Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Friday, June 30, 2017

122. PASUKAN ABRAHAH

PASUKAN GAJAH ABRAHAH,
GAGAL MENYERANG KAKBAH
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Description: D:\2. data Yusronhd\4. data foto yusron\foto jas yus\13445642_1390331417648815_6951956183603755336_n.jpg

      Abrahah, seorang Gubernur Najashi di Yaman. Wakil Raja Najashi di Habasyah, sekarang Etiopia di benua Afrika. Abrahah membangun gereja raksasa. Sebuah bangunan gereja terbesar di bumi. Yang belum pernah dibangun sebelumnya. Gubernur Abrahah mengirim surat kepada Raja Najashi. Menceritakan ambisi besarnya.
    Gubernur Abrarah “bermimpi besar”. Semua bangsa Arab datang. Mengunjungi gereja mereka. Untuk melaksanakan “ibadah haji”. Ingin “menandingi” Kakbah di Mekah.
     Bangsa Arab mengetahui pembangunan gereja besar. Kinani, seorang badui suku Bani Fukaim “cemburu”. Dia mendatangi gereja raksasa. Melaburi gereja dengan kotoran manusia. Gubernur Abrahah murka.  
    Gubernur Abrahah menyiapkan pasukan. Abrahah menunggang gajah putih besar. Diikuti 13 gajah lainnya. Membawa 60.000 pasukan perang. Bersenjata lengkap. Berangkat dari Yaman, menuju Mekah. Bertujuan menghancurkan Kakbah.
     Bangsa Arab ketakutan. Dzu Nafar, seorang raja “pribumi” Yaman. Mecoba melawan pasukan Abrahah. Pasukan Dzu Nafar kalah. Dia menjadi tawanan perang.  Beberapa suku mencoba melawan Abrahah. Tetapi, kalah dan menjadi tawanan.
     Pasukan Abrahah berhenti di luar Mekah. Mengirimkan pasukan berkuda masuk Mekah. Merampas harta kekayaan penduduk Mekah. Termasuk 200 ekor unta milik Abdul Muththalib, kepala suku Quraisy.
      Abrahah mengirim utusan. Menemui pemimpin Mekah. Pasukan Abarah tidak ingin berperang. Hanya bertujuan menghancurkan Kakbah. Abdul Muththalib menghadap Gubernur Abrahah.
      Abdul Muththalib, kepala suku Quraisy.  Seorang yang tampan, dan berwibawa. Raja Abrahah menyambutnya. Raja Abrahah turun dari tahtanya. Duduk di permadani mendekati Abdul Muththalib.
     Raja Abrahah berdialog lewat penerjemah. Abdul Muththalib berkata, “Kami hanya ingin harta yang dirampas dikembalikan. Termasuk 200 ekor unta milik saya,”  Abrahah kecewa, “Pertama aku melihatmu, aku kagum kepadamu.  Namun, sekarang memudar. Kamu hanya ingin 200 ekor unta dikembalikan.”
     Raja Abrahah melanjutkan, “Kamu membiarkan Kakbah, yang merupakan simbol agamamu saya hancurkan?” Abdul Muththalib menjawab, “Saya pemilik unta. Sedangkan Kakbah ada pemiliknya yang akan melindungi.”  Abrahah berkata, “ Tak mungkin bisa berlindung dari serangan pasukanku.”
     Abdul Muththalib kembali ke Mekah. Semua harta kekayaan yang dirampas dikembalikan. Termasuk 200 ekor unta. Semua penduduk keluar rumah. Bersembunyi di atas gunung. Daerah Kakbah dan sekitarnya kosong.
     Pasukan Abrahah bersiap menghancurkan Kakbah. “Mahmud’, nama gajah putih besar. Yang ditunggangi Abrahah. Tidak mau berdiri. Gajah “Mahmud” tetap “menderum”. Gajah berlutut dengan kedua kaki depan, atau keempat kakinya.
    Gajah dipukul kepalanya dengan besi. Tetap tak mau berdiri. Perutnya dipukul dengan “mahjan”. Tetap tak bergeming. “Mahjan” berupa tongkat bengkok untuk menekan perut gajah.
      “Kepala suku” gajah diarahkan ke selatan. Balik ke arah Yaman. Gajah berdiri dan berlari. Gajah diarahkan ke Mekah. Dia menderum lagi.   Hal demikian, terjadi berkali-kali. Gajah “Mahmud” menolak berjalan ke arah Mekah.
    Muncul ribuan burung “walet” dan “jalak”. Membawa ribuan kerikil panas. Setiap burung membawa tiga butir kerikil. Sebesar kacang. Dua butir dijepit kaki, satu butir di “moncong” burung.
     Pasukan Abrahah kocar-kacir. Mereka berhamburan. Setiap orang yang terkena kerikil langsung tewas. Pasukan balik kembali ke Yaman.
     Gubernur Abrahah terkena kerikil. Dia dipandu pulang ke Yaman. Setiap bergerak, jari-jarinya berjatuhan. Abrahah mati, tubuhnya terbelah. Pasukan gajah Abrahah gagal menghancurkan Kakbah. Alhamdulillah
      Al-Quran surah Alfil. Yang berarti “gajah”. Surah ke-105 ayat 1-5. “Apakah kamu tidak memperhatikan. Bagaimana Tuhanmu bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kakbah) sia-sia? Dia mengirimkan burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu. Berasal dari tanah yang terbakar. Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat.  
 Daftar Pustaka
1.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5.    Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.     
      
   

    


122. PASUKAN ABRAHAH

PASUKAN GAJAH ABRAHAH,
GAGAL MENYERANG KAKBAH
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo


      Abrahah, seorang Gubernur Najashi di Yaman. Wakil Raja Najashi di Habasyah, sekarang Etiopia di benua Afrika. Abrahah membangun gereja raksasa. Sebuah bangunan gereja terbesar di bumi. Yang belum pernah dibangun sebelumnya. Gubernur Abrahah mengirim surat kepada Raja Najashi. Menceritakan ambisi besarnya.
    Gubernur Abrarah “bermimpi besar”. Semua bangsa Arab datang. Mengunjungi gereja mereka. Untuk melaksanakan “ibadah haji”. Ingin “menandingi” Kakbah di Mekah.
     Bangsa Arab mengetahui pembangunan gereja besar. Kinani, seorang badui suku Bani Fukaim “cemburu”. Dia mendatangi gereja raksasa. Melaburi gereja dengan kotoran manusia. Gubernur Abrahah murka.
    Gubernur Abrahah menyiapkan pasukan. Abrahah menunggang gajah putih besar. Diikuti 13 gajah lainnya. Membawa 60.000 pasukan perang. Bersenjata lengkap. Berangkat dari Yaman, menuju Mekah. Bertujuan menghancurkan Kakbah.
     Bangsa Arab ketakutan. Dzu Nafar, seorang raja “pribumi” Yaman. Mecoba melawan pasukan Abrahah. Pasukan Dzu Nafar kalah. Dia menjadi tawanan perang.  Beberapa suku mencoba melawan Abrahah. Tetapi, kalah dan menjadi tawanan.
     Pasukan Abrahah berhenti di luar Mekah. Mengirimkan pasukan berkuda masuk Mekah. Merampas harta kekayaan penduduk Mekah. Termasuk 200 ekor unta milik Abdul Muththalib, kepala suku Quraisy.
      Abrahah mengirim utusan. Menemui pemimpin Mekah. Pasukan Abarah tidak ingin berperang. Hanya bertujuan menghancurkan Kakbah. Abdul Muththalib menghadap Gubernur Abrahah.
      Abdul Muththalib, kepala suku Quraisy.  Seorang yang tampan, dan berwibawa. Raja Abrahah menyambutnya. Raja Abrahah turun dari tahtanya. Duduk di permadani mendekati Abdul Muththalib.
     Raja Abrahah berdialog lewat penerjemah. Abdul Muththalib berkata, “Kami hanya ingin harta yang dirampas dikembalikan. Termasuk 200 ekor unta milik saya,”  Abrahah kecewa, “Pertama aku melihatmu, aku kagum kepadamu.  Namun, sekarang memudar. Kamu hanya ingin 200 ekor unta dikembalikan.”
     Raja Abrahah melanjutkan, “Kamu membiarkan Kakbah, yang merupakan simbol agamamu saya hancurkan?” Abdul Muththalib menjawab, “Saya pemilik unta. Sedangkan Kakbah ada pemiliknya yang akan melindungi.”  Abrahah berkata, “ Tak mungkin bisa berlindung dari serangan pasukanku.”
     Abdul Muththalib kembali ke Mekah. Semua harta kekayaan yang dirampas dikembalikan. Termasuk 200 ekor unta. Semua penduduk keluar rumah. Bersembunyi di atas gunung. Daerah Kakbah dan sekitarnya kosong.
     Pasukan Abrahah bersiap menghancurkan Kakbah. “Mahmud’, nama gajah putih besar. Yang ditunggangi Abrahah. Tidak mau berdiri. Gajah “Mahmud” tetap “menderum”. Gajah berlutut dengan kedua kaki depan, atau keempat kakinya.
    Gajah dipukul kepalanya dengan besi. Tetap tak mau berdiri. Perutnya dipukul dengan “mahjan”. Tetap tak bergeming. “Mahjan” berupa tongkat bengkok untuk menekan perut gajah.
      “Kepala suku” gajah diarahkan ke selatan. Balik ke arah Yaman. Gajah berdiri dan berlari. Gajah diarahkan ke Mekah. Dia menderum lagi.   Hal demikian, terjadi berkali-kali. Gajah “Mahmud” menolak berjalan ke arah Mekah.
    Muncul ribuan burung “walet” dan “jalak”. Membawa ribuan kerikil panas. Setiap burung membawa tiga butir kerikil. Sebesar kacang. Dua butir dijepit kaki, satu butir di “moncong” burung.
     Pasukan Abrahah kocar-kacir. Mereka berhamburan. Setiap orang yang terkena kerikil langsung tewas. Pasukan balik kembali ke Yaman.
     Gubernur Abrahah terkena kerikil. Dia dipandu pulang ke Yaman. Setiap bergerak, jari-jarinya berjatuhan. Abrahah mati, tubuhnya terbelah. Pasukan gajah Abrahah gagal menghancurkan Kakbah. Alhamdulillah
      Al-Quran surah Alfil. Yang berarti “gajah”. Surah ke-105 ayat 1-5. “Apakah kamu tidak memperhatikan. Bagaimana Tuhanmu bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kakbah) sia-sia? Dia mengirimkan burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu. Berasal dari tanah yang terbakar. Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat.  
 Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.    
     
   

   

122. PASUKAN ABRAHAH

PASUKAN GAJAH ABRAHAH,
GAGAL MENYERANG KAKBAH
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Description: D:\2. data Yusronhd\4. data foto yusron\foto jas yus\13445642_1390331417648815_6951956183603755336_n.jpg

