GINTING DEMOKRASI MEMANG GADUH SEPERTI ROCKY
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Analis politik Universitas
Nasional (Unas).
Selamat Ginting katakan.
Rocky Gerung.
Yaitu bunga demokrasi.
Dalam dialektika ruang
public.
Dengan jargon politik
akal sehat.
Kritikannya:
1)
Sangat tajam.
2)
Lugas.
3)
Penuh satire.
4)
Menghibur.
5)
Kontroversi.
“Kritikan Rocky Gerung.
Kontroversial kepada
penguasa.
Tak layak untuk dihukum,”
kata Selamat Ginting.
Diskusi publik tema.
‘Kritik Dijawab Penjara’.
Oleh KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan
Indonesia).
Di Jakarta.
Jumat 11 Agustus 2023.
Menurut Selamat Ginting.
Berkat agenda setting
media.
Publik sepakat.
Bahwa Rocky.
Adalah bunga demokrasi .
Yang dicintai:
1)
Media massa.
2)
Media sosial.
Kehadiran Rocky.
Memikat public.
Untuk menyaksikan.
Lewat pernyataannya.
1)
Berani.
2)
Kontroversi.
“Rocky Gerung.
Bintang talkshow pada:
1)
TV.
2)
Radio.
3)
Media sosial.
4)
Daan lainnya.
Rocky gerung,.
Mampu hipnotis penonton.
Dia dirindukan.
Dalam diskusi politik,”
ujar Selamat Ginting.
Dalam tensi politik.
Makin panas.
Jelang pemilu.
Rocky jadi pelepas dahaga.
Hadapi kebijakan politik.
Yang kontroversial.
Sebagai filsuf politik.
Rocky kritik pemerintah.
Pakai diksi.
Membuat semua terkejut.
“Jika disebut diksinya
kasar.
Pada Presiden Jokowi.
Hal itu.
Tak bisa dipisahkan.
Batinnya gundah.
Jengkel pada kebijakan
presiden.
Banyak orang berujar.
Dengan diksi sama.
Seperti Rocky.
Tapi tidak diancam
penjara.
Kesimpulannya.
Rocky dianggap bahayakan
kekuasaan,” ujar Ginting.
Bukan kali ini saja.
Kritikan Rocky.
Berujung kontroversi public.
Berimbas pada hukum.
Rocky pentingkan kritik.
Kritik punya pengertian.
Dataran konsep dan realitas.
Hal itu.
Disebut dialektika.
Tiap argumen.
Harus dikritik.
Dengan argumen lain.
Yang berlawanan.
Tesa berhadapan antitesa.
Melahirkan sintesa.
Penguasa bikin tesa.
Rocky jawab dengan antitesa
.
Terhadap penguasa.
Akan muncul sintesa.
Hal itu.
Pendidikan politik.
Bagi publik,” ujar
Ginting.
Menurut Ginting.
Proses tesa dilawan
antitesa.
Melahirkan sintesa
politik.
Harus tumbuh.
Dalam iklim demokrasi.
Termasuk di Indonesia.
Tanpa kritik.
Maka kekuasaan tak seimbang.
Tanpa keseimbangan.
Kekuasaan akan dominasi.
Akhirnya.
Melahirkan kejahatan
politik.
“Rocky hadirkan sikap kritis.
Dalam ruang public.
Jika ucapan Rocky
dianggap kasar.
Tapi dia tak layak
dipenjara,” kata Ginting.
Media masa.
Juga pakai jasa Rocky.
Untuk melawan penguasa.
Media massa hadirkan
Rocky.
Sebagai oposan terhadap
penguasa.
Rocky penuhi syarat.
Jadi bintang televisi taklshow.
Cerdas melawan penguasa.
“Kalimatnya logis,
kritis, tajam.
Penampilannya punya daya
tarik.
Bagi pemirsa.
Agenda setting media.
Rocky bintang talkshow.
Dan bunga demokrasi .
Bagi Indonesia,” ujar
Ginting.
Jika karena ucapannya.
Yang sangat kritis.
Dianggap menghina
penguasa.
Lalu Rocky harus dihukum.
Maka dunia politik.
Melihat Indonesia.
Sebagai negara.
Alami kemunduran
demokrasi.
“Demokrasi kerap.
Hasilkan dialektika.
Dan gaduh.
Kritik politik.
Yaitu anak kandung
demokrasi.
Kita tak boleh bunuh
Rocky.
Dengan memenjarakannya.
Karena bertentangan.
Dengan alam demokrasi.
Jika itu terjadi.
Maka dunia tertawa.
Lihat politik Indonesia”
pungkas Ginting.
(sumber kba)



.png)