Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Thursday, June 22, 2017

106. ISLAM DARI MEKAH

MENGAPA ISLAM DISEBARKAN DARI MEKAH?
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Mengapa Islam disebarkan dari Mekah, Arab Saudi? Profesor Quraish Shihab mencoba menjawabnya. Apabila seseorang ingin menyampaikan “pesan” ke seluruh dunia. Sebaiknya memilih tempat yang berada di tengah. Tempat yang strategis. Lokasi yang memudahkan “pesan” tersebar. Sehingga “nasihat” cepat menyebar ke segala penjuru.
    Hindari tempat yang berpotensi mengganggu. Jauhi lokasi yang terdapat kekuatan yang bisa menghalangi.  Pilih tempat yang tidak merugikan. Pilih orang yang simpatik, berwibawa, dan berkemampuan.  Pilih orang yang memiliki daya tarik. Agar “pesan” mudah tersiar.
      Mekah dan Madinah berada di Arab Saudi. Termasuk wilayah Timur Tengah. Timur Tengah berada di tengah peta dunia. Menurut Dr. Zakir Naik, ahli perbandingan agama. Peta pertama dunia dibuat orang Islam. Kutub Selatan diletakkan di atas. Kutub Utara berada di bawah. Mekah berada di tengah peta dunia.
      Orang Barat membuat peta dunia. Kutub Utara diletakkan di atas. Kutub Selatan berada di bawah. Mekah tetap berada di tengah. Jadi, menurut peta yang dibuat orang Islam maupun orang Barat, Mekah tetap berada di tengah peta dunia.
     Timur Tengah merupakan jalur penghubung timur dan barat. Wajar Mekah dan Madinah menjadi pilihan. Tempat diturunkan wahyu Allah yang terakhir.
     Zaman Nabi Muhammad. Pada abad ke-5 dan ke-6 Masehi. Terdapat dua kerajaan raksasa. Pertama, Kerajaan Persia. Pemimpin dan masyarakatnya menyembah api. Kedua, kerajaan Romawi. Raja dan rakyatnya beragama Kristen.
     Kedua adidaya selalu bersaing.  Memperebutkan daerah kekuasaan. Memperluas wilayah jajahan. Wilayah Hejaz di Timur Tengah belum dikuasai siapa pun. Meskipun, Raja Abrahah dengan pasukan gajahnya. Sudah mencoba menaklukkan. Tetapi gagal, karena diserang burung Ababil.
     Seandainya, agama Islam dikumandangkan di wilayah Kerajaan Persia.  Atau di daerah kekuasaan Kerajaan Romawi. Yang berbeda keyakinan dengan agama Islam. Semua pengikutnya pasti akan ditumpas. Umat Islam akan habis tak bersisa.
       Wilayah Timur Tengah kala itu. Kekuasaan belum terpusat. Banyak kelompok kecil saling bermusuhan. Perang antarsuku sering terjadi. Belum ada pemenang yang dominan. Tak ada kepala suku yang menguasai.
     Mekah pusat daerah Hejaz. Tempat para pedagang dan seniman berkumpul. Memamerkan hasil karya mereka.  Mekah tempat bertemu kafilah “antarnegara”. Tempat berjumpa kafilah dari utara dan selatan. Lokasi berkumpul “turis” dari barat dan timur.