      Abrahah, seorang Gubernur Najashi di Yaman. Wakil Raja Najashi di Habasyah, sekarang Etiopia di benua Afrika. Abrahah membangun gereja raksasa. Sebuah bangunan gereja terbesar di bumi. Yang belum pernah dibangun sebelumnya. Gubernur Abrahah mengirim surat kepada Raja Najashi. Menceritakan ambisi besarnya.
    Gubernur Abrarah “bermimpi besar”. Semua bangsa Arab datang. Mengunjungi gereja mereka. Untuk melaksanakan “ibadah haji”. Ingin “menandingi” Kakbah di Mekah.
     Bangsa Arab mengetahui pembangunan gereja besar. Kinani, seorang badui suku Bani Fukaim “cemburu”. Dia mendatangi gereja raksasa. Melaburi gereja dengan kotoran manusia. Gubernur Abrahah murka.  
    Gubernur Abrahah menyiapkan pasukan. Abrahah menunggang gajah putih besar. Diikuti 13 gajah lainnya. Membawa 60.000 pasukan perang. Bersenjata lengkap. Berangkat dari Yaman, menuju Mekah. Bertujuan menghancurkan Kakbah.
     Bangsa Arab ketakutan. Dzu Nafar, seorang raja “pribumi” Yaman. Mecoba melawan pasukan Abrahah. Pasukan Dzu Nafar kalah. Dia menjadi tawanan perang.  Beberapa suku mencoba melawan Abrahah. Tetapi, kalah dan menjadi tawanan.
     Pasukan Abrahah berhenti di luar Mekah. Mengirimkan pasukan berkuda masuk Mekah. Merampas harta kekayaan penduduk Mekah. Termasuk 200 ekor unta milik Abdul Muththalib, kepala suku Quraisy.
      Abrahah mengirim utusan. Menemui pemimpin Mekah. Pasukan Abarah tidak ingin berperang. Hanya bertujuan menghancurkan Kakbah. Abdul Muththalib menghadap Gubernur Abrahah.
      Abdul Muththalib, kepala suku Quraisy.  Seorang yang tampan, dan berwibawa. Raja Abrahah menyambutnya. Raja Abrahah turun dari tahtanya. Duduk di permadani mendekati Abdul Muththalib.
     Raja Abrahah berdialog lewat penerjemah. Abdul Muththalib berkata, “Kami hanya ingin harta yang dirampas dikembalikan. Termasuk 200 ekor unta milik saya,”  Abrahah kecewa, “Pertama aku melihatmu, aku kagum kepadamu.  Namun, sekarang memudar. Kamu hanya ingin 200 ekor unta dikembalikan.”
     Raja Abrahah melanjutkan, “Kamu membiarkan Kakbah, yang merupakan simbol agamamu saya hancurkan?” Abdul Muththalib menjawab, “Saya pemilik unta. Sedangkan Kakbah ada pemiliknya yang akan melindungi.”  Abrahah berkata, “ Tak mungkin bisa berlindung dari serangan pasukanku.”
     Abdul Muththalib kembali ke Mekah. Semua harta kekayaan yang dirampas dikembalikan. Termasuk 200 ekor unta. Semua penduduk keluar rumah. Bersembunyi di atas gunung. Daerah Kakbah dan sekitarnya kosong.
     Pasukan Abrahah bersiap menghancurkan Kakbah. “Mahmud’, nama gajah putih besar. Yang ditunggangi Abrahah. Tidak mau berdiri. Gajah “Mahmud” tetap “menderum”. Gajah berlutut dengan kedua kaki depan, atau keempat kakinya.
    Gajah dipukul kepalanya dengan besi. Tetap tak mau berdiri. Perutnya dipukul dengan “mahjan”. Tetap tak bergeming. “Mahjan” berupa tongkat bengkok untuk menekan perut gajah.
      “Kepala suku” gajah diarahkan ke selatan. Balik ke arah Yaman. Gajah berdiri dan berlari. Gajah diarahkan ke Mekah. Dia menderum lagi.   Hal demikian, terjadi berkali-kali. Gajah “Mahmud” menolak berjalan ke arah Mekah.
    Muncul ribuan burung “walet” dan “jalak”. Membawa ribuan kerikil panas. Setiap burung membawa tiga butir kerikil. Sebesar kacang. Dua butir dijepit kaki, satu butir di “moncong” burung.
     Pasukan Abrahah kocar-kacir. Mereka berhamburan. Setiap orang yang terkena kerikil langsung tewas. Pasukan balik kembali ke Yaman.
     Gubernur Abrahah terkena kerikil. Dia dipandu pulang ke Yaman. Setiap bergerak, jari-jarinya berjatuhan. Abrahah mati, tubuhnya terbelah. Pasukan gajah Abrahah gagal menghancurkan Kakbah. Alhamdulillah
      Al-Quran surah Alfil. Yang berarti “gajah”. Surah ke-105 ayat 1-5. “Apakah kamu tidak memperhatikan. Bagaimana Tuhanmu bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kakbah) sia-sia? Dia mengirimkan burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu. Berasal dari tanah yang terbakar. Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat.  
 Daftar Pustaka
1.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5.    Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.     
      
   

    


