Khotbah
Jumat,
“`SEJARAH
MUSHAF ALQURAN USMANI ”
|
Khutbah-1 |
الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
إِنَّ
الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْر
أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَاِلنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ
هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ
وَ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ
سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ
وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون
Para
jamaah yang berbahagia,
Marilah kita selalu meningkatkan takwa kepada Allah swt. Menjalankan semua
perintah-Nya. Menjauhi segala larangan-Nya.
Para
jamaah yang berbahagia, Umat Islam sangat beruntung memiliki Alquran yang
hebat luar biasa. Alquran kitab yang sempurna dalam segala segi.
- Diturunkan melalui malaikat yang
paling mulia, yaitu Malaikat Jibril as.
- Kepada nabi dan rasul yang paling
mulia, yaitu Nabi Muhammad saw.
- Di lokasi yang paling mulia,
yaitu Mekah dan Madinah.
- Awal turunnya pada bulan
yang paling mulia, yaitu bulan Ramadan
- Menggunakan bahasa yang paling
mulia, yaitu bahasa Arab.
Para
jamaah yang berbahagia,
Alquran adalah mukjizat yang hebat. Kita harus selalu berusaha memahami dan
mengamalkan semua isinya. Sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
Al-Quran
surah Al-Hjir (surah ke-15)ayat 9.
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Sejarah
Mushaf AlQuran Usmani.
Al-Quran
yaitu sumber utama agama Islam yang diwahyukan Allah melalui malaikat Jibril
pada Nabi Muhammad secara mutawatir ketika terjadi suatu peristiwa.
Mutawatir
ialah sifat hadis yang memiliki banyak sanad, yang diriwayatkan banyak perawi
pada sanadnya. Mustahil mereka sepakat dusta atau memalsukan hadis.
Sanad yaitu rentetan rawi hadis pada Nabi Muhammad yang dapat dipercayai.
Perawi ialah orang yang meriwayatkan hadis Nabi Muhammad.
Zaman
Nabi Muhammad.
Nabi menghafalkan ayat Al-Quran secara pribadi dan mengajarkan kepada para
sahabat untuk dipahami, dihafalkan, dan dilaksanakan.
Ketika wahyu turun Nabi menyuruh Zaid bin Tsabit untuk menulisnya agar mudah
dihafal para sahabat. Zaid bin Tsabit salah seorang sahabat sangat
cerdas.
Zaid bin Tsabit diperintah Nabi belajar bahasa asing, agar Nabi bisa
mengirimkan surat kepada para pemimpin bangsa lain. Zaid bin Tsabit mampu
menguasai bahasa asing dengan amat cepat.
Para sahabat secara rutin menulis teks Al-Quran untuk dimilikinya sendiri. Para
sahabat selalu menyodorkan Al-Quran kepada Nabi dalam bentuk hafalan dan
tulisan untuk diperiksa kebenarannya.
Zaman Nabi alat tulis menulis amat terbatas. Para sahabat menuliskan naskah
tulisan teks Al-Quran pada pelepah kurma, lempengan batu dan kepingan tulang
hewan, dan lainnya. Zaman Nabi naskah teks Al-Quran sudah tertuliskan, tetapi
masih berserakan. Tidak terkumpul dalam sebuah buku atau mushaf.
Zaman Nabi sengaja dibentuk dengan hafalan dan penulisan teks Al-Quran
para sahabat. Karena Nabi masih menunggu wahyu berikutnya. Sebagian ayat
Al-Quran ada yang “nasikh” dan “mansukh”.
Ayat “Nasikh” ialah ayat Al-Quran yang dibatalkan. Ayat “Mansukh” adalah ayat
yang membatalkan,. Ayat “dimansukh” yaitu “diganti”, ayat “dinasikh” ayat yang
“mengganti”.
Zaman Nabi Al-Quran belum dibukukan, karena wahyu dari Allah melalui
malaikat Jibril masih terus turun pada Nabi Muhammad untuk menjawab pertanyaan
dan menerangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Zaman
Khalifah Abu Bakar.
