Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label PERANG PARIT ZAMAN NABI MUHAMMAD. Show all posts
Showing posts with label PERANG PARIT ZAMAN NABI MUHAMMAD. Show all posts

Wednesday, February 12, 2025

39499. PERANG PARIT ZAMAN NABI MUHAMMAD

 





SEJARAH PERANG PARIT ZAMAN NABI MUHAMMAD

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

Tahun 627 Masehi.

Nabi UHmaad umur 58 tahun.

 

Bulan Syawal tahun 5 Hijriah.

Terjadi Perang Khandaq.

 

Atau Perang Parit.

Atau Perang Ahzab.

 

Umat Islam lawan pasukan gabungan.

Di utara Madinah.

Umat Islam dikeroyok pasukan koalisi.

 

Pasukan koalisi

Terdiri atas:

 

1)        Suku Quraisy.

2)        Suku Gathafan.

 

3)        Yahudi Bani Nadhir.

4)        Yahudi Qaynuqa.

5)        Dan suku lainnya.

 

Di kota Madinah.

Berdiam suku:

 

1)        Aus.

2)        Khazraj.

Disebut kaum Ansar.

 

3)        Yahudi Bani Qaynuqa.

4)        Yahudi Bani Nadhir.

5)        Yahudi Bani Quraizhah.

 

Rombongan  Mekah.

Hijrah ke Madinah.

Disebut kaum Muhajirin.

 

Kaum Muhajirin dan Ansar.

Penganut agama Islam.

 

Sebelumnya.

Yahudi Bani Qaynuka bersekutu Bani Khazraj, kaum Ansar.

Dalam Piagam Madinah.

 

Perjanjian umat Islam.

Dan kelompok Yahudi.

Sudah disepakati. 

 

Nabi mengusir Yahudi Bani Quraizhah.

Dari Madinah.

Sebab mereka melanggar perjanjian.

 

Bani Quraizhah tinggal di Khaibar.

Di luar kota Madinah.

 

Kelompok Yahudi Bani Nadhir.

Berkhianat pada Nabi.

 

Yahudi Bani Nadhir.

1)        Benci umat Islam.

2)        Pintar bisnis.

 

3)        Kuasai ekonomi.

4)        Tak pandai berperang.

5)        Suka berkhianat dan sekongkol.

 

Perang Badar selesai.

Pasukan Islam menang.

 

Pamor pasukan Islam tinggi.

 

Yahudi Bani Nadhir.

Melakukan segala cara.

 

Mengadu domba umat Islam.

Tapi tak berani perang langsung.

 

 Perang Uhud berakhir.

Pasukan Islam kalah.

 

Bani Nadhir tampakkan permusuhan dan berkhianat.

 

Menjalin hubungan dengan musuh Islam.

Melanggar perjanjian disepakati.

 

Mereka akan membunuh Nabi.

Tetapi, gagal.

 

Nabi mengusir mereka.

Keluar dari Madinah.

 

Pindah ke Khaibar.

Wilayah di luar Madinah.

 

 Yahudi Bani Nadhir dan Bani Quraizhah.

Dendam pada Nabi.

 

Mereka saling dukung.

Melawan umat Islam.

 

Mendatangi suku Quraisy di Mekah.

Suku Gathafan dan suku lainnya.

 

Usaha mereka berhasil.

Sekitar 10.000 pasukan gabungan.

Menuju Madinah.

 

Berangkat menyerang kaum muslim.

Jumlah pasukan muslim 3.000 orang.

 

      Nabi tahu gerakan musuh.

Nabi siap bertahan.

 

Menghadapi pasukan kafir.

Yang berjumlah lebih banyak.

 

      Salman Al-Farisi, berasal dari Persia.

 

Baru saja memeluk Islam.

Mahir dalam strategi perang.

 

Dia usulkan bangun “sistem pertahanan parit”.

 

Menggali parit atau khandaq.

Di sepanjang perbatasan utara Madinah.

Untuk hhambat pergerakan musuh.

 

      Salman berkata,

 

”Wahai Nabi, kebiasaan kami di Persia.

Jika kami diserang musuh.

Maka kami membuat parit.

 

Alangkah baiknya kita juga menggali parit.

Untuk menghalangi musuh.”

 

Nabi terima usul itu.

 

       Topologi wilayah Madinah.

Kondisi muka bumi di Madinah.

 

Sebelah timur.

Ada pegunungan.

Sulit dilewati kuda dan onta.

 

Sebelah barat.

Pegunungan bebatuan tajam.

 

Sebelah Selatan.

Penuh pohon kurma.

 

Sebelah Tenggara.

Benteng Yahudi suku Quraizhah.

 

Sebelah utara.

Berupa lapangan terbuka.

 

      Pasukan musuh pasti masuk lewat daerah utara.

Meskipun mereka datang dari selatan Madinah.

 

Medan perang di perbatasan utara Madinah.

 

      Nabi dan para sahabat.

Berkemah di utara Madinah.

 

Di bukit gunung Sala.

Kaum muslim menggali parit.

 

Untuk menahan pasukan musuh.

 

Ukuran parit.

Dalam 7 meter dan lebar 15 meter.

 

Nabi buat peta penggalian.

Membagi para penggali parit.

Sepanjang lebih 10 km.

 

Penggalian parit berlangsung 6 hari.

Dikerjakan tanpa berhenti.

 

Siang dan malam.

Bekerja tiada berhenti.

Sebab pasukan musuh dalam perjalanan.

 

      Jumlah pasukan kafir amat banyak.

Lebih banyak dibanding jumlah seluruh penduduk Madinah.

 

 Musuh bersenjata lebih lengkap.

Mereka siap menghancurkan Madinah.

 

      Waktu itu musim dingin.

Umat muslim kurang makanan.

 

Para sahabat mengganjal perutnya dengan batu.

Nabi juga mengganjal perutnya dengan dua buah batu.

Untuk menahan lapar.

 

      Nabi berdoa,

”Ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang lebih baik adalah kehidupan akhirat.

 

Ampuni kaum Ansar dan Muhajirin.

 

Mereka menjawab,

”Kami berbaiat kepada Nabi Muhammad.

Kami siap berjihad selama masih hidup.”

 

Nabi Muhammad terlibat langsung.

Menggali dan mengangkat bebatuan.

 

Tanah dan bebatuan galian ditaruh di sisi pasukan Nabi.

 

Bongkahan bebatuan diletakkan di depan pasukan Nabi.

Sebagai tameng pelindung.

 

Juga, sebagai senjata melawan musuh. Untuk melempari pasukan musuh.

 

Mukjizat Nabi Muhammad 1 tampah kurma cukup dimakan 1.000 orang.

 

      Jabir bin Abdullah melihat Nabi amat lapar.

Dia pulang ke rumah.

 

Menyembelih seekor domba kecil.

Isterinya memasak satu sak tepung gandum.

 

 

Selesai masak, Jabir membisiki Nabi.

Agar datang ke rumahnya.

Dengan beberapa sahabat saja.

 

Nabi berdiri di atas sebuah batu.

Mengumumkan pada sekitar 1.000 orang yang menggali parit.

 

“Wahai kaum Muhajirin dan Ansar.

Mari kita makan di rumah Jabir.”

 

Jabir terkejut dan pucat.

“Inna lillahi,” gumamnya.

 

Dia memasak hanya cukup beberapa orang saja.

 Tapi, Nabi mengajak semua orang yang berada di parit.

Sekitar 1.000 orang.

 

Jabir berlari pulang.

Menjumpai isterinya.

 

Mengabarkan Nabi akan datang.

Beserta semua orang.

 

Isterinya pucat,

”Nabi berpesan apa?”

 

Jabir menjawab,

“Tempat masakan, jangan disentuh.”

 

Sungguh aneh. Makanan yang sedikit.

Cukup dimakan 1.000 orang.