      Al-Quran surah Qurasy. Surah ke-106 ayat 1-2. “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. Yaitu bepergian pada musim dingin dan musim panas.” Penduduk Mekah sering bepergian. Pada musim dingin dan musim panas. Pergi ke wilayah Romawi dan Persia. Hal ini, akan memudahkan penyebaran agama Islam.
      Faktor lain yang mendukung. Penduduk Mekah belum banyak disentuh peradaban. Waktu itu, masyarakat Mekah belum mengenal “Munafik”. Mereka belum mengenal sifat “bermuka dua”.  Mereka keras kepala. Ungkapan lidah mereka amat tajam.
      Al-Quran surah Al-Ahzab. Surah ke-33 ayat 19. “Mereka bakhil terhadapmu apabila datang ketakutan (bahaya). Kamu lihat mereka memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik. Seperti orang yang pingsan karena akan mati. Apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam. Sedangkan mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Yang demikian itu mudah bagi Allah.”
      Penduduk Mekah amat kuat memegang pendirian. Meskipun, ditekan dan disiksa, bahkan dibunuh. Mereka tetap memegang keyakinannya. Walaupun agama Islam  membolehkan berpura-pura. Asalkan hatinya tetap beriman.
      Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke-16 ayat 106. “Barangsiapa kafir kepada Allah, sesudah dia beriman. Dia mendapat kemurkaan Allah. Kecuali orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap beriman. Dia tidak berdosa. Tetapi, orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran. Kemurkaan Allah menimpanya. Dan baginya azab yang besar.”
       Sifat munafik baru muncul di Madinah. Entahlah, bagaimana perkembangan agama Islam. Jika pada awal perkembangannya. Sudah ada  orang yang munafik?
      Suku Quraisy amat berpengaruh di Mekah. Bahasa dan dialeknya amat indah. Suku Quraisy memiliki dua keluarga besar. Yaitu Bani Hasyim dan Bani Umayah. Keduanya bersumber dari keluarga yang sama. Tetapi, amat  berbeda wataknya.
      Bani Hasyim terkenal budiman, gagah, dan taat Beragama. Bani Umayah politikus, pekerja ambisius, dan penuh tipu daya. Keluarga siapakah yang pantas menerima tugas kenabian? Jawabnya, tentu saja, Bani Hasyim.
      Nabi Muhammad terpilih menjadi nabi. Karena berasal dari Bani Hasyim. Orangnya gagah, simpatik, dan berwibawa. Juga, berbudi pekerti luhur. Al-Quran surah Al-Qalam. Surah ke-68 ayat 4. “Sungguh, kamu Muhammad, benar-benar berbudi pekerti luhur.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

