SEKOLAH
DASAR DI JEPANG
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.

- PENGALAMAN
MENYEKOLAHKAN ANAK DI JEPANG
- (SEKOLAH
DASAR/ELEMENTARY SCHOOL)
- Memenuhi
janji saya kepada Pak Guru Amy Koko dan teman saya yg anaknya prestatif
bukan main, Ratna Kurniawati juga sebagai bahan untuk mengambil yg baik
dari sistem pendidikan di Jepang dan menjaga yg sudah baik di Indonesia.
- Mohon
maaf baru bisa nulis, disamping saya dulu belum lulus dan masih dalam
tekanan yg sangat besar melebihi puluhan pascal hot presser yg biasa
dipakai praktikum buat komposit kayu (Jiaaaah).
- Dimana
suhu tinggi dan tekanan besar berhasil membuat lapisan komposit otak saya
menjadi ngepress untuk menulis.
- Sebagai
mahasiswi dengan 2 anak, saya menguatkan diri untuk memboyong keluarga ke
Jepang setelah melakukan observasi selama 6 bulan, dimana saya lebih dulu
tinggal di Jepang.
- Meskipun
tidak mudah, dengan beban dan tanggung jawab yang semakin berat.
- Ditambah
kenyataan bahwa hidup di Jepang tidak ada asisten, warteg or penyetan dan
juga laundry yg harganya terjangkau.
- Apalagi model OJOL dengan aplikasi
pengiriman makanan yg memudahkan kehidupan masyarakat Indonesia zaman
sekarang.
- Pengalaman
ini saya share untuk melihat bagaimana sekolah dasar di Jepang dibangun.
- Yang
perlu dicatat dalam tulisan ini, bahwa ini sekolah publik ya atau sekolah
negeri.
- Jadi
saya berusaha memotret SD negeri di Jepang untuk kemudian kebaikan disini
yg diharapkan bisa dibangun juga di Indonesia.
- Semoga
apa yg saya share bermanfaat untuk membuat mereka yg bekerja di sektor
pendidikan dasar bisa mengambil yg baik dari tulisan ini.
- Berikut
pengalaman yg bisa saya bagi terkait menyekolahkan anak di SD Jepang.
- Proses
Pendaftaran Sekolah
1) Pertama,
saya akan menceritakan proses pendaftaran di sekolah Jepang.
2) Prosesnya
sangat mudah dan cepat. Sehari setelah sampai di Fukuoka, yg saya kerjakan
adalah updating kartu keluarga/KK, dimana semua anggota keluarga tercantum
semua di KK, yg awalnya hanya ada nama saya seorang.
3) Prosesnya
hanya mengisi form, membawa paspor dan residence card/semacam KTP (yg bisa kita
dapatkan pertama kali langsung di pintu imigrasi bandara dengan visa utk long
stay seperti bekerja, magang atau student).
4) Lalu
mengantri, verifikasi berkas, membayar pembuatan KK per lembarnya (jadi kita
bisa request mau minta berapa lembar, dengan biaya 300 yen per lembar).
5) Saya
hanya menghabiskan waktu paling lama 15 sampai 30 menit untuk menyelesaikan
proses ini.
6) Saat
verifikasi berkas untuk pembuatan KK, otomatis petugasnya mengidentifikasi ada
usia anak sekolah dasar di dalam anggota keluarga saya.
7) Akhirnya
saya dibuatkan langsung surat pengantar SD dengan memperhatikan lokasi apato
kami. Saat itu saya masih di tinggal di dekat Hakozaki Campus. Hingga akhirnya
si sulung direkomendasikan untuk masuk ke sekolah terdekat.
8) Jadi
untuk SD sampai SMP sekolah berdasarkan sistem zonasi.
9) Sekolah
anak adalah sekolah yg terdekat dengan rumahnya.
10) Setelah
SMA baru ada tes utk bisa masuk sekolah yg diinginkan.
- Esoknya
saya langsung datang ke sekolah.
1) Saat
masuk gerbang sekolah, saya melihat ada wanita paruh baya yg sedang menyiangi
rumput.
2) Dengan
mengucap salam, beliau langsung menyambut kami di sebuah ruangan. Bukan ruang
khusus tamu, tapi ruang kepala sekolah.