121. SALMAN ALFARISI

SALMAN AL-FARISI,
MENCARI NABI DARI PERSIA HINGGA MADINAH
oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Salman Al-Farisi lahir tahun 568 Masehi di Persia, Iran. Meninggal tahun 657 Masehi di Irak. Selama di Madinah dipanggil Abu Abdullah.
      Salman Al-Farisi bercerita. Riwayat perjalanan hidupnya. Lahir di Desa Jayyu, Asfahah di Persia, Iran. Anak kesayangan seorang pemimpin desa. Yang beragama Majusi. Menyembah api.
      Salman Al-Farisi masih remaja. Bertugas menjaga api. Agar api menyala terus. Ketika Salman dalam perjalanan menuju ladang. Terdengar suara kebaktian di gereja.   Salman tertarik belajar agama Kristen.
      Orang Kristen berasal dari negeri Syam. Datang mengunjungi orang tua Salman. Ayahnya melarang bergaul dengan mereka. Salman Al-Farisi dikurung di rumah.
     Salman Al-Farisi “minggat” dari rumah. Mengikuti rombongan pedagang Syam. Kembali ke negeri mereka. Salman Al-Farisi menempati “kompleks” gereja di Syam. Sebagai pelayan jemaat gereja. Bersama seorang uskup. Ternyata,  uskup orang jahat. Menyalahgunakan jabatannya. Memerintahkan orang bersedekah. Hasilnya, untuk kekayaan pribadi uskup sendiri.
    Uskup meninggal. Masyarakat akan melakukan “prosesi pemakaman”. Salman Al-Farisi membuka rahasia. Uskup  orang jahat. Ditunjukkan tempat tersembunyi. Tempat penyimpanan perhiasan. Ditemukan 7 kotak emas dan perak. Masyarakat marah. Jenazah uskup dilempari batu. Mereka menunjuk uskup baru.
    Uskup baru orang baik. Tekun beribadah. Berbudi pekerti luhur. Uskup yang baik meninggal. Sebelum wafat uskup memberikan rekomendasi. Agar Salman Al-Farisi menjumpai seorang uskup di Al-Maushil. Salman Al-Farisi mendatanginya. Menjelaskan masalahnya.
     Uskup di Al-Maushil bagus. Sikap dan perilkunya terpuji. Uskup meninggal. Juga, memberikan rekomendasi. Agar Salman Al-Farisi menjumpai seorang uskup di Nashibin. Uskup, orang yang baik. Uskup Meninggal. Sebelum wafat memberikan saran agar  Salman Al-Farisi menemui seorang uskup di Ammuriyah, Romawi.
     Salman Al-Farisi datang ke Romawi. Menjumpai uskup yang ditunjuk. Salman Al-Farisi memiliki sejumlah sapi dan kambing. Uskup meninggal dunia. Sebelum wafat  uskup sudah berwasiat. Akan muncul “Nabi Baru”. Membawa ajaran agama Ibrahim. Di negeri Arab.
    Uskup memberikan ciri-ciri “topografi”. Keadaan muka bumi pada suatu kawasan atau daerah tertentu. Lokasi hijrah nabi baru. Berada di wilayah Arab. Diapit gunung berbatu hitam. Banyak ditumbuhi pohon kurma. Uskup berpesan, “Jika kamu sanggup, pergilah ke sana.”
     Uskup menyampaikan “tanda” kenabian. Ciri “yang tampak dari luar”. Yang bisa dilihat dan disaksikan dengan indra manusia. Tanda “khusus” nabi baru. Pertama, dia tidak mau menerima sedekah. Kedua, dia mau menerima hadiah. Ketiga,  terdapat “stempel kenabian”. Berupa “benjolan kecil” di punggung belakang. Di antara kedua bahunya.
     Beberapa waktu kemudian. Rombongan pedagang dari Arab datang.  Salman Al-Farisi menjumpai mereka. Menyampaikan maksudnya.  Rombongan bersedia membawa ke negeri Arab. Dengan imbalan beberapa ekor sapi dan kambing.
     Rombongan pedagang Arab berbuat jahat. Salman Al-Farisi diperlakukan sebagai budak. Diperdagangkan di pasar “perbudakan’. Salman Al-Farisi dibeli orang Madinah. Di Madinah banyak tumbuh pohon kurma. Tetapi, Salman Al-Farisi belum yakin itu wilayah nabi baru.
     Salman Al-Farisi dibeli kaum Yahudi Bani Quraizah. Dibawa ke daerah Bani Quraizah di Madinah. Salman mulai yakin itu daerah yang dituju. Seperti yang disampaikan seorang uskup di Ammuriyah.
   Nabi Muhammad masih berada di Mekah. Salman Al-Farisi bekerja sebagai budak. Bekerja untuk majikannya. Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah. Nabi tiba di Quba.
      Salman Al-Farisi berada di atas sebuah pohon kurma. Seseorang berteriak kepada temannya, “Orang-orang sedang berkumpul di Quba. Menyambut kedatangan orang dari Mekah. Mereka mengatakan orang tersebut adalah nabi.” Salman Al-Farisi hampir terjatuh. Mendengar teriakan orang tersebut.  
     Pertemuan pertama. Sore hari. Salman Al-Farisi mendatangi Nabi di Quba. Membawa beberapa  makanan. Salman Al-Farisi berkata, “Aku mendengar kabar. Engkau orang baik.  Engkau memiliki sahabat yang membutuhkan bantuan. Aku membawa sedekah untuk kalian.” Nabi menerimanya. Diberikan kepada para sahabat. Para sahabat memakannya. Nabi tak ikut makan.
      Salman Al-Farisi bergumam, “Ini merupakan bukti pertama. Nabi tidak mau makan harta sedekah.” Salman Al-Farisi izin pulang. Kembali ke rumah majikan.
   Pertemuan kedua. Nabi Muhammad pindah ke Madinah. Salman Al-Farisi mendatangi Nabi. Membawa beberapa makanan. Salman Al-Farisi berkata, “Saya melihat engkau tidak makan harta sedekah. Saya datang membawa hadiah untukmu. Terimalah hadiah khusus dariku untukmu.” Nabi menerimanya.
      Nabi makan hadiah itu bersama para sahabat. Salman Al-Farisi bergumam,”Ini adalah bukti kedua. Nabi mau makan harta hadiah.”  
      Pertemuan ketiga. Nabi Muhammad mengantar jenazah sahabatnya. Di pemakamam Baqi, Madinah. Nabi duduk bersama para sahabat. Salman Al-Farisi memilih duduk di belakang Nabi. 
      Salman Al-Farisi ingin melihat punggung Nabi. Nabi menyadarinya.  Nabi melepaskan baju dari punggungnya. Salman Al-Farisi melihat “stempel” tanda kenabian.  Yang berada di antara punggung Nabi. Seperti yang disampaikan uskup di Ammuriyah.
     Salman Al-Farisi menangis. Mendekat ke arah Nabi, merangkul, dan menciumnya.  Nabi bersabda, “Berbaliklah, menghadap kepadaku. Ceritakan semuanya.” Salman Al-Farisi bercerita riwayat hidupnya. Kisah perjalanannya “mencari” Nabi. Berangkat dari Persia, Iran hingga di Madinah, Arab Saudi. Nabi dan para sahabat mendengarkan dengan saksama.
      Salman Al-Farisi kembali bekerja. Sebagai seorang budak. Salman Al-Farisi tidak ikut Perang Badar, dan Perang Uhud. Masih “berstatus” seorang budak.
      Nabi bersabda,”Wahai Salman. Tulislah perjanjian dengan majikanmu. Agar kamu bebas.”Salman Al-Farisi menulis perjanjian dengan majikannya. Supaya terlepas dari “status” budak. Dengan menanam 300 pohon kurma, dan membayar 40 ons emas.
     Nabi bersabda, “Wahai para sahabat. Bantulah saudaramu Salman Al-Farisi. Untuk membebaskan dirinya.” Semua para sahabat berebut membantu. Nabi ikut menanam pohon kurma dengan tangan beliau sendiri. Nabi membawa emas sebesar telur ayam. Seberat 40 ons diberikan kepada Salman. Untuk ongkos membayar kebebasan dirinya.
    Salman Al-Farisi menjadi orang merdeka. Mengikuti Perang Khandaq atau Perang Parit. Salman Al-Farisi mengusulkan ide yang cemerlang. Membuat parit mengelilingi Madinah. Untuk menghambat pergerakan pasukan kafir.
     Pasukan kafir frustasi. Berjumlah lebih banyak. Tetapi hanya berputar-putar saja. Tak bisa masuk menyerang. Pasukan Islam hanya bertahan. Pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Tidak menghasilkan apa-apa.
      Muncul angin topan. Pasukan kafir kocar-kacir. Mereka kembali ke tempat asal masing-masing. Umat Islam selamat. Sejak saat itu, Salman Al-Farisi  selalu terlibat dalam peperangan membela Islam.
Daftar Pustaka
1.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.

5.    Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah. 

