tidak”.

Secara sepihak.”.

 

Tapi kita telah hentikan kekeliruan itu.

 

Demokrasi kita sebagai jiwa konstitusi UUD 1945.

Percaya perbedaan pendapat adalah berkah.

 

Sehingga “Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk berserikat, berkumpul, menyatakan pendapat baik lisan maupun tulisan”.

 

 

Konstitusi kita sekarang percaya.

Bahwa ide hanya bisa dilawan dengan ide.

 

 

Pikiran hanya bisa dilawan dengan pikiran.

 

Kekuasaan sebesar apa pun.

Tidak bisa memusnahkan pikiran.

 

 

Demikian hukum besi sejarah.

 

Pikiran selalu punya cara untuk menang.

Di depan kekuasaan sebesar apa pun.

 

 

Pikiran Nabi lbrahim.

 

Argumen pikiran melawan kekuasaan.

Kita dengar dalam sejarah.

Pemuda Ibrahim di depan Raja Namrudz.

 

 Ibrahim adalah pemuda Good Looking.

Yang cerdas.

Menanyakan tradisi menyembah berhala.

 

 Secara monumental agama samawi.

Yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam.

Menyebutnya “bapak monotheisme”.

 

Pikiran Nabi Muhammad.

 

Nabi Muhammad SAW.

Pemuda Good Looking dating.

Dengan ide “Islam” yang segar.

Di tengah gersang jahiliah.

 

 

Banyak orang tertarik.

 

Tapi kaum “mapan”.

Mencoba mematikannya.

Dengan kekuasaan.

 

 

Bahkan rencana pembunuhan dilakukan.

Dan juga perang.

 

Apa yang terjadi?

 

 Ide Islam bersemi.

Dan sampai sekarang.

Dia menjadi agama.

Yang terus berkembang.

 

 

Sehingga kita di Indonesia.

Menjadi pemeluk Islam terbesar di dunia.

 

 Ini karena ide.

 

Jika ide itu benar.

Maka ia tidak bisa dilawan.

 

 Kebenaran ide hanya bisa dilawan ide.

 

Dengan membuktikannya salah!

 

Pikiran Komunis.

 

Sekarang apa yang terjadi dengan komunisme?

 

 Ide komunisme mulai hilang di dunia.

 

Bukan karena diperangi.

 

 Tapi karena tidak benar.

 

 Di Amerika dan di semua negara demokrasi.

Ide komunis masih ada.

 

 

Tapi tidak bisa menang.

 

Karena idenya kalah dalam pertandingan.

 

Idenya salah!

 

Jika partai komunis di Indonesia.

Tidak melakukan pengkhianatan.

Maka PKI di Indonesia tidak akan dilarang.

 

 

Komunis akan mati dengan sendirinya.

 

Bahkan di negara yang partai komunis.

Masih menjadi nama para penguasanya.

 

Komunisme tinggal bungkus belaka.

 

Pikiran UUD 1945.

 

 

Maka, jalan kita dalam konstitusi UUD 1945.

Yaitu jalan pikiran.

 

 

Negara mengambil untung dari perbedaan pendapat.

 

Bahkan negara memfasilitasi perbedaan pendapat.

 

Dengan melindungi kebebasan berkumpul dan berserikat.

 

Apakah kalian sudah mengerti?

 

Apakah kalian susah mengerti?

 

Saya paham.

Jika banyak yang tidak mengerti.

 

 Karena demokrasi.

Yaitu ide yang susah.

Dan tidak mudah dipahami.

 

 

 Tapi setidaknya seandainya.

Para penguasa.

Mau mendengar saja.

 

 

 Tentu ceritanya beda.

 

Saya mohon maaf menulis soal-soal elementer ini.

 

Coretan kecil ini saya buat agar kaum intelektual.

 

Di samping Pak Menteri Agama.

Mulai mengeja kembali.

 

Alif ba ta dari demokrasi kita.

 

Takkan sulit jika kita mau.

 

 Terima kasih.

 

Oleh Fahri Hamzah.

 

(Sumber Twitter @fahrihamzah 8/9/2020)