Monday, February 13, 2023

16661. HAI MANUSIA AYO TERTAWA YANG WAJAR

 


HAI MANUSIA AYO TERTAWA YANG WAJAR

Oleh: Drs. H. M. Yusron  Hadi, M.M.

 

 

 

 

AYO TERTAWA YANG WAJAR

 

     Tertawa yang wajar .

Bagaikan “obat” bagi kesedihan.

 

Laksana “pil kuat” untuk kegalauan. 

Pengaruh tertawa yang wajar amat kuat.

 

Membuat hati gembira.

Hati jadi bahagia.

Lingkungan jadi menyenangkan.

 

      Sahabat Nabi berkata,

”Nabi Muhammad terkadang tertawa, sehingga tampak gigi gerahamnya.”

 

 Tertawa puncak gembira.

Titik tertinggi ceria.

 Ujung perasaan senang.

 

      Nabi bersabda,

“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.”

 

Nabi Sulaiman tertawa.

 

Al-Quran surah An-Naml (surah ke-27) ayat 19.

 

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

 

Maka Sulaiman tertawa mendengar perkataan semut. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu dalam golongan hamba-Mu yang saleh".

 

      Salah satu nikmat Allah untuk penghuni surga ialah tertawa.

 

Al-Quran surah Al-Mutaffifin (surah ke-27) ayat 34.

 

فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ

 

Maka pada hari ini, orang-orang beriman menertawakan orang-orang kafir.

 

 Tapi jangan tertawa berlebihan.

 

Nabi bersabda,

“Jangan engkau banyak tertawa.

Karena banyak tertawa mematikan hati.”

 

Mari kita tertawa yang wajar saja.

 

      Jangan tertawa sinis dan penuh kesombongan.

 

Seperti orang kafir.

 

Al-Quran surah Az-Zukhruf (surah ke-43) ayat 47.

 

فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِآيَاتِنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا يَضْحَكُونَ

 

Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat Kami dengan serta merta mereka menertawakannya.

 

 

       Pada umumnya, semua orang senang wajah yang murah senyum.

 

Suka dengan muka yang selalu tampak ceria.

Hal itu merupakan cermin kemurahan hati.

Kelapangan dada, dan kedermawanan.

 

      Pada dasarnya, Islam dibangun berdasarkan prinsip keseimbangan.

 

Moderat dalam hal akidah, ibadah, budi pekerti, dan perilaku.

 

Pertengahan dalam bersikap.

Islam tidak mengenal kemuraman yang menakutkan, maupun tertawa lepas tak beraturan.

 

      Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan penuh wibawa dan ringan langkah yang terarah. 

 

Menganjurkan perbuatan yang bermanfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

 

     Imam Gazali melontarkan humor,

“Benda apakah yang paling tajam di dunia ini?

 

Muridnya menjawab degan berbagai jawaban.

 

Antara lain: pisau, silet, pedang dan semacamnya.

 

Imam Gazali menjawab,

“Betul, semua benda yang kalian sebutkan itu tajam.

Tetapi ada yang lebih tajam dari itu semua, yaitu LIDAH”.

 

 

       Abu Hurairah bertanya,

“Wahai Rasul, apakah engkau pernah bergurau?

 

Nabi bersabda,

” Benar, hanya saya selalu berkata benar.”

 

      Nabi bergurau,

“Naikkan barang-barangmu ke punggung anak unta di sebelah sana!”

 

Sahabat bingung,

“Ya Rasul, bagaimana anak unta mampu memikul beban berat?

 

Nabi bersabda,

 

”Saya tidak bilang anak unta itu kecil.

Semua unta ‘kan lahir dari ibu unta.”

 

 

     Seorang wanita tua bertanya,

“Ya Nabi, apakah wanita tua seperti saya layak masuk surga?”

 

Nabi bersabda,

“Maaf, Bu. Di surga tidak ada wanita tua”.

 

Wanita itu menangis.

 

Nabi menjelaskan,”

Semua orang yang masuk surga, akan menjadi muda lagi.”

 

 Wanita tua itu tersenyum.

 

      Sungguh, manusia membutuhkan senyuman.

 

Memerlukan humor yang menghibur.

 

Tidak menghina siapa pun.

 

Tak merendahkan apa pun.

Semua orang senang dengan wajah yang selalu berseri-seri.

 

Hati yang lapang dalam menerima perbedaan.

 

Budi pekerti yang luhur.

 

Perilaku yang lembut.

Pembawaan yang tidak kasar.

 

     Jadi, janganlah kita bersedih.

Lontarkan humor yang cedas.

 

 Humor yang tidak menyinggung siapa pun. Tak menghina apa pun.

 

Mari kita tersenyum.

 

Ayo tertawa yang wajar.

 

Kehidupan akan terasa lebih indah, ceria, dan memesona. Semoga.

 

 

Daftar Pustaka

1. Al-Qarni, Aidh. La Tahzan. Jangan Bersedih. Penerbit Qisthi Press. Jakarta 2007.

 

0 comments:

Post a Comment