 

 Tiap 10 orang gantian masuk.

Makan sampai kenyang.

 

Selama penggalian parit.

Sudah 3 hari tidak makan.

 

Juga, untuk isi perut 3 hari berikutnya.

 

Semuanya sudah kenyang.

Makanan masih bersisa.

Sungguh ajaib.

 

Salah satu mukjizat Nabi Muhammad.

Selama perang Khandaq.

 

Mukjizat kurma 1 tambah bagi 1.000 orang.

 

 Mukjizat makanan kurma. 

Nukman bin Basyir datang ke penggalian parit.

 

Membawa setangkup kurma.

Untuk diberikan ayah dan pamannya.

 

Dia lewat di dekat Nabi.

Nabi meminta kurma itu.

Nabi meletakkan kurma di atas selembar kain.

      Nabi memanggil semua orang untuk memakannya.

Semua orang sudah makan.

Ternyata, kurma masih bersisa.

 

Bahkan jumlahnya lebih banyak.

Sebagian tercecer keluar hamparan kain. Sungguh ajaib.

 

Mukjizat Nabi memecah batu besar.

 

Al-Barra berkata,

“Kami menggali parit.

 

Menemukan batu besar amat keras.

Tidak bisa dipecah.”

 

Kami melaporkan kepada Nabi.

Nabi turun mendekati batu.

Nabi mengangkat cangkul,

 “Bismillah, Allahu akbar.”

 

Dengan 3 kali pukulan.

Batu keras itu hancur berkeping-keping.

Luar biasa.

 

Nabi terus memberikan motivasi. Membangkitkan semangat juang.

 

Nabi tidak mau menyerah.

Meskipun jumlah pasukan kafir lebih banyak.

 

Wanita, anak-anak, dan para orang tua dimasukkan dalam benteng.

 

Dipindahkan ke tempat aman. 

 Sebelah tenggara Madinah.

Pengamanan diserahkan kepada Yahudi Bani Quraizhah.

 

Mereka terikat perjanjian dengan umat Islam.

Jika ada musuh dari luar Madinah.

Mereka berjanji saling melindungi.

 

      Pasukan “sekutu” tiba di Madinah.

Pasukan musuh terkejut.

Melihat pertahanan pasukan Islam.

 

Menghadapi parit yang dalam, lebar dan memanjang.

Menutup jalur utama masuk Madinah.

 

Pasukan “koalisi” sulit melewatinya.

Stategi perang yang belum pernah terjadi di jazirah Arab.

 

      Pasukan Quraisy berkemah di Rumat.

 

Sekitar 4.000 orang.

Pasukan Ghathafan dan lainnya berkemah di kaki gunung Uhud.

Sekitar 6.000 orang.

 

Beberapa orang munafik dan orang berjiwa lemah.

Menggigil ketakutan.

 

Menyaksikan pasukan musuh sebanyak itu.

 

      Pasukan muslim bertahan.

Di seberang parit.

Berlindung dibalik gundukan tanah dan bebatuan.

 

 

Mereka bersenjata lengkap.

Pedang, tameng dan panah.

 

Juga, siap melempari musuh dengan bebatuan.

 

        Abu Sufyan, komandan pasukan kafir berang.

Pasukan penyerbu hanya berputar-putar.

 

 Dengan amarah menggelegak.

Mengepung pasukan muslim.

 

Pertempuran terjadi sporadis.

Peperangan terjadi kadang kala.

Saling melontarkan panah dan batu.

 

       Pasukan jagoan berkuda.

Mencari jarak lompat paling sempit.

 

Beberapa orang berhasil melewati parit.

 

Amru bin Abdi Wudd, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Dhirar bin Al-Khaththab.

Berhasil mendekati pasukan Islam.

 

Amru bin Abdi Wudd, pendekar Quraisy menantang duel satu lawan satu.

 

Amru bin Abdi Wudd tewas di tangan Ali bin Abi Thalib.

Sisanya, melarikan diri. 

 

       Beberapa hari berlalu.