106. ISLAM DARI MEKAH

MENGAPA ISLAM DISEBARKAN DARI MEKAH?
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Mengapa Islam disebarkan dari Mekah, Arab Saudi? Profesor Quraish Shihab mencoba menjawabnya. Apabila seseorang ingin menyampaikan “pesan” ke seluruh dunia. Sebaiknya memilih tempat yang berada di tengah. Tempat yang strategis. Lokasi yang memudahkan “pesan” tersebar. Sehingga “nasihat” cepat menyebar ke segala penjuru.
    Hindari tempat yang berpotensi mengganggu. Jauhi lokasi yang terdapat kekuatan yang bisa menghalangi.  Pilih tempat yang tidak merugikan. Pilih orang yang simpatik, berwibawa, dan berkemampuan.  Pilih orang yang memiliki daya tarik. Agar “pesan” mudah tersiar.
      Mekah dan Madinah berada di Arab Saudi. Termasuk wilayah Timur Tengah. Timur Tengah berada di tengah peta dunia. Menurut Dr. Zakir Naik, ahli perbandingan agama. Peta pertama dunia dibuat orang Islam. Kutub Selatan diletakkan di atas. Kutub Utara berada di bawah. Mekah berada di tengah peta dunia.
      Orang Barat membuat peta dunia. Kutub Utara diletakkan di atas. Kutub Selatan berada di bawah. Mekah tetap berada di tengah. Jadi, menurut peta yang dibuat orang Islam maupun orang Barat, Mekah tetap berada di tengah peta dunia.
     Timur Tengah merupakan jalur penghubung timur dan barat. Wajar Mekah dan Madinah menjadi pilihan. Tempat diturunkan wahyu Allah yang terakhir.
     Zaman Nabi Muhammad. Pada abad ke-5 dan ke-6 Masehi. Terdapat dua kerajaan raksasa. Pertama, Kerajaan Persia. Pemimpin dan masyarakatnya menyembah api. Kedua, kerajaan Romawi. Raja dan rakyatnya beragama Kristen.
     Kedua adidaya selalu bersaing.  Memperebutkan daerah kekuasaan. Memperluas wilayah jajahan. Wilayah Hejaz di Timur Tengah belum dikuasai siapa pun. Meskipun, Raja Abrahah dengan pasukan gajahnya. Sudah mencoba menaklukkan. Tetapi gagal, karena diserang burung Ababil.
     Seandainya, agama Islam dikumandangkan di wilayah Kerajaan Persia.  Atau di daerah kekuasaan Kerajaan Romawi. Yang berbeda keyakinan dengan agama Islam. Semua pengikutnya pasti akan ditumpas. Umat Islam akan habis tak bersisa.
       Wilayah Timur Tengah kala itu. Kekuasaan belum terpusat. Banyak kelompok kecil saling bermusuhan. Perang antarsuku sering terjadi. Belum ada pemenang yang dominan. Tak ada kepala suku yang menguasai.
     Mekah pusat daerah Hejaz. Tempat para pedagang dan seniman berkumpul. Memamerkan hasil karya mereka.  Mekah tempat bertemu kafilah “antarnegara”. Tempat berjumpa kafilah dari utara dan selatan. Lokasi berkumpul “turis” dari barat dan timur.
      Al-Quran surah Qurasy. Surah ke-106 ayat 1-2. “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. Yaitu bepergian pada musim dingin dan musim panas.” Penduduk Mekah sering bepergian. Pada musim dingin dan musim panas. Pergi ke wilayah Romawi dan Persia. Hal ini, akan memudahkan penyebaran agama Islam.
      Faktor lain yang mendukung. Penduduk Mekah belum banyak disentuh peradaban. Waktu itu, masyarakat Mekah belum mengenal “Munafik”. Mereka belum mengenal sifat “bermuka dua”.  Mereka keras kepala. Ungkapan lidah mereka amat tajam.
      Al-Quran surah Al-Ahzab. Surah ke-33 ayat 19. “Mereka bakhil terhadapmu apabila datang ketakutan (bahaya). Kamu lihat mereka memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik. Seperti orang yang pingsan karena akan mati. Apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam. Sedangkan mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Yang demikian itu mudah bagi Allah.”
      Penduduk Mekah amat kuat memegang pendirian. Meskipun, ditekan dan disiksa, bahkan dibunuh. Mereka tetap memegang keyakinannya. Walaupun agama Islam  membolehkan berpura-pura. Asalkan hatinya tetap beriman.
      Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke-16 ayat 106. “Barangsiapa kafir kepada Allah, sesudah dia beriman. Dia mendapat kemurkaan Allah. Kecuali orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap beriman. Dia tidak berdosa. Tetapi, orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran. Kemurkaan Allah menimpanya. Dan baginya azab yang besar.”
       Sifat munafik baru muncul di Madinah. Entahlah, bagaimana perkembangan agama Islam. Jika pada awal perkembangannya. Sudah ada  orang yang munafik?
      Suku Quraisy amat berpengaruh di Mekah. Bahasa dan dialeknya amat indah. Suku Quraisy memiliki dua keluarga besar. Yaitu Bani Hasyim dan Bani Umayah. Keduanya bersumber dari keluarga yang sama. Tetapi, amat  berbeda wataknya.
      Bani Hasyim terkenal budiman, gagah, dan taat Beragama. Bani Umayah politikus, pekerja ambisius, dan penuh tipu daya. Keluarga siapakah yang pantas menerima tugas kenabian? Jawabnya, tentu saja, Bani Hasyim.
      Nabi Muhammad terpilih menjadi nabi. Karena berasal dari Bani Hasyim. Orangnya gagah, simpatik, dan berwibawa. Juga, berbudi pekerti luhur. Al-Quran surah Al-Qalam. Surah ke-68 ayat 4. “Sungguh, kamu Muhammad, benar-benar berbudi pekerti luhur.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