Nabi
Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi Khalifah. Tahun 632 Masehi terjadi
Perang Yamamah. Khalifah Abu Bakar mengirim pasukan menumpas pemberontak yang
dipimpin Musailamah al-Kazzab yang mengaku sebagai nabi. Khalid bin
Walid, komandan pasukan Islam berhasil menumpas pemberontak.
Banyak sahabat Nabi penghafal Quran yang gugur. Umar bin Khattab gelisah. Lalu
mengusulkan agar tulisan Al-Quran dikumpulkan dalam sebuah buku. Khalifah Abu
Bakar pada awalnya ragu melakukannya. Karena Nabi tidak pernah melakukannya.
Umar bin Khattab berhasil meyakinkan Khalifah Abu Bakar untuk membukukan
Al-Quran. Lalu dibentuk “Tim Pengumpulan” Al-Quran. Zaid bin Tsabit, salah
seorang penulis wahyu pada zaman Nabi, diberi tugas sebagai ketua tim.
Zaid
bin Tsabit menerima tugas tersebut, meskipun awalnya menolak. Tim Penyusun
pembukuan Al-Quran melaksanakan tugasnya. Khalifah Abu Bakar memerintahkan
semua sahabat mengumpulkan naskah tulisan Al-Quran di Masjid Nabawi.
Syarat
harus dipenuhi para penyetor naskah tulisan Al-Quran.
1. Naskah tulisan yang
dikumpulkan harus sesuai dengan hafalan para sahabat yang lain.
2. Naskah tulisan ayat
Al-Quran memang diperintah Nabi dan dituliskan dihadapan Nabi. Beberapa
sahabat menulis naskah atas inisiatif sendiri.
3. Naskah tulisan harus
dibuktikan 2 saksi.
Tim Penyusun Mushaf Al-Quran berhasil melaksanakan tugasnya. Zaid bin Tsabit
menyerahkan hasilnya kepada Khalifah Abu Bakar. Ketika Abu Bakr wafat buku
mushaf Al-Quran disimpan Khalifah Umar Bin Khattab.
Zaman Khalifah Umar Bin Khattab.
Tidak
terjadi penyusunan dan permasalahan mushaf Al-Quran. Naskah mushaf Al-Quran
sudah selesai, semua sahabat sepakat, dan tidak terjadi perselisihan.
Khalifah Umar bin Khattab konsentrasi penyebaran Islam ke seluruh wilayah. Umar
bin Khattab wafat, buku mushaf Al-Quran disimpan Khalifah Usman bin Affan.
Zaman Khalifah Usman Bin Affan.
Wilayah
Islam semakin luas. Beragam suku bangsa yang masuk Islam. Terjadi perbedaan
logat, dialek, aksen, dan cara membaca Al-Quran.
Khalifah Usman Bin Affan membentuk Tim Lajnah Al-Quran. Zaid bin Tsabit sebagai
ketua, dengan anggota Abdullah bin Zubair, Said ibnu Ash, dan Abdurahman
bin Harits.
Usman Bin Affan memerintahkan Zaid bin Tsabit mengambil mushaf di rumah Hafsah
binti Umar, dan menyeragamkan bacaan dengan satu dialek. Menjadi dialek Nabi
Muhammad, yakni dialek suku Quraisy.
Usman Bin Affan memperbanyak menjadi 6 mushaf. Yang 5 mushaf dikirim ke Mekah,
Kuffah, Basrah dan Syria, yang 1 mushaf disimpan sendiri. Mushaf itu disebut
“Mushaf Usmani”.
Para
jamaah yang berbahagia,
Semoga
kita bisa terus belajar mengajar AlQuran
Semua
hal itu kita lakukan agar dapat rida dan ampunan dari Allah. Sehingga kita bisa
hidup bahagia dunia dan akhirat. Amin Ya Rabbal Alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ
وَ نَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَ
ذِكْرِ الْحَكِيْمِ
وَ نَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَ
ذِكْرِ الْحَكِيْم وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
ِ-----