Pasukan kafir terus berusaha melewati parit.

 

Juga,  membuat jalur penyeberangan.

 

Pasukan muslim bertahan.

Membalas dengan panah.

 

Melempari dengan batu.

Usaha pasukan kafir selalu gagal. 

 

      Huyai bin Akhthab, pemimpin kelompok Yahudi Bani Nadhir mendatangi benteng kelompok Yahudi Bani Quraizhah.

 

 Yang berada di tenggara Madinah.

 

Menjumpai Kaab bin Asad Al-Qurazi, pemimpin Bani Quraizhah.

 

      Kelompok Yahudi Bani Quraizhah terikat perjanjian Piagam Madinah.

 

Perjanjian umat Islam dengan Bani Quraizhah.

Saling bantu lawan musuh dari luar.

 

      Awalnya, Kaab bin Asad Al-Qurazi.

Tak mau mengkhianati Nabi.

 

Akhirnya, Yahudi Bani Quraizhah melanggar perjanjian. 

 

Membatalkan kesepakatan sepihak.

Mereka berontak kepada Nabi.

 

      Nabi tahu pemberontakan.

Keadaan menjadi amat gawat.

 

Pasukan muslim terjepit.

Menghadapi musuh dari 2 arah.

Melawan musuh di depan.

 

Di seberang parit.

 Jumlah pasukan kafir lebih banyak.

 

 

Juga, menghadapi  pengkhianatan di belakang.

Dari dalam Madinah sendiri.

 

Penampungan wanita dan anak-anak dekat lokasi pemberontak.

Sungguh amat mengkhawatirkan.

 

      Shafiyah binti Abdul Muththalib, saudara kandung ayah Nabi.

 

Mencoba mengamankan benteng wanita dan anak-anak.

 

Beberapa pasukan Bani Quraizhah mengelilingi benteng penampungan.

 

Benteng khusus wanita, anak-anak, dan orang tua.

Benteng itu tanpa penjaga.

 

Malam gelap gulita.

Shafiyah binti Abdul Muththalib berbisik kepada Hassan.

 

Yang berusia 90 tahun.

“Hai Hassan, bunuhlah orang Yahudi yang menyelinap.”

 

Hassan menjawab,

“Maaf, saya sudah tua. Tidak mampu melakukannya.”

 

Shafiyah kenakan pakaian perang laki-laki.

Memukul penyelusup dengan potongan besi.

 

 Si penyusup tewas.

 Kepalanya dilemparkan keluar benteng.

 

     Kaum Yahudi Bani Quraizhah.

Yang berada di dalam kota Madinah.

 

Tidak berani menyerang benteng penampungan.

Dianggap banyak penjaganya.

 

      Kaum Yahudi Bani Quraizhah tidak berani menyerang pasukan muslim.

 

Tapi, mereka memasok kebutuhan logistik kaum kafir.

Berupa bahan makanan, onta dan senjata.

 

 

      Selama peperangan.

Nabi dan pasukannya sangat sibuk.

 

Bertahan dan menghalau musuh.

Terpaksa melakukan salat jamak. 

 

      Nuaim bin Masud, seorang tokoh Ghathafan.

Melemparkan sepucuk surat.

 

Minta menemui Nabi.

 Dia menyatakan masuk Islam.

 

Tidak ada orang yang tahu.

Nabi meminta untuk mengacaukan musuh.

 

     Nuaim berhasil mengadu domba pasukan kafir.

Timbul perpecahan.

 

Semangat pasukan penyerang turun drastis. Muncul angin topan.

 

Merusak kemah pasukan kafir.

Semua porak-poranda.

 

Semua berhamburan.

Pasukan kafir kocar-kacir.

 

      Pagi hari.

Pasukan kafir sudah bubar.

 

Kembali ke tempat asal mereka.

Perang Khandaq selesai.

 

Pasukan muslim berhasil mempertahankan Madinah.

 

Alhamdulillah.

 

 

Daftar Pustaka

1.        Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.