3) Hingga
akhirnya saya sadar, bahwa wanita itu adalah Kepala Sekolah (OMG, rajin banget
pakai nyabutin rumput di taman).
4) Disuguhi
segelas ocha, lalu kami menyerahkan surat pengantar dari kecamatan ke beliau.
5) Alhamdulillah,
beliaunya bisa berbicara dalam bahasa Inggris dan mengerti maksud kedatangan
kami.
6) Tak
lama, seorang wanita cantik berambut panjang datang, sebagai wali kelas 4-2
saat itu.
7) Setelah
perkenalan singkat, Azka lalu diajak ke calon kelasnya.
8) Dengan
langkah guntai seperti anak yg nggak makan seminggu, akhirnya dia menyambangi
calon kelasnya yg baru.
- Esoknya
Azka langsung bisa masuk sekolah.
1) Horray!!!
Tidak ada uang buku, uang pangkal dll.
2) Hari
pertama sekolah, anak saya masih berurai air mata.
3) Proses
adaptasi.
4) Bayangkan
dari Mertasinga Elementary School (si sulung sempat mengecap SD negeri di
Cilacap, setelah pindah dari sekolah IT di Bogor) dengan bahasa Jawa yg medok,
lalu berganti dengan teman-teman dengan bahasa yg sama sekali asing baginya.
5) Emak
kudu strong di tahap ini. Plus Bapaknya.
6) Adiknya
masih asik gejol gejolan di sepanjang lorong SD dan belum tahu apa yg akan
terjadi padanya kelak (Dek, kamu juga bakalan sekolah loh disini, ngga ada lagi
Teh Ani yg menyayangimu, teteh udah tenang di Ciherang, ngga lagi harus
mbujukin kamu pulang dari PAUD Babussalam karena keasyikan main sepedanya
Ghazan, atau mbujukin kamu mandi buat ke PAUD tapi kamunya masih asyik minum
susu).
7) Edisi
sekolah adiknya akan saya share lain waktu ya. Bagaimana sistem nursery school
di sini.
- Pendampingan
Bahasa
1) Setelah
satu minggu dari hari pertama sekolah, kami dipanggil lagi untuk bertemu
perwakilan education board-nya Kecamatan Higashi/Higashi-ku guna membahas
program pendampingan bahasa.
2) Saat
itu juga hadir calon guru bahasa Jepang yg akan mengajari anak kita belajar
bahasa Jepang.
3) Jadwalnya
sudah diatur oleh education board dan guru ybs. Jadi kita tidak bisa me-request
jadwal kecuali mengikuti yg sudah ditetapkan.
4) Sebagai
orang tua yg sama-sama student, saya dan suami berusaha untuk bekerja sama
dengan baik, agar semua urusan perkuliahan dan masa penting anak belajar bahasa
Jepang dapat berjalan mulus.
5) Lamanya
proses pendampingan bahasa tergantung kemampuan anak masing-masing.
6) Satu
guru satu anak.
7) Gratis
tanpa dipungut biaya apapun (Ya Allah, itu volunteer bener kah gurunya?? Atau
beneran ditanggung oleh pemerintah?
8) Saya
juga tidak mengetahuinya sampai sekarang).
- Pendampingan
bahasa ini dilakukan dengan 2 cara.
1) Pertama,
di luar sekolah dan selama anak mengikuti pembelajaran di sekolahnya.
2) Jadi,
Azka setiap Selasa jam 7.30 hingga 9.30 (2 jam) harus diantarkan ke SD lain,
dimana guru yg ditugaskan oleh education board Higashi-ku mengajar.
3) Kedua,
belajar di sekolah dimana Azka belajar. Selama 4 jam/hari dengan intensitas 2
hari/minggu, Azka dikeluarkan dari kelas utk belajar bahasa Jepang dari guru
bahasa Jepang yg juga ditunjuk oleh education board.
- Untuk
mempercepat kemampuan bahasa Jepangnya, saya juga mengkursuskan Azka ke
Hikari Bridge Language Course milik mba Herpin Dwi Jayanti.
