Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label TANAH DAN AIR NIKMAT DARI ALLAH WAJIB DISYUKURI. Show all posts
Showing posts with label TANAH DAN AIR NIKMAT DARI ALLAH WAJIB DISYUKURI. Show all posts

Thursday, March 17, 2022

12860. TANAH DAN AIR NIKMAT DARI ALLAH WAJIB DISYUKURI

 

 




 



TANAH DAN AIR NIKMAT DARI ALLAH WAJIB DISYUKURI

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

Tanah dan air anugerah dari Allah.

Wajid disyukuri.

 

Manusia lahir ke dunia.

Tak bermodal apa-apa.

 

Anak cucu Adam.

Hanya diamanati.

 

Untuk merawat.

Dan mengolahnya.

 Selaku khalifah.

 

Tugas utama memakmurkannya.

 

 Dilarang keras merusak.

Dan menyalahgunakan.

 

Sebagian orang.

Menjadikan tanah dan air.

Seolah sakral.

 

Hal itu tipe alam pikiran mistis.

Menurut C.A. van Peursen.

 

Bagi orang berpikiran fungsional pragmatis.

 

Tanah dan air.

Jadi objek uang, bisnis dan eksploitasi.

Tak berkesudahan.

 

Kadang paradoks.

 

Tanah dan air.

Yang sedikit dikeramatkan.

 

Tapi  yang luas dan aset vital.

Malah diobral murah.

 

Sekelompok kecil orang menguasainya melimpah.

 

Tapi rakyat banyak.

Tak dapat jatah.

 

Mereka sekadar jadi penonton.

Himpunan bangunan megah.

 

Bagi petani.

Seonggok tanah dan air.

Adalah nasib hidup.

 

Mereka malah menjadi gurem.

Yang hidupnya dililit masalah.

 

Saat susah.

Tak ada yang peduli.

 

Selain hanya  di pesta demokrasi.

Saat suaranya diperlukan.

 

Oleh para pemburu populisme.

 

Sehabis itu.

Mereka  dilupakan.

 

Di kota-kota besar.

 

Sebagian anak bangsa.

Tak bertanah dan tak berumah.

 

Hidupnya nomaden.

Di zaman modern.

 

Jangankan sejengkal tanah.

 

Untuk dapat sesuap nasi pun.

Sangat susah.

 

Bisa bertahan hidup.

 

Hal yang luar biasa.

 

Tanah dan air.

Adalah modal utama.

 

Lahirnya tanah air.

 

Tempat negara dan bangsa.

Lahir, tumbuh, dan berkembang.

 

Tanah air.

Bukan lagi sekadar unsur fisik.

 

Tapi bernyawa.

Kata Mr. Soepomo.

 

Membangun pun tidak cukup ragawi.

Harus menyertakan jiwa.

 

Sebab semegah apa pun.

Bangunan fisik.

 

Suatu saat akhirnya lapuk.

 

Tanah air Indonesia.

Punya sumber nilai utama.

 

Menurut  Soekarno,

“philosophische grondslag”.

Atau “Weltanschauung." 

 

Hal itu.

“Fundamen, filsafat, pikiran.

 

Yang sedalam-dalamnya jiwa.

Hasrat yang sedalam-dalamnya.

 

Untuk di atasnya.

 

Didirikan gedung Indonesia Merdeka.

Yang kekal dan abadi.”

 

Semoga seluruh warga.

Dan elite bangsa menghayati.

Bahwa tanah air itu bernyawa.

 

Dan berpondasikan nilai utama Pancasila.

 

Pancasila dalam kebijakan.

Dan tindakan nyata.

 

Bukan jargon.

Dan kemewahan retorika.

 

Ketika alam pikir fungsional-pragmatis menguat.

 

Semoga para aktor Negara.

 

Masih ada.

Yang menghayati adanya tanah air.

 

Sebagai satu kesatuan hidup yang berjiwa.

 

Untuk kemakmuran bersama.

 

Jika tanah air.

Dirawat dengan benar.

Dan amanah.

 

Tentu akan menjadi negeri nan jaya.

 

Seperti harapan dalam lirik lagu Ibu Pertiwi:

 

“Kulihat ibu pertiwi.

Kami datang berbakti.

 

Lihatlah putra-putrimu.

Menggembirakan ibu.

 

Ibu kami tetap cinta.

Putramu yang setia.

 

Menjaga harta pusaka.

Untuk nusa dan bangsa.”

 

Tanah air.

Jangan bernasib buruk.

Karena salah urus.

 

Sekadar dibangun ragad fisiknya.

Tanpa berjiwa.

 

Apalagi dieksploitasi.

Demi segala legasi.

 

Seperti lirik perih.

Bait awal lagu Ibu Pertiwi:

 

“Kulihat ibu pertiwi.

Sedang bersusah hati.

 

Air matanya berlinang.

Mas intannya terkenang.

 

Hutan gunung sawah lautan.

Simpanan kekayaan.

 

Kini ibu sedang lara.

Merintih dan berdoa.”

 

Jangan bikin Ibu Pertiwi lara.

Karena tanah-airnya terkuras.

Segala hasrat bermegah ria.

 

Tanah air itu ada pemiliknya.

Dia Sang Khalik.

 

Manusia sekadar dititipi.

Untuk memakmurkannya.

Dan tidak boleh merusaknya.

 

Hatta atas nama membangun.

Tapi faktanya merusak.

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 11.

 

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

 

Dan jika dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan".

 

 

Tanah air dibangun mewah.

Jika salah kaprah.

Maka buahnya nestapa dan musibah.

 

Tiap insan tak layak jemawa.

 

Sebatas hamba di depan Kuasa-Nya.

 

Hari ini kita perkasa.

 

Esok hari tak tahu nasib seketika.

 

Al-Quran surah Lukman (surah ke-31) ayat 34.

 

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya saja pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

 

(Sumber Prof. Haedar Nashir)