121. SALMAN ALFARISI

SALMAN AL-FARISI,
MENCARI NABI DARI PERSIA HINGGA MADINAH
oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Salman Al-Farisi lahir tahun 568 Masehi di Persia, Iran. Meninggal tahun 657 Masehi di Irak. Selama di Madinah dipanggil Abu Abdullah.
      Salman Al-Farisi bercerita. Riwayat perjalanan hidupnya. Lahir di Desa Jayyu, Asfahah di Persia, Iran. Anak kesayangan seorang pemimpin desa. Yang beragama Majusi. Menyembah api.
      Salman Al-Farisi masih remaja. Bertugas menjaga api. Agar api menyala terus. Ketika Salman dalam perjalanan menuju ladang. Terdengar suara kebaktian di gereja.   Salman tertarik belajar agama Kristen.
      Orang Kristen berasal dari negeri Syam. Datang mengunjungi orang tua Salman. Ayahnya melarang bergaul dengan mereka. Salman Al-Farisi dikurung di rumah.
     Salman Al-Farisi “minggat” dari rumah. Mengikuti rombongan pedagang Syam. Kembali ke negeri mereka. Salman Al-Farisi menempati “kompleks” gereja di Syam. Sebagai pelayan jemaat gereja. Bersama seorang uskup. Ternyata,  uskup orang jahat. Menyalahgunakan jabatannya. Memerintahkan orang bersedekah. Hasilnya, untuk kekayaan pribadi uskup sendiri.
    Uskup meninggal. Masyarakat akan melakukan “prosesi pemakaman”. Salman Al-Farisi membuka rahasia. Uskup  orang jahat. Ditunjukkan tempat tersembunyi. Tempat penyimpanan perhiasan. Ditemukan 7 kotak emas dan perak. Masyarakat marah. Jenazah uskup dilempari batu. Mereka menunjuk uskup baru.
    Uskup baru orang baik. Tekun beribadah. Berbudi pekerti luhur. Uskup yang baik meninggal. Sebelum wafat uskup memberikan rekomendasi. Agar Salman Al-Farisi menjumpai seorang uskup di Al-Maushil. Salman Al-Farisi mendatanginya. Menjelaskan masalahnya.
     Uskup di Al-Maushil bagus. Sikap dan perilkunya terpuji. Uskup meninggal. Juga, memberikan rekomendasi. Agar Salman Al-Farisi menjumpai seorang uskup di Nashibin. Uskup, orang yang baik. Uskup Meninggal. Sebelum wafat memberikan saran agar  Salman Al-Farisi menemui seorang uskup di Ammuriyah, Romawi.
     Salman Al-Farisi datang ke Romawi. Menjumpai uskup yang ditunjuk. Salman Al-Farisi memiliki sejumlah sapi dan kambing. Uskup meninggal dunia. Sebelum wafat  uskup sudah berwasiat. Akan muncul “Nabi Baru”. Membawa ajaran agama Ibrahim. Di negeri Arab.
    Uskup memberikan ciri-ciri “topografi”. Keadaan muka bumi pada suatu kawasan atau daerah tertentu. Lokasi hijrah nabi baru. Berada di wilayah Arab. Diapit gunung berbatu hitam. Banyak ditumbuhi pohon kurma. Uskup berpesan, “Jika kamu sanggup, pergilah ke sana.”
     Uskup menyampaikan “tanda” kenabian. Ciri “yang tampak dari luar”. Yang bisa dilihat dan disaksikan dengan indra manusia. Tanda “khusus” nabi baru. Pertama, dia tidak mau menerima sedekah. Kedua, dia mau menerima hadiah. Ketiga,  terdapat “stempel kenabian”. Berupa “benjolan kecil” di punggung belakang. Di antara kedua bahunya.
     Beberapa waktu kemudian. Rombongan pedagang dari Arab datang.  Salman Al-Farisi menjumpai mereka. Menyampaikan maksudnya.  Rombongan bersedia membawa ke negeri Arab. Dengan imbalan beberapa ekor sapi dan kambing.
     Rombongan pedagang Arab berbuat jahat. Salman Al-Farisi diperlakukan sebagai budak. Diperdagangkan di pasar “perbudakan’. Salman Al-Farisi dibeli orang Madinah. Di Madinah banyak tumbuh pohon kurma. Tetapi, Salman Al-Farisi belum yakin itu wilayah nabi baru.
     Salman Al-Farisi dibeli kaum Yahudi Bani Quraizah. Dibawa ke daerah Bani Quraizah di Madinah. Salman mulai yakin itu daerah yang dituju. Seperti yang disampaikan seorang uskup di Ammuriyah.
   Nabi Muhammad masih berada di Mekah. Salman Al-Farisi bekerja sebagai budak. Bekerja untuk majikannya. Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah. Nabi tiba di Quba.
      Salman Al-Farisi berada di atas sebuah pohon kurma. Seseorang berteriak kepada temannya, “Orang-orang sedang berkumpul di Quba. Menyambut kedatangan orang dari Mekah. Mereka mengatakan orang tersebut adalah nabi.” Salman Al-Farisi hampir terjatuh. Mendengar teriakan orang tersebut.  
     Pertemuan pertama. Sore hari. Salman Al-Farisi mendatangi Nabi di Quba. Membawa beberapa  makanan. Salman Al-Farisi berkata, “Aku mendengar kabar. Engkau orang baik.  Engkau memiliki sahabat yang membutuhkan bantuan. Aku membawa sedekah untuk kalian.” Nabi menerimanya. Diberikan kepada para sahabat. Para sahabat memakannya. Nabi tak ikut makan.
      Salman Al-Farisi bergumam, “Ini merupakan bukti pertama. Nabi tidak mau makan harta sedekah.” Salman Al-Farisi izin pulang. Kembali ke rumah majikan.
   Pertemuan kedua. Nabi Muhammad pindah ke Madinah. Salman Al-Farisi mendatangi Nabi. Membawa beberapa makanan. Salman Al-Farisi berkata, “Saya melihat engkau tidak makan harta sedekah. Saya datang membawa hadiah untukmu. Terimalah hadiah khusus dariku untukmu.” Nabi menerimanya.
      Nabi makan hadiah itu bersama para sahabat. Salman Al-Farisi bergumam,”Ini adalah bukti kedua. Nabi mau makan harta hadiah.”  
      Pertemuan ketiga. Nabi Muhammad mengantar jenazah sahabatnya. Di pemakamam Baqi, Madinah. Nabi duduk bersama para sahabat. Salman Al-Farisi memilih duduk di belakang Nabi. 
      Salman Al-Farisi ingin melihat punggung Nabi. Nabi menyadarinya.  Nabi melepaskan baju dari punggungnya. Salman Al-Farisi melihat “stempel” tanda kenabian.  Yang berada di antara punggung Nabi. Seperti yang disampaikan uskup di Ammuriyah.
     Salman Al-Farisi menangis. Mendekat ke arah Nabi, merangkul, dan menciumnya.  Nabi bersabda, “Berbaliklah, menghadap kepadaku. Ceritakan semuanya.” Salman Al-Farisi bercerita riwayat hidupnya. Kisah perjalanannya “mencari” Nabi. Berangkat dari Persia, Iran hingga di Madinah, Arab Saudi. Nabi dan para sahabat mendengarkan dengan saksama.
      Salman Al-Farisi kembali bekerja. Sebagai seorang budak. Salman Al-Farisi tidak ikut Perang Badar, dan Perang Uhud. Masih “berstatus” seorang budak.
      Nabi bersabda,”Wahai Salman. Tulislah perjanjian dengan majikanmu. Agar kamu bebas.”Salman Al-Farisi menulis perjanjian dengan majikannya. Supaya terlepas dari “status” budak. Dengan menanam 300 pohon kurma, dan membayar 40 ons emas.
     Nabi bersabda, “Wahai para sahabat. Bantulah saudaramu Salman Al-Farisi. Untuk membebaskan dirinya.” Semua para sahabat berebut membantu. Nabi ikut menanam pohon kurma dengan tangan beliau sendiri. Nabi membawa emas sebesar telur ayam. Seberat 40 ons diberikan kepada Salman. Untuk ongkos membayar kebebasan dirinya.
    Salman Al-Farisi menjadi orang merdeka. Mengikuti Perang Khandaq atau Perang Parit. Salman Al-Farisi mengusulkan ide yang cemerlang. Membuat parit mengelilingi Madinah. Untuk menghambat pergerakan pasukan kafir.
     Pasukan kafir frustasi. Berjumlah lebih banyak. Tetapi hanya berputar-putar saja. Tak bisa masuk menyerang. Pasukan Islam hanya bertahan. Pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Tidak menghasilkan apa-apa.
      Muncul angin topan. Pasukan kafir kocar-kacir. Mereka kembali ke tempat asal masing-masing. Umat Islam selamat. Sejak saat itu, Salman Al-Farisi  selalu terlibat dalam peperangan membela Islam.
Daftar Pustaka
1.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.