- Dengan
guru yg mumpuni Mba Rizki F Darmayanti, Alhamdulillah Azka dinyatakan bisa
mengakhiri pendampingan bahasa dalam waktu 9 bulan.
- Belajar
bahasa gratis 9 bulan dari 2 guru native Jepang.
- Alhamdulillah.
Pendampingan bahasa ini tidak hanya kemampuan speaking ya, tapi juga
akselerasi program menulis kanji hingga level kelas 4, sesuai dengan grade
kelas Azka.
- Setiap
level ada 50-100 kanji yg dihafal, jadi 9 bulan itu Azka langsung
diakselerasi utk bisa sampai kanji level kelas 4.
- Saya
sebagai emaknya hanya bisa berdoa semoga ananda tidak tertekan dan bisa
melaluinya.
- Sebagai
orang tua, dengan melihat modul belajarnya saja sudah terbayang betapa
kompleks-nya hal baru yg harus dikuasai.
- Tapi
dengan metode belajar yg intensif dan private,iringan doa, Alhamdulillah
semuanya bisa terlalui dengan baik.
- Keperluan
Sekolah
1) Keperluan
sekolah di Jepang tidak terlalu banyak, tetapi cukup detail.
2) Tidak
diberlakukan seragam sekolah untuk level sekolah dasar.
3) Hanya
saja tas sekolah sudah ditetapkan standar.
4) Jadi
harus punya tas sekolah khusus yg namanya dikenal dengan randoseru.
5) Jadi
keperluan sekolah yg perlu disiapkan:
A. Randoseru.
a)
Tas ini harganya lebih mahal daripada harga
HP saya saat itu.
b)
Ya Allah tutup mata pas lihat harga tas
randoseru di toko atau online store. Berat kosongnya saja sudah 3 Kg.
c)
Kebayang kan kalau tas itu diisi?
d)
Tapi desain tasnya sepertinya sudah diperhitungkan
secara ergonomis, hingga saya tidak pernah melihat ada anak Jepang yg kepayahan
membawa randoseru ini.
e)
Lainnya, keawetan tas ini seperti abadi
hingga anak lulus SD.
f) Pun
jika mau dipakai sampai SMA juga tidak masalah.
g)
Sayangnya, sejak SMP biasanya sekolah sudah
menyiapkan tas dengan desain berbeda dan seragam untuk anak didiknya.
B. Sepatu
utk di dalam kelas.
a) Jepang
dikenal dengan kebersihannya.
b) Plus,
tidak ada petugas janitor yg membersihkan sekolah.
c) Jadi
soal kebersihan menjadi tanggungjawab siswa didukung guru/perangkat sekolah
lainnya.
d) Pernah
lihatkan, video anak anak di Jepang bergotong royong membersihkan kelas?
e) Ya
setiap anak harus punya kain lap masing-masing yg diberi nama. Jadi ketika
anak-anak sampai di sekolah, akan berderet rak sepatu utk semua siswa sesuai
kelasnya.
f) Disinilah
sepatu dari rumah diganti dengan sepatu untuk di dalam kelas.
g) Cara
ini sepertinya efektif untuk tetap menjaga kebersihan sekolah.
C. Perangkat
makan siang, terdiri dari kotak tempat makan (lunch box), serbet alas makan dan
sapu tangan.
a) Menyadari
keluarga kami sebagai muslim, sekolah disini juga kooperatif.
b) Mereka
akan memberitahukan bahwa kami harus membawa lauk sendiri, selain nasi,
buah/roti/susu yg disediakan sekolah.
c) Di
Jepang, makan siang dilakukan bersama di ruang khusus, petugas penyaji makan
siang juga digilir utk tiap siswa.
d) Dan
ketika bertugas, siswa wajib menggunakan pakaian mirip chef professional.
e) Berwarna
putih dilengkapi dengan topi dan apron. Pakaian ini dipinjamkan dari sekolah.
f) Menu
makan siang akan disampaikan di akhir bulan, untuk bulan selanjutnya.
g) Lengkap
dengan ilustrasi makanan, kandungan gizi makanan serta target pertumbuhan yg
ingin dicapai dari pemberian makanan dimaksud dan jumlah kalorinya.
h) Bayangkan,
pendidikan di Jepang didukung oleh gizi yg baik dipastikan terasup setiap hari
oleh anak didiknya.