Wednesday, June 21, 2017

105. ATEIS

SEORANG ATEIS BERTANYA KEPADA IMAM HANAFI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu. Salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar. Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit. Lahir tahun 89 Hijriah, wafat tahun 150 Hijirah. Seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas. Lahir tahun 93 Hijriah, wafat tahun 179 Hijriah. Berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris. Lahir tahun 150 Hijriah, wafat tahun 200 Hijirah. Berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal. Lahir tahun 164 Hijriah, wafat tahun 241 Hijriah. Berasal dari Baghdad, Irak.
      Kisah warna warni kehidupan Imam Hanafi. Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi. Tentang keberadaan Tuhan. Ateis ialah orang yang tak percaya adanya Tuhan.
      Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi, “Apakah kamu melihat Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab. Al-Quran surah Al-Anam surah ke-6 ayat 103. “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. Dia dapat melihat segala penglihatan.  Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
    Seorang ateis bertanya,” Apakah kamu dapat menyentuh Tuhanmu? Mencium Tuhanmu? atau merasakan Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab. Al-Quran surah ke-42 ayat 11. “Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikanmu dari jenismu sendiri. Pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula. Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
      Seorang ateis bertanya,”Jika kamu tidak dapat melihat Tuhanmu? Tak dapat menyentuh Tuhanmu? Tak bisa mencium Tuhanmu? Dan merasakan Tuhanmu? Bagaimana kamu membuktikan keberadaan Tuhanmu?”
      Imam Hanafi menjawab, “Apakah kamu ini memang benar-benar tidak bisa berpikir?” “Apakah kamu bisa melihat akalmu?” “Tidak bisa,“jawab ateis. Imam Hanafi bertanya lagi,” Apakah kamu dapat menyentuh akalmu? “Tidak,” jawab ateis.
     Imam Hanafi melanjutkan,”Apakah kamu bisa mencium akalmu? “Tidak bisa,” jawab ateis sambil menggelengkan kepala. Imam Hanafi bertanya,”Apakah kamu dapat merasakan akalmu? “Tidak,” jawab ateis.
     Imam Hanafi bertanya,”Kamu itu orang yang berakal atau orang gila? “Saya orang yang berakal,”sahut ateis. Imam Hanafi melanjutkan,”Jika kamu memang orang yang berakal. Lalu di manakah akalmu? “Saya tak tahu, tetapi dia ada.”jawab ateis. “Demikian pula Allah subhanahu wataala,” jelas Imam Hanafi.
Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

105. ATEIS

SEORANG ATEIS BERTANYA KEPADA IMAM HANAFI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu. Salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar. Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit. Lahir tahun 89 Hijriah, wafat tahun 150 Hijirah. Seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas. Lahir tahun 93 Hijriah, wafat tahun 179 Hijriah. Berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris. Lahir tahun 150 Hijriah, wafat tahun 200 Hijirah. Berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal. Lahir tahun 164 Hijriah, wafat tahun 241 Hijriah. Berasal dari Baghdad, Irak.
      Kisah warna warni kehidupan Imam Hanafi. Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi. Tentang keberadaan Tuhan. Ateis ialah orang yang tak percaya adanya Tuhan.
      Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi, “Apakah kamu melihat Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab. Al-Quran surah Al-Anam surah ke-6 ayat 103. “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. Dia dapat melihat segala penglihatan.  Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
    Seorang ateis bertanya,” Apakah kamu dapat menyentuh Tuhanmu? Mencium Tuhanmu? atau merasakan Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab. Al-Quran surah ke-42 ayat 11. “Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikanmu dari jenismu sendiri. Pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula. Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
      Seorang ateis bertanya,”Jika kamu tidak dapat melihat Tuhanmu? Tak dapat menyentuh Tuhanmu? Tak bisa mencium Tuhanmu? Dan merasakan Tuhanmu? Bagaimana kamu membuktikan keberadaan Tuhanmu?”
      Imam Hanafi menjawab, “Apakah kamu ini memang benar-benar tidak bisa berpikir?” “Apakah kamu bisa melihat akalmu?” “Tidak bisa,“jawab ateis. Imam Hanafi bertanya lagi,” Apakah kamu dapat menyentuh akalmu? “Tidak,” jawab ateis.
     Imam Hanafi melanjutkan,”Apakah kamu bisa mencium akalmu? “Tidak bisa,” jawab ateis sambil menggelengkan kepala. Imam Hanafi bertanya,”Apakah kamu dapat merasakan akalmu? “Tidak,” jawab ateis.
     Imam Hanafi bertanya,”Kamu itu orang yang berakal atau orang gila? “Saya orang yang berakal,”sahut ateis. Imam Hanafi melanjutkan,”Jika kamu memang orang yang berakal. Lalu di manakah akalmu? “Saya tak tahu, tetapi dia ada.”jawab ateis. “Demikian pula Allah subhanahu wataala,” jelas Imam Hanafi.
Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