5.    Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah. 

121. SALMAN ALFARISI

SALMAN AL-FARISI,
MENCARI NABI DARI PERSIA HINGGA MADINAH
oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Salman Al-Farisi lahir tahun 568 Masehi di Persia, Iran. Meninggal tahun 657 Masehi di Irak. Selama di Madinah dipanggil Abu Abdullah.
      Salman Al-Farisi bercerita. Riwayat perjalanan hidupnya. Lahir di Desa Jayyu, Asfahah di Persia, Iran. Anak kesayangan seorang pemimpin desa. Yang beragama Majusi. Menyembah api.
      Salman Al-Farisi masih remaja. Bertugas menjaga api. Agar api menyala terus. Ketika Salman dalam perjalanan menuju ladang. Terdengar suara kebaktian di gereja.   Salman tertarik belajar agama Kristen.
      Orang Kristen berasal dari negeri Syam. Datang mengunjungi orang tua Salman. Ayahnya melarang bergaul dengan mereka. Salman Al-Farisi dikurung di rumah.
     Salman Al-Farisi “minggat” dari rumah. Mengikuti rombongan pedagang Syam. Kembali ke negeri mereka. Salman Al-Farisi menempati “kompleks” gereja di Syam. Sebagai pelayan jemaat gereja. Bersama seorang uskup. Ternyata,  uskup orang jahat. Menyalahgunakan jabatannya. Memerintahkan orang bersedekah. Hasilnya, untuk kekayaan pribadi uskup sendiri.
    Uskup meninggal. Masyarakat akan melakukan “prosesi pemakaman”. Salman Al-Farisi membuka rahasia. Uskup  orang jahat. Ditunjukkan tempat tersembunyi. Tempat penyimpanan perhiasan. Ditemukan 7 kotak emas dan perak. Masyarakat marah. Jenazah uskup dilempari batu. Mereka menunjuk uskup baru.
    Uskup baru orang baik. Tekun beribadah. Berbudi pekerti luhur. Uskup yang baik meninggal. Sebelum wafat uskup memberikan rekomendasi. Agar Salman Al-Farisi menjumpai seorang uskup di Al-Maushil. Salman Al-Farisi mendatanginya. Menjelaskan masalahnya.
     Uskup di Al-Maushil bagus. Sikap dan perilkunya terpuji. Uskup meninggal. Juga, memberikan rekomendasi. Agar Salman Al-Farisi menjumpai seorang uskup di Nashibin. Uskup, orang yang baik. Uskup Meninggal. Sebelum wafat memberikan saran agar  Salman Al-Farisi menemui seorang uskup di Ammuriyah, Romawi.
     Salman Al-Farisi datang ke Romawi. Menjumpai uskup yang ditunjuk. Salman Al-Farisi memiliki sejumlah sapi dan kambing. Uskup meninggal dunia. Sebelum wafat  uskup sudah berwasiat. Akan muncul “Nabi Baru”. Membawa ajaran agama Ibrahim. Di negeri Arab.
    Uskup memberikan ciri-ciri “topografi”. Keadaan muka bumi pada suatu kawasan atau daerah tertentu. Lokasi hijrah nabi baru. Berada di wilayah Arab. Diapit gunung berbatu hitam. Banyak ditumbuhi pohon kurma. Uskup berpesan, “Jika kamu sanggup, pergilah ke sana.”
     Uskup menyampaikan “tanda” kenabian. Ciri “yang tampak dari luar”. Yang bisa dilihat dan disaksikan dengan indra manusia. Tanda “khusus” nabi baru. Pertama, dia tidak mau menerima sedekah. Kedua, dia mau menerima hadiah. Ketiga,  terdapat “stempel kenabian”. Berupa “benjolan kecil” di punggung belakang. Di antara kedua bahunya.
     Beberapa waktu kemudian. Rombongan pedagang dari Arab datang.  Salman Al-Farisi menjumpai mereka. Menyampaikan maksudnya.  Rombongan bersedia membawa ke negeri Arab. Dengan imbalan beberapa ekor sapi dan kambing.
     Rombongan pedagang Arab berbuat jahat. Salman Al-Farisi diperlakukan sebagai budak. Diperdagangkan di pasar “perbudakan’. Salman Al-Farisi dibeli orang Madinah. Di Madinah banyak tumbuh pohon kurma. Tetapi, Salman Al-Farisi belum yakin itu wilayah nabi baru.
     Salman Al-Farisi dibeli kaum Yahudi Bani Quraizah. Dibawa ke daerah Bani Quraizah di Madinah. Salman mulai yakin itu daerah yang dituju. Seperti yang disampaikan seorang uskup di Ammuriyah.
   Nabi Muhammad masih berada di Mekah. Salman Al-Farisi bekerja sebagai budak. Bekerja untuk majikannya. Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah. Nabi tiba di Quba.
      Salman Al-Farisi berada di atas sebuah pohon kurma. Seseorang berteriak kepada temannya, “Orang-orang sedang berkumpul di Quba. Menyambut kedatangan orang dari Mekah. Mereka mengatakan orang tersebut adalah nabi.” Salman Al-Farisi hampir terjatuh. Mendengar teriakan orang tersebut.  
     Pertemuan pertama. Sore hari. Salman Al-Farisi mendatangi Nabi di Quba. Membawa beberapa  makanan. Salman Al-Farisi berkata, “Aku mendengar kabar. Engkau orang baik.  Engkau memiliki sahabat yang membutuhkan bantuan. Aku membawa sedekah untuk kalian.” Nabi menerimanya. Diberikan kepada para sahabat. Para sahabat memakannya. Nabi tak ikut makan.
      Salman Al-Farisi bergumam, “Ini merupakan bukti pertama. Nabi tidak mau makan harta sedekah.” Salman Al-Farisi izin pulang. Kembali ke rumah majikan.
   Pertemuan kedua. Nabi Muhammad pindah ke Madinah. Salman Al-Farisi mendatangi Nabi. Membawa beberapa makanan. Salman Al-Farisi berkata, “Saya melihat engkau tidak makan harta sedekah. Saya datang membawa hadiah untukmu. Terimalah hadiah khusus dariku untukmu.” Nabi menerimanya.
      Nabi makan hadiah itu bersama para sahabat. Salman Al-Farisi bergumam,”Ini adalah bukti kedua. Nabi mau makan harta hadiah.”  
      Pertemuan ketiga. Nabi Muhammad mengantar jenazah sahabatnya. Di pemakamam Baqi, Madinah. Nabi duduk bersama para sahabat. Salman Al-Farisi memilih duduk di belakang Nabi. 
      Salman Al-Farisi ingin melihat punggung Nabi. Nabi menyadarinya.  Nabi melepaskan baju dari punggungnya. Salman Al-Farisi melihat “stempel” tanda kenabian.  Yang berada di antara punggung Nabi. Seperti yang disampaikan uskup di Ammuriyah.
     Salman Al-Farisi menangis. Mendekat ke arah Nabi, merangkul, dan menciumnya.  Nabi bersabda, “Berbaliklah, menghadap kepadaku. Ceritakan semuanya.” Salman Al-Farisi bercerita riwayat hidupnya. Kisah perjalanannya “mencari” Nabi. Berangkat dari Persia, Iran hingga di Madinah, Arab Saudi. Nabi dan para sahabat mendengarkan dengan saksama.
      Salman Al-Farisi kembali bekerja. Sebagai seorang budak. Salman Al-Farisi tidak ikut Perang Badar, dan Perang Uhud. Masih “berstatus” seorang budak.
      Nabi bersabda,”Wahai Salman. Tulislah perjanjian dengan majikanmu. Agar kamu bebas.”Salman Al-Farisi menulis perjanjian dengan majikannya. Supaya terlepas dari “status” budak. Dengan menanam 300 pohon kurma, dan membayar 40 ons emas.
     Nabi bersabda, “Wahai para sahabat. Bantulah saudaramu Salman Al-Farisi. Untuk membebaskan dirinya.” Semua para sahabat berebut membantu. Nabi ikut menanam pohon kurma dengan tangan beliau sendiri. Nabi membawa emas sebesar telur ayam. Seberat 40 ons diberikan kepada Salman. Untuk ongkos membayar kebebasan dirinya.
    Salman Al-Farisi menjadi orang merdeka. Mengikuti Perang Khandaq atau Perang Parit. Salman Al-Farisi mengusulkan ide yang cemerlang. Membuat parit mengelilingi Madinah. Untuk menghambat pergerakan pasukan kafir.
     Pasukan kafir frustasi. Berjumlah lebih banyak. Tetapi hanya berputar-putar saja. Tak bisa masuk menyerang. Pasukan Islam hanya bertahan. Pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Tidak menghasilkan apa-apa.
      Muncul angin topan. Pasukan kafir kocar-kacir. Mereka kembali ke tempat asal masing-masing. Umat Islam selamat. Sejak saat itu, Salman Al-Farisi  selalu terlibat dalam peperangan membela Islam.
Daftar Pustaka
1.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.

5.    Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah. 

121. SALMAN ALFARISI

SALMAN AL-FARISI,
MENCARI NABI DARI PERSIA HINGGA MADINAH
oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Salman Al-Farisi lahir tahun 568 Masehi di Persia, Iran. Meninggal tahun 657 Masehi di Irak. Selama di Madinah dipanggil Abu Abdullah.
      Salman Al-Farisi bercerita. Riwayat perjalanan hidupnya. Lahir di Desa Jayyu, Asfahah di Persia, Iran. Anak kesayangan seorang pemimpin desa. Yang beragama Majusi. Menyembah api.
      Salman Al-Farisi masih remaja. Bertugas menjaga api. Agar api menyala terus. Ketika Salman dalam perjalanan menuju ladang. Terdengar suara kebaktian di gereja.   Salman tertarik belajar agama Kristen.
      Orang Kristen berasal dari negeri Syam. Datang mengunjungi orang tua Salman. Ayahnya melarang bergaul dengan mereka. Salman Al-Farisi dikurung di rumah.
     Salman Al-Farisi “minggat” dari rumah. Mengikuti rombongan pedagang Syam. Kembali ke negeri mereka. Salman Al-Farisi menempati “kompleks” gereja di Syam. Sebagai pelayan jemaat gereja. Bersama seorang uskup. Ternyata,  uskup orang jahat. Menyalahgunakan jabatannya. Memerintahkan orang bersedekah. Hasilnya, untuk kekayaan pribadi uskup sendiri.
    Uskup meninggal. Masyarakat akan melakukan “prosesi pemakaman”. Salman Al-Farisi membuka rahasia. Uskup  orang jahat. Ditunjukkan tempat tersembunyi. Tempat penyimpanan perhiasan. Ditemukan 7 kotak emas dan perak. Masyarakat marah. Jenazah uskup dilempari batu. Mereka menunjuk uskup baru.
    Uskup baru orang baik. Tekun beribadah. Berbudi pekerti luhur. Uskup yang baik meninggal. Sebelum wafat uskup memberikan rekomendasi. Agar Salman Al-Farisi menjumpai seorang uskup di Al-Maushil. Salman Al-Farisi mendatanginya. Menjelaskan masalahnya.
     Uskup di Al-Maushil bagus. Sikap dan perilkunya terpuji. Uskup meninggal. Juga, memberikan rekomendasi. Agar Salman Al-Farisi menjumpai seorang uskup di Nashibin. Uskup, orang yang baik. Uskup Meninggal. Sebelum wafat memberikan saran agar  Salman Al-Farisi menemui seorang uskup di Ammuriyah, Romawi.
     Salman Al-Farisi datang ke Romawi. Menjumpai uskup yang ditunjuk. Salman Al-Farisi memiliki sejumlah sapi dan kambing. Uskup meninggal dunia. Sebelum wafat  uskup sudah berwasiat. Akan muncul “Nabi Baru”. Membawa ajaran agama Ibrahim. Di negeri Arab.
    Uskup memberikan ciri-ciri “topografi”. Keadaan muka bumi pada suatu kawasan atau daerah tertentu. Lokasi hijrah nabi baru. Berada di wilayah Arab. Diapit gunung berbatu hitam. Banyak ditumbuhi pohon kurma. Uskup berpesan, “Jika kamu sanggup, pergilah ke sana.”
     Uskup menyampaikan “tanda” kenabian. Ciri “yang tampak dari luar”. Yang bisa dilihat dan disaksikan dengan indra manusia. Tanda “khusus” nabi baru. Pertama, dia tidak mau menerima sedekah. Kedua, dia mau menerima hadiah. Ketiga,  terdapat “stempel kenabian”. Berupa “benjolan kecil” di punggung belakang. Di antara kedua bahunya.
     Beberapa waktu kemudian. Rombongan pedagang dari Arab datang.  Salman Al-Farisi menjumpai mereka. Menyampaikan maksudnya.  Rombongan bersedia membawa ke negeri Arab. Dengan imbalan beberapa ekor sapi dan kambing.
     Rombongan pedagang Arab berbuat jahat. Salman Al-Farisi diperlakukan sebagai budak. Diperdagangkan di pasar “perbudakan’. Salman Al-Farisi dibeli orang Madinah. Di Madinah banyak tumbuh pohon kurma. Tetapi, Salman Al-Farisi belum yakin itu wilayah nabi baru.
     Salman Al-Farisi dibeli kaum Yahudi Bani Quraizah. Dibawa ke daerah Bani Quraizah di Madinah. Salman mulai yakin itu daerah yang dituju. Seperti yang disampaikan seorang uskup di Ammuriyah.