i) Setiap
hari menunya bervariasi. Untuk ini kita membayar sekitar 4200 yen per
anak/bulan.
j) Di
tahun kedua , setelah pindah ke apato baru, guru di SD yg baru menyarankan kami
utk mendaftar program school benefit.
k) Status
student di Jepang dengan beasiswa dianggap memiliki pendapatan nol.
l) Melalui
penilaian berkas dan penilaian pendapatan (beasiswa saya ditambah suami) saya
berhasil medapatkan school benefit dari pemerintah Jepang.
m) Skemanya,
semua biaya sekolah yg dikeluarkan ortu akan direimburse ke rekening kita.
D. Peralatan
tertentu untuk mendukung pelajaran.
a) Peralatan
ini seperti alat untuk menulis kanji (semacam kaligrafi), disamping sisi art
atau seni yg disentuh, sepertinya aspek kesabaran juga dilatih utk pelajaran
ini.
b) Lalu
ada juga peralatan menjahit dan apron untuk pelajaran memasak.
c) Untuk
pelajaran seni kita juga dipinjami seruling dan diminta utk mempunyai pianika.
E. Kurikulum
(Buku pelajaran) dan sistem ujian.
a) Pelajaran
di Jepang relatif lebih mudah dibandingkan di Indonesia untuk jenjang yg sama.
b) Secara
umum mata pelajaran terdiri dari science, sosial dan sejarah, seni dan
keterampilan, matematika, olahraga dan bahasa Jepang yg banyak digunakan untuk
meningkatkan level menulis kanji.
c) Jadi
PR kanji pasti selalu ada. Level PR di Jepang juga lumayan tinggi.
d) Ini
yg saya catat sebagai salah satu ketidakpuasan saya terhadap SD disini. Dari
kelas 4 ke kelas 6, level PR semakin meningkat.
e) Satu
PR yg saya suka di Jepang adalah PR membaca.
f) Setiap
malam anak ditugasi untuk membaca buku tertentu. Keesokan harinya, isi dari
buku itu akan diceritakan oleh masing-masing anak di depan kelas.
g) Kebiasaan
inilah yg membangun budaya membaca di Jepang cukup tinggi.
h) Meskipun,
salah seorang teman di lab saya bercerita, sekarang lebih banyak melihat orang
Jepang dengan gadget di tangan, tapi saya tidak pernah tidak bertemu orang yg
tidak membaca entah itu di subway, bus, kereta.
i) Pernah
saya berdiri di dalam bus yg penuh sesak menuju kampus, ketika di depan saya,
seorang mahasiswa membaca buku, dimana 1 tangannya menggelantung di pegangan
spiral di besi yg melintang di dalam bus.
j) Dan
selama 45 menit perjalanan, tidak sekalipun dia merasa kepayahan membaca buku
tersebut.
k) Sedangkan
saya, sudah terkulai lemas, berharap segera sampai di kampus.
l) Saat
berbelanja di sebuah supermarket, saya melihat seorang kakek yg terduduk di
sebuah kursi di mall di dekat toilet, seperti sedang menunggu seseorang di
dalam toilet, dan dia membaca buku. Awesome!!.
- Buku
pelajaran di Jepang didesain dengan penuh warna dan banyak menyajikan
gambar-gambar yg melatih imajinasi lewat pendekatan visual.
- Teman-teman
bisa menyimak gambarnya di postingan saya ini.
- Tes
evaluasi dilaksanakan sebanyak 3 kali selama setahun.
- Soal
ujian di Jepang juga dibuat sangat menarik.
- Dicetak
dikertas berwarna putih, tampilan gambar yg imajinatif juga membuat
anak-anak tidak stress saat mengerjakan ujian.
- Kalau
anak saya, setiap kertas ujiannya ada gambar yg bagus langsung disimpan.
- Buat
kenang-kenangan katanya.
- Raport
di Jepang juga tidak menampilkan ranking.
- Hanya
capaian siswa dan catatan dari Sensei saja.
- Raportnya
juga relatif sederhana dibandingkan dengan raport di Indonesia.
- Yang
perlu dicatat, penerimaan raport disini tidak perlu dihadiri ortu murid.
