Friday, July 6, 2018

932. TAHLILI

METODE PENALARAN TAFSIR AL-QURAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang metode penalaran tafsir Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, tafsir adalah keterangan atau penjelasan tentang ayat Al-Quran agar maksudnya lebih mudah dipahami, dan metodologi tafsir Al-Quran adalah uraian tentang metode dalam penafsiran Al-Quran.
     Metode penalaran tafsir Al-Quran adalah suatu metode yang menafsirkan ayat Al-Quran dengan mengandalkan nalar (berpikir logis untuk mempertimbangan sesuatu baik atau buruk).
         Metode penalaran tafsir Al-Quran yang paling populer adalah dua metode berikut ini.
      Pertama, Metode penalaran tafsir tahlili (metode tafsir yang mufasirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat Al-Quran dari aneka sudut dengan memperhatikan runtutan ayat Al-Quran seperti tercantum dalam urutan mushaf).
      Dalam tafsir tahlili seorang mufasir menguraikan arti kosakata, asbabun nuzul, munasabah, dan lainnya yang berkaitan dengan teks atau kandungan ayat Al-Quran, sehingga metode ini sangat luas, tetapi tidak menyelesaikan suatu pokok bahasan, karena sering kali suatu pokok bahasan dalam ayat Al-Quran diuraikan kelanjutannya pada ayat lain.
     Metode tafsir tahlili digunakan sebagai upaya meletakkan dasar rasional bagi pemahaman kemukjizatan Al-Quran, karena mukjizat Al-Quran terutama ditujukan kepada orang yang tidak percaya kepada Al-Quran.
      Hal ini dapat dibuktikan dengan rumusan definisi mukjizat yang berisi tantangan kepada orang yang tidak meyakini Al-Quran, misalnya teks ayat Al-Quran yang berbicara tentang keluarbiasaan Al-Quran selalu dimulai dengan kalimat “Inkuntum fi raib” atau “Inkuntum shadiqin”.
      Al-Quran surah Ath-Thur (surah ke-52) ayat 32-34 menantang siapa pun yang meragukan Al-Quran untuk menyusun semacam Al-Quran secara keseluruhan.
أَمْ تَأْمُرُهُمْ أَحْلَامُهُمْ بِهَٰذَا ۚ أَمْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ أَمْ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُ ۚ بَلْ لَا يُؤْمِنُونَ فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِثْلِهِ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ

      Apakah mereka diperintah pikiran untuk mengucapkan tuduhan atau mereka kaum yang melampaui batas? Atau mereka mengatakan,”Muhammad membuat-buatnya.” Sebenarnya mereka tidak beriman. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Quran, jika mereka orang-orang yang benar.
     Al-Quran surah Hud (surah ke-11) ayat 13 menantang untuk menyusun sepuluh surah semacam Al-Quran.

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

      Bahkan mereka mengatakan,“Muhammad telah membuat-buat Al-Quran”.Katakan,”Kalau demikian, maka datangkan sepuluh surah yang dibuat untuk menyamainya dan panggil orang yang kamu sanggup, selain Allah jika kamu memang orang-orang yang benar.”   
      Al-Quran surah Yunus (surah ke-10) ayat 38 menantang untuk menyusun satu surah saja semacam Al-Quran.

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

      Atau patutkah mereka mengatakan, “Muhammad membuatnya.” Katakan, “Kalau benar yang kamu katakan itu, maka coba datangkan sebuah surah seumpamanya dan panggil siapa saja yang dapat kamu panggil untuk membuatnya selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
      Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 23 menantang untuk menyusun satu surah saja, yang mirip dengan surah Al-Quran.

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

     Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
       Al-Quran surah Al-Ira (surah ke-17) ayat 88.

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

      Katakan,”Sesungguhnya apabila manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Quran, niscaya mereka tidak dapat membuat yang serupa, meskipun mereka saling membantu.
      Kelemahan metode tafsir tahlili adalah berikut ini.
      Ke-1, Jika tujuan penggunaan metode tahlili untuk meletakkan dasar rasional bagi pemahaman kemukjizatan Al-Quran, tetapi sekarang ini, hal tersebut bukan masalah yang mendesak.
       Ke-2, Metode ini dapat menghasilkan pandangan parsial dan kontradiktif dalam kehidupan umat Islam, karena kadang kala para penafsir menggunakan metode ini hanya berusaha untuk menemukan “dalil pembenaran” untuk menyokong pendapatnya dengan ayat Al-Quran.
       Ke-3, Metode ini tidak mampu memberikan jawaban tuntas terhadap masalah yang dihadapi manusia dan tidak banyak memberikan pagar metodologis yang dapat mengurangi subjektivitas mufasirnya.
       Ke-4, Penafsirannya amat teoretis, tidak sepenuhnya mengacu penafsiran masalah khusus yang dialami masyarakat, sehingga uraian yang bersifat teoretis umum dapat mengesankan pandangan Al-Quran untuk setiap waktu dan tempat adalah sama.
      Kedua, Metode penalaran tafsir maudhui (metode yang mengharuskan penafsir untuk berupaya menghimpun ayat Al-Quran dari berbagai surah yang berkaitan dengan suatu topik tertentu), kemudian penafsir membahas dan menganalisis kandungan ayat Al-Quran tersebut, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
4. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
5. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
6. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
7. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
8. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
9. Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment