Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label BILAL MEMBUAT IDE SALAT 2 RAKAAT SETELAH WUDU. Show all posts
Showing posts with label BILAL MEMBUAT IDE SALAT 2 RAKAAT SETELAH WUDU. Show all posts

Friday, January 8, 2021

8276. BILAL MEMBUAT IDE SALAT 2 RAKAAT SETELAH WUDU

 


BILAL MEMBUAT IDE SALAT 2 RAKAAT SETELAH WUDU

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

 

 

 

 

Nabi membenarkan perbuatan para sahabat.

 

 

Padahal Nabi tidak pernah melakukannya, tidak pernah  beliau ucapkan,  dan  tidak  pernah  beliau  ajarkan.

 

 

 

Tetapi  dilakukan  oleh sahabat dan Nabi membenarkannya.

 

 

KASUS KE-1:

Salat 2 rakaat setelah wudu’.

 

 

Abu Hurairah berkisah Nabi bersabda kepada Bilal pada salat Subuh,

 

 

 

“Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang amal yang paling engkau harapkan yang telah engkau amalkan dalam Islam?

 

 

 

Karena aku mendengar suara gesekan sandalmu di depanku di dalam surga.”

 

 

 

 Bilal menjawab,

 

 

“Saya tidak pernah melakukan amal yang paling saya harapkan, hanya saja saya tidak pernah bersuci (wudu’) di waktu malam atau siang, melainkan aku salat dengan itu (salat sunah wudu’), salat yang telah ditetapkan bagiku.”

(HR. Bukhari).

 

 

Nabi tidak pernah melakukan, mengucapkan, atau mengajarkan salat sunat 2 rakaat setelah berwudu.

 

 

 

Sehingga salat sunah setelah wudu’ adalah bid’ah.

 

 

Karena Nabi tidak pernah melakukannya.

 

 

Maka salat sunah 2 rakaat setelah wudu’ adalah “bid’ah hasanah”.

 

 

 

 Hal itu disebut sunah “taqririyah” setelah Nabi membenarkannya.

 

 

 

Tetapi sebelum Nabi membenarkannya, salat sunat 2 rakaat setelah berwudu adalah bid’ah, yaitu amal yang dibuat-buat oleh Bilal.

 

 

 

Seandainya Nabi tidak bertanya kepada Bilal, tentu Bilal melakukannya seumur hidupnya.

 

 

 

Tanpa mengetahui apa pendapat Nabi tentang salat 2 rakaat setelah wudu.

 

 

 

Sehingga salat setelah wudu’ itu “bid’ah hasanah’ sebelum diakui Nabi, dan setelah mendapatkan pengakuan Nabi, maka berubah menjadi sunah “taqririyah”.

 

 

 

KASUS KE-2:

Salat 2 rakaat sebelum dibunuh.

 

 

Abu Hurairah berkisah,

 

 

“Nabi mengutus 10 orang ke daerah Hadah antara Asfan dan Mekah, ternyata Khubaib ditawan pasukan musuh.

 

 

 

Ketika pasukan musuh akan membunuhnya, Khubaib berkata:

 

 

 

 lzinkan aku melaksanakan salat 2 rakaat”.

 

 

Pasukan musuh mengizinkan dan kemudian membunuhnya.

 

 

 

Khubaib adalah orang pertama yang “men-sunah-kan” salat sunah bagi setiap muslim yang terbunuh dalam keadaan sabar. (HR. Bukhari).

 

 

 

Nabi tidak pernah mengajarkan,

 

 

 

“Hai orang-orang beriman, jika kamu akan dibunuh, maka salat sunahlah 2 rakaat”.

 

 

 

Salat sunah 2 rakaat ini murni inisiatif dari Khubaib.

 

 

 

Maka Khubaib melakukan perbuatan yang tidak dilakukan, tidak diucapkan, dan tidak diajarkan oleh Nabi.

 

 

 

Sehingga termasuk bid’ah, tetapi “bid’ah hasanah”.

 

 

 

Setelah disampaikan kepada Nabi dan diakui beliau, barulah ia menjadi “sunah taqririyah”.

 

 

 

KASUS KE-3:

Membaca surat Al-Ikhlas sebelum surat yang lain.

 

 

Anas bin Malik berkisah tentang seorang laki-laki yang menjadi imam salat kaum Ansar di Masjid Quba.

 

 

 

Setiap selesai membaca Fatihah, ia mengawalinya dengan membaca surat Al-Ikhlas.

 

 

 

Setelah itu barulah ia membaca surah yang lain.

 

 

 

 

Para sahabat melaporkan kepada Nabi, kemudian Nabi bersabda,

 

 

 

 “Wahai Fulan, apa yang membuatmu terus membaca surat Al-Ikhlas?”

