SEJARAH
PERANG PARIT ZAMAN NABI MUHAMMAD
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Tahun
627 Masehi.
Nabi UHmaad
umur 58 tahun.
Bulan
Syawal tahun 5 Hijriah.
Terjadi
Perang Khandaq.
Atau Perang
Parit.
Atau Perang
Ahzab.
Umat
Islam lawan pasukan gabungan.
Di
utara Madinah.
Umat
Islam dikeroyok pasukan koalisi.
Pasukan
koalisi
Terdiri
atas:
1)
Suku
Quraisy.
2)
Suku Gathafan.
3)
Yahudi
Bani Nadhir.
4)
Yahudi
Qaynuqa.
5)
Dan suku
lainnya.
Di kota
Madinah.
Berdiam
suku:
1)
Aus.
2)
Khazraj.
Disebut
kaum Ansar.
3)
Yahudi
Bani Qaynuqa.
4)
Yahudi
Bani Nadhir.
5)
Yahudi
Bani Quraizhah.
Rombongan
Mekah.
Hijrah
ke Madinah.
Disebut
kaum Muhajirin.
Kaum
Muhajirin dan Ansar.
Penganut
agama Islam.
Sebelumnya.
Yahudi
Bani Qaynuka bersekutu Bani Khazraj, kaum Ansar.
Dalam Piagam
Madinah.
Perjanjian
umat Islam.
Dan
kelompok Yahudi.
Sudah
disepakati.
Nabi
mengusir Yahudi Bani Quraizhah.
Dari
Madinah.
Sebab
mereka melanggar perjanjian.
Bani
Quraizhah tinggal di Khaibar.
Di
luar kota Madinah.
Kelompok
Yahudi Bani Nadhir.
Berkhianat
pada Nabi.
Yahudi
Bani Nadhir.
1)
Benci
umat Islam.
2)
Pintar
bisnis.
3)
Kuasai
ekonomi.
4)
Tak pandai
berperang.
5)
Suka berkhianat
dan sekongkol.
Perang
Badar selesai.
Pasukan
Islam menang.
Pamor
pasukan Islam tinggi.
Yahudi
Bani Nadhir.
Melakukan
segala cara.
Mengadu
domba umat Islam.
Tapi tak
berani perang langsung.
Perang Uhud berakhir.
Pasukan
Islam kalah.
Bani
Nadhir tampakkan permusuhan dan berkhianat.
Menjalin
hubungan dengan musuh Islam.
Melanggar
perjanjian disepakati.
Mereka
akan membunuh Nabi.
Tetapi,
gagal.
Nabi mengusir
mereka.
Keluar
dari Madinah.
Pindah
ke Khaibar.
Wilayah
di luar Madinah.
Yahudi Bani Nadhir dan Bani Quraizhah.
Dendam
pada Nabi.
Mereka
saling dukung.
Melawan
umat Islam.
Mendatangi
suku Quraisy di Mekah.
Suku
Gathafan dan suku lainnya.
Usaha
mereka berhasil.
Sekitar
10.000 pasukan gabungan.
Menuju
Madinah.
Berangkat
menyerang kaum muslim.
Jumlah
pasukan muslim 3.000 orang.
Nabi tahu gerakan musuh.
Nabi siap
bertahan.
Menghadapi
pasukan kafir.
Yang
berjumlah lebih banyak.
Salman Al-Farisi, berasal dari Persia.
Baru
saja memeluk Islam.
Mahir
dalam strategi perang.
Dia usulkan
bangun “sistem pertahanan parit”.
Menggali
parit atau khandaq.
Di
sepanjang perbatasan utara Madinah.
Untuk hhambat
pergerakan musuh.
Salman berkata,
”Wahai
Nabi, kebiasaan kami di Persia.
Jika
kami diserang musuh.
Maka kami
membuat parit.
Alangkah
baiknya kita juga menggali parit.
Untuk menghalangi
musuh.”
Nabi terima
usul itu.
Topologi wilayah Madinah.
Kondisi
muka bumi di Madinah.
Sebelah
timur.
Ada pegunungan.
Sulit
dilewati kuda dan onta.
Sebelah
barat.
Pegunungan
bebatuan tajam.
Sebelah
Selatan.
Penuh
pohon kurma.
Sebelah
Tenggara.
Benteng
Yahudi suku Quraizhah.
Sebelah
utara.
Berupa
lapangan terbuka.
Pasukan musuh pasti masuk lewat daerah
utara.
Meskipun
mereka datang dari selatan Madinah.
Medan perang
di perbatasan utara Madinah.
Nabi dan para sahabat.
Berkemah
di utara Madinah.
Di
bukit gunung Sala.
Kaum
muslim menggali parit.
Untuk menahan
pasukan musuh.
Ukuran
parit.
Dalam
7 meter dan lebar 15 meter.
Nabi buat
peta penggalian.
Membagi
para penggali parit.
Sepanjang
lebih 10 km.
Penggalian
parit berlangsung 6 hari.
Dikerjakan
tanpa berhenti.
Siang
dan malam.
Bekerja
tiada berhenti.
Sebab pasukan
musuh dalam perjalanan.
Jumlah pasukan kafir amat banyak.
Lebih
banyak dibanding jumlah seluruh penduduk Madinah.
Musuh bersenjata lebih lengkap.
Mereka
siap menghancurkan Madinah.
Waktu itu musim dingin.
Umat
muslim kurang makanan.
Para
sahabat mengganjal perutnya dengan batu.
Nabi
juga mengganjal perutnya dengan dua buah batu.
Untuk
menahan lapar.
Nabi berdoa,
”Ya
Allah, sesungguhnya kehidupan yang lebih baik adalah kehidupan akhirat.
Ampuni
kaum Ansar dan Muhajirin.
Mereka
menjawab,
”Kami berbaiat
kepada Nabi Muhammad.
Kami
siap berjihad selama masih hidup.”
Nabi
Muhammad terlibat langsung.
Menggali
dan mengangkat bebatuan.
Tanah
dan bebatuan galian ditaruh di sisi pasukan Nabi.
Bongkahan
bebatuan diletakkan di depan pasukan Nabi.
Sebagai
tameng pelindung.
Juga,
sebagai senjata melawan musuh. Untuk melempari pasukan musuh.
Mukjizat
Nabi Muhammad 1 tampah kurma cukup dimakan 1.000 orang.
Jabir bin Abdullah melihat Nabi amat
lapar.
Dia
pulang ke rumah.
Menyembelih
seekor domba kecil.
Isterinya
memasak satu sak tepung gandum.
Selesai
masak, Jabir membisiki Nabi.
Agar
datang ke rumahnya.
Dengan
beberapa sahabat saja.
Nabi
berdiri di atas sebuah batu.
Mengumumkan
pada sekitar 1.000 orang yang menggali parit.
“Wahai
kaum Muhajirin dan Ansar.
Mari
kita makan di rumah Jabir.”
Jabir
terkejut dan pucat.
“Inna lillahi,”
gumamnya.
Dia
memasak hanya cukup beberapa orang saja.
Tapi, Nabi mengajak semua orang yang berada di
parit.
Sekitar
1.000 orang.
Jabir
berlari pulang.
Menjumpai
isterinya.
Mengabarkan
Nabi akan datang.
Beserta
semua orang.
Isterinya
pucat,
”Nabi
berpesan apa?”
Jabir
menjawab,
“Tempat
masakan, jangan disentuh.”
Sungguh
aneh. Makanan yang sedikit.
Cukup
dimakan 1.000 orang.
Tiap 10 orang gantian masuk.
Makan
sampai kenyang.
Selama
penggalian parit.
Sudah
3 hari tidak makan.
Juga,
untuk isi perut 3 hari berikutnya.
Semuanya
sudah kenyang.
Makanan
masih bersisa.
Sungguh
ajaib.
Salah
satu mukjizat Nabi Muhammad.
Selama
perang Khandaq.
Mukjizat
kurma 1 tambah bagi 1.000 orang.
Mukjizat makanan kurma.
Nukman
bin Basyir datang ke penggalian parit.
Membawa
setangkup kurma.
Untuk diberikan
ayah dan pamannya.
Dia
lewat di dekat Nabi.
Nabi
meminta kurma itu.
Nabi
meletakkan kurma di atas selembar kain.
Nabi memanggil semua orang untuk
memakannya.
Semua
orang sudah makan.
Ternyata,
kurma masih bersisa.
Bahkan
jumlahnya lebih banyak.
Sebagian
tercecer keluar hamparan kain. Sungguh ajaib.
Mukjizat
Nabi memecah batu besar.
Al-Barra
berkata,
“Kami
menggali parit.
Menemukan
batu besar amat keras.
Tidak
bisa dipecah.”
Kami
melaporkan kepada Nabi.
Nabi
turun mendekati batu.
Nabi
mengangkat cangkul,
“Bismillah, Allahu akbar.”
Dengan
3 kali pukulan.
Batu
keras itu hancur berkeping-keping.
Luar
biasa.
Nabi
terus memberikan motivasi. Membangkitkan semangat juang.
Nabi
tidak mau menyerah.
Meskipun
jumlah pasukan kafir lebih banyak.
Wanita,
anak-anak, dan para orang tua dimasukkan dalam benteng.
Dipindahkan
ke tempat aman.
Sebelah tenggara Madinah.
Pengamanan
diserahkan kepada Yahudi Bani Quraizhah.
Mereka
terikat perjanjian dengan umat Islam.
Jika
ada musuh dari luar Madinah.
Mereka
berjanji saling melindungi.
Pasukan “sekutu” tiba di Madinah.
Pasukan
musuh terkejut.
Melihat
pertahanan pasukan Islam.
Menghadapi
parit yang dalam, lebar dan memanjang.
Menutup
jalur utama masuk Madinah.
Pasukan
“koalisi” sulit melewatinya.
Stategi
perang yang belum pernah terjadi di jazirah Arab.
Pasukan Quraisy berkemah di Rumat.
Sekitar
4.000 orang.
Pasukan
Ghathafan dan lainnya berkemah di kaki gunung Uhud.
Sekitar
6.000 orang.