   Nabi Muhammad masih berada di Mekah. Salman Al-Farisi bekerja sebagai budak. Bekerja untuk majikannya. Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah. Nabi tiba di Quba.
      Salman Al-Farisi berada di atas sebuah pohon kurma. Seseorang berteriak kepada temannya, “Orang-orang sedang berkumpul di Quba. Menyambut kedatangan orang dari Mekah. Mereka mengatakan orang tersebut adalah nabi.” Salman Al-Farisi hampir terjatuh. Mendengar teriakan orang tersebut.  
     Pertemuan pertama. Sore hari. Salman Al-Farisi mendatangi Nabi di Quba. Membawa beberapa  makanan. Salman Al-Farisi berkata, “Aku mendengar kabar. Engkau orang baik.  Engkau memiliki sahabat yang membutuhkan bantuan. Aku membawa sedekah untuk kalian.” Nabi menerimanya. Diberikan kepada para sahabat. Para sahabat memakannya. Nabi tak ikut makan.
      Salman Al-Farisi bergumam, “Ini merupakan bukti pertama. Nabi tidak mau makan harta sedekah.” Salman Al-Farisi izin pulang. Kembali ke rumah majikan.
   Pertemuan kedua. Nabi Muhammad pindah ke Madinah. Salman Al-Farisi mendatangi Nabi. Membawa beberapa makanan. Salman Al-Farisi berkata, “Saya melihat engkau tidak makan harta sedekah. Saya datang membawa hadiah untukmu. Terimalah hadiah khusus dariku untukmu.” Nabi menerimanya.
      Nabi makan hadiah itu bersama para sahabat. Salman Al-Farisi bergumam,”Ini adalah bukti kedua. Nabi mau makan harta hadiah.”  
      Pertemuan ketiga. Nabi Muhammad mengantar jenazah sahabatnya. Di pemakamam Baqi, Madinah. Nabi duduk bersama para sahabat. Salman Al-Farisi memilih duduk di belakang Nabi. 
      Salman Al-Farisi ingin melihat punggung Nabi. Nabi menyadarinya.  Nabi melepaskan baju dari punggungnya. Salman Al-Farisi melihat “stempel” tanda kenabian.  Yang berada di antara punggung Nabi. Seperti yang disampaikan uskup di Ammuriyah.
     Salman Al-Farisi menangis. Mendekat ke arah Nabi, merangkul, dan menciumnya.  Nabi bersabda, “Berbaliklah, menghadap kepadaku. Ceritakan semuanya.” Salman Al-Farisi bercerita riwayat hidupnya. Kisah perjalanannya “mencari” Nabi. Berangkat dari Persia, Iran hingga di Madinah, Arab Saudi. Nabi dan para sahabat mendengarkan dengan saksama.
      Salman Al-Farisi kembali bekerja. Sebagai seorang budak. Salman Al-Farisi tidak ikut Perang Badar, dan Perang Uhud. Masih “berstatus” seorang budak.
      Nabi bersabda,”Wahai Salman. Tulislah perjanjian dengan majikanmu. Agar kamu bebas.”Salman Al-Farisi menulis perjanjian dengan majikannya. Supaya terlepas dari “status” budak. Dengan menanam 300 pohon kurma, dan membayar 40 ons emas.
     Nabi bersabda, “Wahai para sahabat. Bantulah saudaramu Salman Al-Farisi. Untuk membebaskan dirinya.” Semua para sahabat berebut membantu. Nabi ikut menanam pohon kurma dengan tangan beliau sendiri. Nabi membawa emas sebesar telur ayam. Seberat 40 ons diberikan kepada Salman. Untuk ongkos membayar kebebasan dirinya.
    Salman Al-Farisi menjadi orang merdeka. Mengikuti Perang Khandaq atau Perang Parit. Salman Al-Farisi mengusulkan ide yang cemerlang. Membuat parit mengelilingi Madinah. Untuk menghambat pergerakan pasukan kafir.
     Pasukan kafir frustasi. Berjumlah lebih banyak. Tetapi hanya berputar-putar saja. Tak bisa masuk menyerang. Pasukan Islam hanya bertahan. Pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Tidak menghasilkan apa-apa.
      Muncul angin topan. Pasukan kafir kocar-kacir. Mereka kembali ke tempat asal masing-masing. Umat Islam selamat. Sejak saat itu, Salman Al-Farisi  selalu terlibat dalam peperangan membela Islam.
Daftar Pustaka
1.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.

5.    Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.