- Raport
diserahkan langsung ke siswa, ortu lalu melihat dan memberikan tanda
tangan atau stempel (inkan) lalu dikembalikan ke sekolah.
- Jadwal
pelajaran tidak tetap untuk setahun.
- Jadwal
dibuat per minggu dan diberikan setiap hari Jumat pada minggu sebelumnya.
- Di
dalam jadwal pelajaran biasanya akan dituliskan sebagian aktifitas atau
hal penting yg terjadi selama pekan sebelumnya.
- Foto
Azka juga sempat nampang di jadwal sekolah, ketika ia menjadi murid baru
ketika kami baru saja pindah apato. Jadwal ini disiapkan oleh guru kelas
masing-masing.
- Jam
masuk sekolah di Jepang adalah pukul 8.20. Yup, tidak mruput seperti di
Indonesia.
- Saya
ingat saat Azka bersekolah di Ar-rahmaniyah Bogor, sehabis subuh sudah
harus mandi, sarapan dll, karena jam 6 sudah dijemput.
- Bahkan
temannya yg lokasinya lebih jauh, akan dijemput jam 5.45 atau 5.30.
- Pernah
saya membaca sebuah artikel seorang anak SD dari Depok naik KRL ke
sekolahnya di Jakarta.
- Berangkat
dari rumah jam 4.30 pagi. Luar biasa!!!
- Lainnya,
setahun dalam sekali selalu diadakan field trip, namun field tripnya
seperti ke pabrik toyota atau ke lokasi bekas bom nuklir Nagasaki.
- Ke
tempat yg membangun sense untuk mencintai teknologi maupun sejarah tentang
negara sendiri di masa lampau.
- Jadi
tidak hanya unsur fun dan happy saja yg dibangun.
- Fasilitas
Sekolah
- Kalau
anda berkunjung ke Jepang, sangat mudah mengidentifikasi bangunan sekolah
di sini.
- Karena
model bangunan yg hampir mirip untuk semua sekolah.
- Biasanya
bangunan akan berlantai 2, tinggi dan kokoh,bercat krem dan membentuk
letter U, lalu ditengahnya adalah lapangan yg sangat luas.
- Ikonik
lainnya adalah sebuah jam dinding besar yg menempel di pusat sekolah dan
biasanya akan tampak di luar pagar sekolah.
- Fasilitas
sekolah SD di Jepang sangat lengkap.
- Setiap
sekolah memiliki hall (aula) yg luas untuk performance atau acara
kelulusan.
- Dilengkapi
kolam renang, ruangan gym indoor, library, science room, computer room,
music room, ruang keterampilan utk belajar memasak dan menjahit (household
skills room), lapangan bermain yg luas dilengkapi ayunan dan prosotan.
- Mungkin
ketersediaan sarana ini yang berbeda dengan di Indonesia.
- Pemerintah
benar-benar memberikan fasilitas yg mendukung utk SD negeri di sini.
- Sayangnya,
saya tidak punya informasi tentang SD swasta di Jepang.
- Perpustakaan
sekolah di SD negeri dikelola oleh pustakawan.
- Koleksi
buku disupply dengan baik oleh pemerintah.
- Event
sekolah
- Yang
menarik dari sekolah di Jepang adalah frekuensi acara untuk kunjungan
kelas cukup intensif.
- Disini
ortu dipersilakan memperhatikan proses belajar mengajar dan melihat
bagaimana respon anak-anak di sekolah.
- Saat
di SD yg lama, saya sebagai ortu sering mendapat undangan utk menyaksikan
class performance.
- Event
lainnya yg cukup berkesan adalah undokai atau semacam festival olahraga
tahunan. Disini semua anak dari kelas 1 hingga kelas 6, ortu dan guru
terlibat aktif.
- Beberapa
bulan sebelum undokai, semua siswa berlatih hingga pada hari H, semua
menampilkan yg terbaik.
- Meskipun
ada unsur kompetisi pada event ini, karena biasanya dibagi antara tim
merah dan putih, tapi sebenarnya semangat yg ingin dibangun adalah
kerjasama, saling menghargai dan sportivitas.
- Saya
rasa ini yg belum banyak diadakan di Indonesia.