 

 

 

Ia menjawab,

 

 

“Sesungguhnya saya sangat suka surat Al-Ikhlas”.

 

 

 

Nabi bersabda,

 

 

“Cintamu kepada surat Al-Ikhlas membuatmu masuk surga.”

(HR. Bukhari).

 

 

 

KASUS KE-4:

Sahabat menutup bacaan dengan surat Al-Ikhlas.

 

 

 

Aisyah berkata,

 

 

”Nabi mengutus seorang laki-laki dalam satu pasukan perang.

 

 

 

Ia menjadi imam bagi para sahabatnya dalam salat mereka.

 

 

 

Ia selalu menutup bacaan ayat dengan surat Al-Ikhlas.

 

 

 

Ketika mereka kembali, peristiwa dilaporkan kepada Nabi.

 

 

Dan Nabi bersabda,

 

 

 

”Tanyakan kepadanya, mengapa dia melakukannya?”

 

 

Sahabat menjawab, 

 

 

 

“Karena  Al-Ikhlas  adalah  sifat  Allah  Yang  Maha  Pengasih, maka saya  suka membacanya”.

 

 

 

Nabi bersabda,

 

 

 

“Beritahukan kepadanya bahwa Allah mencintainya.”

(HR. Bukhari dan Muslim).

 

 

KASUS KE-5:

Qatadah bin Nu’man membaca surat Al-Ikhlas semalam penuh.  

 

 

 

Hal itu dilaporkan kepada Nabi.

 

 

Nabi bersabda,

 

 

 

”Sesungguhnya  surat  Al-Ikhlas  sama dengan sepertiga Al-Qur’an.”

(HR. Bukhari).

 

 

KASUS KE-6:

Bacaan iftitah yang dibuat oleh sahabat.

 

 

 

Ibnu Umar berkata,

 

 

 

“Ketika kami salat bersama Nabi, seorang laki-laki dari suatu kaum mengucapkan doa iftitah tertentu.

 

 

Nabi bersabda,

 

 

 

”Siapakah yang mengucapkan kalimat anu dan anu?”

 

 

 

Laki-laki itu menjawab, “Saya wahai Nabi.”

 

 

 

Nabi bersabda,

 

 

”Saya kagum dengan bacaan itu, karena pintu-pintu langit dibukakan karena doa itu.”

 

 

KASUS KE-7:

Sebuah doa yang dibuat oleh sahabat Nabi.

 

 

Anas bin Malik berkata,

 

 

 

”Sesungguhnya Nabi mendengar seorang laki-laki mengucapkan suatu doa tertentu.”

 

 

 

Nabi bersabda,

 

 

 

“Engkau telah mohon kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, apabila berdoa dengan doa itu maka doanya akan dikabulkan oleh Allah.”

 

 

KASUS KE-8:

Doa tambahan pada bacaan sesudah rukuk.

 

 

 

Rifa’ah bin Rafi’ berkata,

 

 

 

 

“Suatu hari kami salat di belakang Nabi.

 

 

 

Ketika Nabi mengangkat kepala dari rukuk dan mengucapkan doa, maka seorang laki-laki yang berada di belakangnya mengucapkan doa tambahan tertentu.

 

 

 

Ketika  selesai  salat,  Nabi bersabda,

 

 

 

“Siapakah  yang mengucapkan kalimat tadi?”.

 

 

 

Laki-laki itu menjawab, “Saya”.

 

 

 

Nabi bersabda,

 

 

 

”Aku melihat puluhan malaikat mendatangimu, para malaikat berebut menuliskannya pertama kali.”

(HR. Bukhari dan Muslim).

 

 

 

KASUS KE-9:

Bacaan ruqyah dibuat oleh sahabat Nabi.

 

 

 

 

 Seorang sahabat menyembuhkan orang gila yang terikat dengan ruqyah, dengan membacakan surat Al-Fatihah 3 hari pagi dan petang.

 

 

 

Dia berkata,

 

 

 

”Setiap kali selesai membaca surat Al-Fatihah, saya kumpulkan air liur saya, kemudian saya tiupkan.

 

 

 

 

Seakan-akan orang gila itu sadar dari ikatannya, lalu mereka memberi saya upah.

 

 

 

Maka saya jawab,

 

 

 

‘Saya akan menanyakan hukumnya kepada Nabi terlebih dahulu’.”

 

 

 

Nabi bersabda,

 

 

 

”Sungguh engkau telah makan dari hasil ruqyah yang benar.” (HR. Abu Daud, Ahmad dan Hakim).

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

1.      Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.

2.      Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.

3.      Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer, 2017.

4.      Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.      Tafsirq.com online