Thursday, May 9, 2024

33930. NABI MUSA INGIN LIHAT BUKTI ALLAH MAHA ADIL

 


NABI MUSA INGIN LIHAT BUKTI ALLAH MAHA ADIL

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 


Nabi Musa di bukit Sinai. Selama 40 hari. Terima wahyu dari Allah. Lewat malaikat Jibril. Berupa kita Taurat.

 

Pada hari ke-30.

Nabi Musa berdoa,

 

“Ya Allah. Ampuni dosa hamba. Sebab hamba lancang.

 

Hamba ingin melihat sendiri bahwa Engkau Maha Adil.”

 

Malaikat Jibril berkata,

“Wahai Musa. Allah mendengar doamu. Apakah kamu tak yakin bahwa Allah Maha Adil?”

 

Musa menjawab,

“Ya Allah ampuni hamba. Hamba sudah yakin Allah Maha Adil.

 

Tapi hamba ingin melihat sendiri. Bahwa Engkau Maha Adil.”

 

Malaikat Jibril berkata,

“Wahai Musa. Allah memberi salam padamu.

 

Jika kamu ingin melihat keadilan Allah. Pergilah mendekat sumber air.”

Kemudian Nabi Musa mendekat sumber air. Lalu bersembunyi.  Untuk melihat peristiwa yang akan terajadi.

 

Tak berapa lama.

Muncul ksatria penunggang kuda. Membawa sarung berisi pedang di punggungnya.

 

Dan membawa sekantung uang. Menggantung di pinggang kirinya.

 

Penunggang kuda turun ke sumber air. Dia mencuci muka dan menimati air sepuasnya.

 

Beberapa saat kemudian. Dia meninggalkan sumber air. Tapi sekantung uang tertinggal tergeletak dekat sumber air.

 

Panunggang kuda berlalu. Muncul anak kecil umur 9 tahun. Dia mendekat sumber air mengisi kantung airnya.

 

Anak kecil temukan sekantung uang. Dan membawanya pergi.

 

Anak kecil menjauh. Orang tua buta mendengar gemericik air. Lalu mendatanginya.

 

Orang tua buta mencuci muka dan bersuci. Lalu dia salat.

 

Beberapa saat kemudian. Ksatria berkuda dengan cepat balik ke sumber air.

 

Dia mencari uangnya yang hilang. Tapi tak ditemukan.

Penunggang kuda teriak,

“Hai orang tua. Apakah kamu mengambil sekantung uangku. Yang tertinggal di sini.”

 

Si orang tua menjawab,

“Maaf, Nak. Saya buta. Tak tahu ada uang sekantung yang tertinggal.

 

Penunggang kuda dan orang tua bertengkar hebat.

Akhirnya, orang tua buta mati terbunuh.

Penunggang kuda pergi menjauh. Meninggalkan mayat tergeletak.

 

Nabi Musa menyaksikan semua. Dari tempat sembunyi.

 

Nabi Musa bergumam,

Sungguh tak adil. Yang bersalah anak kecil. Sebab dia yang ambil uangnya.

Tapi orang tua buta mati terbunuh.

 

Malaikat Jibril berkata,

“Wahai Musa. Kamu tak bisa menilai keadilan Allah. Sebab kamu hanya melihat peristiwa sepotong saja.

 

Kamu tak bisa melihat semua rangkaian peristiwa.

 

      Malaikat Jibril berkata,

“Orang tua si anak kecil.

Pernah ikut bekerja pada penunggang kuda.

Dan dia belum terima gajinya.

 

Penunggang kuda belum membayar gajinya.

Selama di

 selama bekerja.”
     

Malaikat Jibril melanjutkan,

“Uang yang belum dibayarkan kepada orang tua si anak kecil, besarnya persis sama dengan jumlah uang yang ditemukan anak itu, yaitu jumlah gaji yang belum dibayarkan, tepat sama dengan jumlah uang dalam kantung penunggang kuda, padahal si penunggang kuda tidak pernah merencanakan membawa uang dalam kantung sejumlah itu.”
      “

 

Orang tua si anak sudah meninggal, karena dibunuh seseorang, dan pembunuhnya adalah si orang tua yang buta itu,” lanjut malaikat Jibril.
    

 

Nabi Musa berkata, “Allah Maha Adil. Ya Allah, ampunilah hamba-Mu yang lemah, hina, daif, dan bodoh ini, yang gampang dan cepat menilai sesuatu kejadian hanya berdasarkan penglihatan dan pengetahuan yang sekilas saja

 

.”  
Daftar Pustaka

1. Bahjat, Ahmad. Nabi Nabi Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2015.
2.
Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta, 2011



0 comments:

Post a Comment