Beberapa
orang munafik dan orang berjiwa lemah.
Menggigil
ketakutan.
Menyaksikan
pasukan musuh sebanyak itu.
Pasukan muslim bertahan.
Di
seberang parit.
Berlindung
dibalik gundukan tanah dan bebatuan.
Mereka
bersenjata lengkap.
Pedang,
tameng dan panah.
Juga,
siap melempari musuh dengan bebatuan.
Abu Sufyan, komandan pasukan kafir
berang.
Pasukan
penyerbu hanya berputar-putar.
Dengan amarah menggelegak.
Mengepung
pasukan muslim.
Pertempuran
terjadi sporadis.
Peperangan
terjadi kadang kala.
Saling
melontarkan panah dan batu.
Pasukan jagoan berkuda.
Mencari
jarak lompat paling sempit.
Beberapa
orang berhasil melewati parit.
Amru
bin Abdi Wudd, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Dhirar bin Al-Khaththab.
Berhasil
mendekati pasukan Islam.
Amru
bin Abdi Wudd, pendekar Quraisy menantang duel satu lawan satu.
Amru
bin Abdi Wudd tewas di tangan Ali bin Abi Thalib.
Sisanya,
melarikan diri.
Beberapa hari berlalu.
Pasukan
kafir terus berusaha melewati parit.
Juga, membuat jalur penyeberangan.
Pasukan
muslim bertahan.
Membalas
dengan panah.
Melempari
dengan batu.
Usaha
pasukan kafir selalu gagal.
Huyai bin Akhthab, pemimpin kelompok
Yahudi Bani Nadhir mendatangi benteng kelompok Yahudi Bani Quraizhah.
Yang berada di tenggara Madinah.
Menjumpai
Kaab bin Asad Al-Qurazi, pemimpin Bani Quraizhah.
Kelompok Yahudi Bani Quraizhah terikat
perjanjian Piagam Madinah.
Perjanjian
umat Islam dengan Bani Quraizhah.
Saling
bantu lawan musuh dari luar.
Awalnya, Kaab bin Asad Al-Qurazi.
Tak
mau mengkhianati Nabi.
Akhirnya,
Yahudi Bani Quraizhah melanggar perjanjian.
Membatalkan
kesepakatan sepihak.
Mereka
berontak kepada Nabi.
Nabi tahu pemberontakan.
Keadaan
menjadi amat gawat.
Pasukan
muslim terjepit.
Menghadapi
musuh dari 2 arah.
Melawan
musuh di depan.
Di
seberang parit.
Jumlah pasukan kafir lebih banyak.
Juga,
menghadapi pengkhianatan di belakang.
Dari
dalam Madinah sendiri.
Penampungan
wanita dan anak-anak dekat lokasi pemberontak.
Sungguh
amat mengkhawatirkan.
Shafiyah binti Abdul Muththalib, saudara
kandung ayah Nabi.
Mencoba
mengamankan benteng wanita dan anak-anak.
Beberapa
pasukan Bani Quraizhah mengelilingi benteng penampungan.
Benteng
khusus wanita, anak-anak, dan orang tua.
Benteng
itu tanpa penjaga.
Malam
gelap gulita.
Shafiyah
binti Abdul Muththalib berbisik kepada Hassan.
Yang
berusia 90 tahun.
“Hai
Hassan, bunuhlah orang Yahudi yang menyelinap.”
Hassan
menjawab,
“Maaf,
saya sudah tua. Tidak mampu melakukannya.”
Shafiyah
kenakan pakaian perang laki-laki.
Memukul
penyelusup dengan potongan besi.
Si penyusup tewas.
Kepalanya dilemparkan keluar benteng.
Kaum Yahudi Bani Quraizhah.
Yang
berada di dalam kota Madinah.
Tidak
berani menyerang benteng penampungan.
Dianggap
banyak penjaganya.
Kaum Yahudi Bani Quraizhah tidak berani
menyerang pasukan muslim.
Tapi,
mereka memasok kebutuhan logistik kaum kafir.
Berupa
bahan makanan, onta dan senjata.
Selama peperangan.
Nabi
dan pasukannya sangat sibuk.
Bertahan
dan menghalau musuh.
Terpaksa
melakukan salat jamak.
Nuaim bin Masud, seorang tokoh Ghathafan.
Melemparkan
sepucuk surat.
Minta
menemui Nabi.
Dia menyatakan masuk Islam.
Tidak
ada orang yang tahu.
Nabi
meminta untuk mengacaukan musuh.
Nuaim berhasil mengadu domba pasukan
kafir.
Timbul
perpecahan.
Semangat
pasukan penyerang turun drastis. Muncul angin topan.
Merusak
kemah pasukan kafir.
Semua
porak-poranda.
Semua
berhamburan.
Pasukan
kafir kocar-kacir.
Pagi hari.
Pasukan
kafir sudah bubar.
Kembali
ke tempat asal mereka.
Perang
Khandaq selesai.
Pasukan
muslim berhasil mempertahankan Madinah.
Alhamdulillah.
Daftar
Pustaka
1.
Syaikh
Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta.
2006.