- Para
ortu hadir dan menyaksikan bagaimana anak-anaknya berlari, menari,
berlomba dsb di event ini.
- Mungkin
perlu diusulkan untuk dikembangkan di Indonesia.
- Disamping
melatih kreativitas guru dan murid, sebenarnya event ini juga melihat
bagaimana EQ anak-anak, melatih semangat kebersamaan dan sportivitas.
- Disamping
pada event ini, saat istirahat para ortu dipersilakan makan bersama dengan
anak-anaknya masing-masing.
- Bukan
di ruang kelas atau warung dekat sekolah (karena pasti tidak ada), apalagi
pesan pakai aplikasi go food.
- Makanan
disiapkan dari rumah, para ortu menggelar semacam tikar atau alas di
lapangan tempat undokai lalu makan siang bersama dengan anaknya
masing-masing.
- Semacam
piknik di sekolah (hihihi).
- Alhamdulillah
kami sudah melalui dua undokai di Jepang, pengalaman yg sangat berkesan
bagi anak anak.
- Mungkin
itu yg bisa saya bagi mengenai pengalaman menyekolahkan anak di SD Jepang.
- Di
Jepang tidak ada pendidikan agama, karena memang negara ini menerapkan
sistem sekuler.
- Tidak
ada libur utk hari besar keagamaan. Inilah yg menjadi catatan utk saya.
- Usaha
sebagai orang tua utk menanamkan nilai-nilai agama harus lebih kuat
dirumah. Usahanya harus double gardan yg maksimal.
- Belakangan,
viral mengenai Mendikbud kita yg baru.
- Muda,
mewakili millennial dan pendiri perusahaan teknologi yg menyediakan
layanan transportasi lewat daring yg populer di Indonesia.
- BPK
juga mencatat Kementerian DikBud merupakan Kementerian dengan anggaran yg
cukup besar dan menjadi perhatian lebih untuk akuntabilitas pengelolaan
anggarannya oleh BPK (www.liputan6.com/bisnis/read/4094198/bpk-lebih-ketat-awasi-7-kementerian-lembaga-dengan-anggaran-terbesar).
- Tentunya
menjadi hal yg baik dengan memiliki anggaran besar, karena tupoksi
kementerian dimaksud untuk membangun pendidikan di Indonesia.
- Kita
berharap triliunan dana APBN itu bisa tepat sasaran membangun pendidikan
SDM Indonesia. Berharap pendidikan di Indonesia bisa semakin baik
kedepannya.
- Pendidikan
yg tidak mencetak manusia-manusia yg dinilai dari angka-angka.
- Ada
hal yg lebih penting dari itu, soal attitude, kejujuran, rasa respect
terhadap orang lain, dan karakter positif lainnya yg bisa dilihat dari
hasil pendidikan.
- Catatan
lainnya, meskipun Jepang dikenal dengan tipe workaholic, saya tidak pernah
melihat sepinya kehadiran orang tua dalam setiap event kelas.
- Keluarga
adalah tempat kembali semua anak-anak kita.
- Oleh
karena itu, semua orang tua, bahkan kadang mengajak nenek kakeknya untuk
hadir di momen kunjungan kelas atau undokai (festival olahraga).
- Sebagai
orang tua kita tetap menjadi garda utama untuk membentuk anak-anak kita.
- Sayangnya,
alasan ekonomi, kemiskinan, dan geografis masih membuat pendidikan di
Indonesia belum dirasakan adil oleh seluruh anak-anak di Indonesia.
- Terutama
pendidikan di dalam keluarga. Pun, pendidikan di sarana formal. Semoga
kita terus belajar menjadi guru terbaik untuk anak-anak kita.
- Salam
takzim untuk para guru, semoga yg baik-baik pada tulisan ini bisa
bermanfaat untuk para guru dan mereka yg bekerja di bidang pendidikan di
Indonesia.
- Mohon
maaf saya belum punya informasi bagaimana pemerintah Jepang merekrut para
guru di SD negeri.
- Semoga
suatu saat saya bisa share ya.....
Fukuoka,
26 Oktober 2019
WNI yg sangat cinta NKRI
0 comments:
Post a Comment