Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label Bilal Muazin Rasulullah. Show all posts
Showing posts with label Bilal Muazin Rasulullah. Show all posts

Monday, October 19, 2020

5880. BILAL MUAZIN RASULULLAH

 


BILAL MUAZIN RASULULLAH

Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Nabi  Muhammad betah di Madinah.

Persatuan kaum Muhajirin dan kaum Ansar tercapai.

 

Kaum Muhajirin berdatangan dari Mekah ke Madinah. Islam sudah mengakar di sekitar Madinah.

 

     Rukum Islam sudah ditegakkan.

Salat sudah dilaksanakan.

 

Zakat dan puasa telah diwajibkan. 

Hukum Islam sudah diterapkan.

 

Perbedaan yang halal dengan haram sudah dijelaskan.

Syariat Islam telah tegak di Madinah.

 

Islam mendapatkan posisi terhormat di masyarakat.

Kaum Ansar selalu menyiapkan segala keperluan kaum Muhajirin.

 

Juga, kebutuhan umat Islam lainnya. 

 

       Nabi datang di Masjid Nabawi. Waktu salat telah tiba.

Kaum muslim berkumpul untuk melaksanakan salat.

 

Tanpa seruan suara apa pun.

      Awalnya, Nabi menginginkan menggunakan terompet.

 

Sebagai tanda masuk waktu salat.

Meniru cara orang Yahudi.

 

Namun, Nabi tidak menyukainya.

Nabi memerintahkan memakai lonceng untuk memanggil jemaah.

 

Sebagai tanda waktu salat. 

      Abdullah bin Zaid berkata, “Wahai Nabi.

Saya tadi malam bermimpi.

 

Bertemu dengan seorang berpakaian hijau.

Dia membawa lonceng.

 

Saya bertanya, “Hai hamba Allah. Bolehkah loncengnya kubeli?”

Dia menjawab,”Akan digunakan untuk apa?”

 

Saya menjawab, “Akan kugunakan memanggil orang untuk salat.”

Orang itu berkata, “Maukah kamu, aku tunjukkan yang lebih baik daripada lonceng?”

 

“Apakah itu?” kata saya.

 

      Orang itu berkata,” Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar.

Asyhadu an la ilaha iIla Allah.

 

Asyhadu an la ilaha iIla Allah. Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.

 

Hayya alash-shalah. Hayya alas-shalah.

Hayya alalfalah. Hayya alalfalah.

 

Allahu Akbar. Allahu Akbar.

Laa ilaha illa Allah”.

 

      Nabi bersabda, “Engkau benar. Cepat temui Bilal. Ajarkan lafaz itu kepadanya. Karena suara Bilal lebih keras.”

 

Tatkala Bilal sedang mengumandangkan azan.

Umar bin Khattab mendengarnya.

 

Ia segera pergi menemui Nabi.

Umar bin Khattab  berkata, “Wahai Nabi. Demi Allah.Aku juga melihat dalam mimpiku seperti yang disaksikan Abdullah bin Zaid."

 

Nabi bersabda, “Segala puji bagi Allah, atas semua ini.”

       Bilal bin Rabah, muazin zaman Nabi.

 

Muazin ialah orang yang mengumandangkan azan.

Azan adalah seruan untuk mengajak orang melakukan salat berjamaah.

 

Bilal lahir sekitar 43 tahun sebelum Nabi hijrah.

      Bilal keturunan Rabah dan Hamamah.  

 

Ibu Bilal, Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam. Mereka tinggal di Mekah.

Bilal dibesarkan di Mekah. Sebagai budak milik keluarga Bani Abduddar.

 

Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf.

Seorang tokoh penting kaum Quraisy.

 

      Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul.

Bilal termasuk “As-sabiqunal Awaalun”.

 

Yang bermakna “Orang-orang yang terdahulu dan pertama kali memeluk Islam”.

Bilal termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam.

 

      Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya beberapa orang yang telah mendahuluinya.

 

Yaitu Khadijah, istri Nabi; Zaid bin Haritsah, pelayan Nabi;  Umu Ayman, pangasuh Nabi; Ali bin Abi Thalib, kemenakan Nabi; dan Abu Bakar, sahabat Nabi.

 

      Bilal merasakan penganiayaan lebih berat dibandingkan siapa pun.

Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya.

 

Namun, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya. Dia tetap sabar menghadapinya.

Sungguh kesabaran yang amat luar biasa.

 

      Nabi Muhammad, Khadijah, Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib memiliki keluarga.  

Mempunyai suku yang membela mereka.

 

Sedangkan, kalangan budak tidak memiliki siapa pun.

Sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan.

 

Quraisy ingin menjadikan mereka sebagai “contoh buruk”.

Sebagai siksaan “amat jelek” bagi setiap orang yang mengikuti Nabi Muhammad.

 

      Umayah bin Khalaf dan para algojonya.

Paling banyak menyiksa Bilal.  

 

Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk.

Ditindih batu di padang pasir yang terik.

 

Bilal hanya berkata, “Ahad, ahad, ahad.”

      Abu Bakar membeli Bilal dari Umayah.

 

Umayah menaikkan harga berlipat ganda.

Dia mengira Abu Bakar tidak mau membayarnya.

 

Tetapi ternyata, Abu Bakar setuju.

Walaupun harus mengeluarkan harga amat mahal.

 

      Ketika Nabi menaklukkan kota Mekah.

Nabi berjalan di depan pasukan hijaunya bersama Bilal bin Rabah.

 

Saat masuk ke dalam Kakbah, Nabi hanya ditemani tiga orang.

 

Yaitu Usman bin Thalhah, pembawa kunci Kakbah; Usamah bin Zaid, putra Zaid bin Haritsah; dan Bilal bin Rabah.

 

      Waktu Zuhur tiba.

Ribuan orang berkumpul di sekitar Nabi.

 

Termasuk orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam. Dengan suka hati maupun terpaksa.

 

Nabi  memanggil Bilal bin Rabah.

Agar naik ke atap Kakbah untuk mengumandangkan azan.

 

Bilal mengumandangkan azan.

Suaranya merdu dan jelas.

 

       Ribuan pasang mata memandang Bilal.

Ribuan telinga mendengarkan mengikuti kalimat azan yang dikumandangkannya.

 

      Bilal menjadi muazin tetap selama Nabi hidup.

Ketika Nabi wafat.

 

Waktu salat tiba. Bilal berdiri mengumandangkan azan. Jazad Nabi masih terbungkus kain kafan.

 

Belum dikebumikan.

      Bilal azan sampai, “Asyhadu anna muhammadan rasulullah.”

 

Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Mendadak suara Bilal menghilang.

 

Bilal tidak sanggup melanjutkan suaranya.

      Kaum muslimin yang hadir ikut menangis.

 

Meledak suara isak tangis.

Membuat suasana semakin mengharukan .

 

      Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari.

Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.”

 

Bilal langsung menangis tersedu-sedu.

Semua yang mendengarkan ikut menangis.  

 

       Sejak saat itu. Bilal ikut ke luar Madinah. 

Ikut berjihad ke negeri Syam.

 

Bilal hanya menjadi muazin pada zaman Nabi.   

Bilal wafat di Damaskus.

 

 

Daftar Pustaka

1.  Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.

2.  Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2017.

3.  Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2017.