Tuesday, June 20, 2017

104. IMAM SYAFII

IMAM SYAFII MENJAWAB TEKA TEKI,
MODEL MATEMATIKA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu. Salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar. Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit. Lahir tahun 89 Hijriah, wafat tahun 150 Hijirah. Seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas. Lahir tahun 93 Hijriah, wafat tahun 179 Hijriah. Berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris. Lahir tahun 150 Hijriah, wafat tahun 200 Hijirah. Berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal. Lahir tahun 164 Hijriah, wafat tahun 241 Hijriah. Berasal dari Baghdad, Irak.
      Khalifah Harun Ar-Rasyid amat mencintai Imam Syafii. Para ulama yang lain ingin menguji kemampuan Imam syafii. Mereka mengajukan beberapa pertanyaan bersifat teka teki. Untuk menguji kecerdasan Imam Syafii.
     Teka teki pertama. Seorang lelaki menyembelih seekor domba. Lalu dimasaknya sehingga siap dimakan. Dia keluar rumah untuk suatu keperluan. Beberapa waktu kemudian, dia kembali pulang.
      Dia berkata kepada keluarganya,”Makanlah dombanya. Karena domba itu haram untuk saya.”  Keluarganya menjawab,” Domba itu juga haram untuk kami.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu seorang musyrik. Dia menyembelih domba atas nama berhala. Dia keluar rumah untuk beberapa kepentingan.  Allah memberinya hidayah. Dia masuk Islam. Domba itu haram baginya. Keluarganya ikut masuk Islam. Domba itu haram bagi mereka.”
     Teka teki kedua. “Terdapat dua orang muslim, merdeka, dan waras. Keduanya minum khamar. Orang pertama dihukum pidana. Orang kedua dibebaskan, tidak  dihukum.”
     Imam Syafii menjawab,” Orang pertama sudah baligh. Orang kedua belum baligh.”
     Teka teki ketiga, Terdapat seorang lelaki dan wanita dewasa.  Keduanya bertemu dua anak kecil di jalan. Mereka menciumnya. Tatkala ditanyakan kepada mereka. Lelaki dewasa menjawab,”Bapakku adalah kakek mereka. Saudaraku, paman mereka. Istriku adalah istri bapak mereka. Wanita dewasa menjawab,”Ibuku, nenek mereka.  Saudaraku adalah bibi mereka, dari pihak ibunya.”
      Imam Syafii menjawab,” Lelaki dan wanita dewasa itu adalah ayah dan ibu dua anak kecil itu.”
      Teka teki keempat. “Terdapat 2 wanita dewasa, dan 2 anak. Keduanya berkata,” Selamat datang untuk anak kami. Sekaligus suami dan anak suami kami.”
      Imam Syafii menjawab,”Dua anak tersebut merupakan anak dua wanita itu. Masing-masing wanita, menikah dengan anak temannya. Kedua anak itu menjadi anak mereka. Menjadi suami dan anak dari suami mereka.”
      Teka teki kelima. “Seorang lelaki mengambil segelas besar air untuk diminum. Dia minum setengah gelas dengan halal. Setengah gelas lagi menjadi haram.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu minum setengan gelas.  Lalu dia mimisan, darahnya masuk ke dalam gelas sisanya. Setengah gelas sisanya menjadi haram.”
      Teka teki keenam. “Lima lelaki berzina dengan wanita. Orang pertama dihukum bunuh. Orang kedua dihukum rajam. Orang ketiga dihukum cambuk. Orang keempat dihukum setengah pidana. Orang kelima dibebaskan.”
     Imam Syafii menjawab,”Orang pertama, menganggap zina halal, maka dia dibunuh. Orang kedua, sudah menikah, dia dirajam. Orang ketiga, belum menikah, dia dicambuk. Orang keempat, seorang budak, dihukum setengah pidana. Orang kelima, seorang gila, dia dibebaskan”.
     Teka teki ketujuh. “Seorang lelaki memberi istrinya sebuah kantung berisi sesuatu yang disegel. Dia minta istrinya mengosongkan isinya. Dengan syarat tak boleh dibuka, dilubangi, atau dirusak segelnya.”
      Imam Syafii menjawab,”kantung itu berisi gula atau garam. Hanya perlu direndam dalam air. Isinya sudah mencair.”

Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

104. IMAM SYAFII

IMAM SYAFII MENJAWAB TEKA TEKI,
MODEL MATEMATIKA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah. Memiliki beberapa cabang ilmu. Salah satunya “Ilmu Fikih”. Ilmu Fikih mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar. Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
    Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit. Lahir tahun 89 Hijriah, wafat tahun 150 Hijirah. Seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
      Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas. Lahir tahun 93 Hijriah, wafat tahun 179 Hijriah. Berasal dari Madinah.
     Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris. Lahir tahun 150 Hijriah, wafat tahun 200 Hijirah. Berasal dari Gaza, Palestina.
     Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal. Lahir tahun 164 Hijriah, wafat tahun 241 Hijriah. Berasal dari Baghdad, Irak.
      Khalifah Harun Ar-Rasyid amat mencintai Imam Syafii. Para ulama yang lain ingin menguji kemampuan Imam syafii. Mereka mengajukan beberapa pertanyaan bersifat teka teki. Untuk menguji kecerdasan Imam Syafii.
     Teka teki pertama. Seorang lelaki menyembelih seekor domba. Lalu dimasaknya sehingga siap dimakan. Dia keluar rumah untuk suatu keperluan. Beberapa waktu kemudian, dia kembali pulang.
      Dia berkata kepada keluarganya,”Makanlah dombanya. Karena domba itu haram untuk saya.”  Keluarganya menjawab,” Domba itu juga haram untuk kami.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu seorang musyrik. Dia menyembelih domba atas nama berhala. Dia keluar rumah untuk beberapa kepentingan.  Allah memberinya hidayah. Dia masuk Islam. Domba itu haram baginya. Keluarganya ikut masuk Islam. Domba itu haram bagi mereka.”
     Teka teki kedua. “Terdapat dua orang muslim, merdeka, dan waras. Keduanya minum khamar. Orang pertama dihukum pidana. Orang kedua dibebaskan, tidak  dihukum.”
     Imam Syafii menjawab,” Orang pertama sudah baligh. Orang kedua belum baligh.”
     Teka teki ketiga, Terdapat seorang lelaki dan wanita dewasa.  Keduanya bertemu dua anak kecil di jalan. Mereka menciumnya. Tatkala ditanyakan kepada mereka. Lelaki dewasa menjawab,”Bapakku adalah kakek mereka. Saudaraku, paman mereka. Istriku adalah istri bapak mereka. Wanita dewasa menjawab,”Ibuku, nenek mereka.  Saudaraku adalah bibi mereka, dari pihak ibunya.”
      Imam Syafii menjawab,” Lelaki dan wanita dewasa itu adalah ayah dan ibu dua anak kecil itu.”
      Teka teki keempat. “Terdapat 2 wanita dewasa, dan 2 anak. Keduanya berkata,” Selamat datang untuk anak kami. Sekaligus suami dan anak suami kami.”
      Imam Syafii menjawab,”Dua anak tersebut merupakan anak dua wanita itu. Masing-masing wanita, menikah dengan anak temannya. Kedua anak itu menjadi anak mereka. Menjadi suami dan anak dari suami mereka.”
      Teka teki kelima. “Seorang lelaki mengambil segelas besar air untuk diminum. Dia minum setengah gelas dengan halal. Setengah gelas lagi menjadi haram.”
      Imam Syafii menjawab, “Lelaki itu minum setengan gelas.  Lalu dia mimisan, darahnya masuk ke dalam gelas sisanya. Setengah gelas sisanya menjadi haram.”
      Teka teki keenam. “Lima lelaki berzina dengan wanita. Orang pertama dihukum bunuh. Orang kedua dihukum rajam. Orang ketiga dihukum cambuk. Orang keempat dihukum setengah pidana. Orang kelima dibebaskan.”
     Imam Syafii menjawab,”Orang pertama, menganggap zina halal, maka dia dibunuh. Orang kedua, sudah menikah, dia dirajam. Orang ketiga, belum menikah, dia dicambuk. Orang keempat, seorang budak, dihukum setengah pidana. Orang kelima, seorang gila, dia dibebaskan”.
     Teka teki ketujuh. “Seorang lelaki memberi istrinya sebuah kantung berisi sesuatu yang disegel. Dia minta istrinya mengosongkan isinya. Dengan syarat tak boleh dibuka, dilubangi, atau dirusak segelnya.”
      Imam Syafii menjawab,”kantung itu berisi gula atau garam. Hanya perlu direndam dalam air. Isinya sudah mencair.”

Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.

103. HALAL BIHALAL

HALAL BIHALAL,
MENYAMBUNG TALI YANG PUTUS
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      HALAL BIHALAL, dua kata ciri khas Islam Indonesia. Sering diucapkan dalam suasana Hari Raya “Idul Fitri”. Biasanya disertai kalimat “Minal Aizin Wal Faizin” dan “Mohon Maaf Lahir Batin”.
     Profesor Quraisy Shihab menjelaskan makna “Halal Bihalal”. Pertama, menurut Pengertian Hukum. Biasanya kata “Halal” dihadapkan dengan kata “Haram”.
      “Haram” bermakna “sesuatu yang terlarang”. Yang melanggar akan berdosa dan mengundang siksa. “Halal” bermakna “sesuatu yang dibolehkan”. Tak mengundang dosa. Halal bihalal bisa bermakna menjadikan sikap kita terhadap pihak lain. Yang semula haram dan berakibat dosa. Berubah menjadi halal. Dengan cara memohon maaf.
       Kedua, Pengertian Bahasa. Akar kata “Halal” membentuk berbagai kata. Memiliki arti beraneka ragam. Sesuai dengan rangkaian kata berikutnya. Bisa bermakna “Menyelesaikan masalah”, “Meluruskan benang kusut”, “Melepaskan ikatan”, dan “Mencairkan yang beku”.
      Kegiatan Halal Bihalal suatu bentuk aktifitas. Yang mengantarkan para pelaku  meluruskan benang kusut. Menghangatkan hubungan yang membeku. Sehingga cair kembali. Melepaskan ikatan yang membelenggu. Menyelesaikan masalah yang mengganggu. Sehingga harmonis kembali.
      Itulah substansi Halal Bihalal.  “Bungkusnya” memang “unik”. Salah satu “ciri khas” umat Islam Indonesia. Tetapi, hakikatnya adalah ajaran Islam.
      Halal Bihalal (menurut KBBI V) merupakan hal maaf memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan. Biasanya diadakan di sebuah tempat tertentu. Berupa aula, auditorium, dan sebagainya. Berhalal bihalal artinya bermaaf-maafan pada saat Lebaran. Saling memaafkan pada waktu Idul Fitri.
      Kata “Halal” terulang enam kali dalam Al-Quran. Empat kali dalam perintah “makan”. Yang disifati dengan kata “Thayyibah”. Yang bermakna “baik” dan “menyenangkan”. Dua kali dalam konteks “kecaman”.
     Istilah Halal mencakup empat hal. Wajib, yang harus dikerjakan. Sunah, yang dianjurkan. Makruh, yang tak disukai. Mubah, yang boleh dilakukan dan boleh tak dikerjakan. Mubah merupakan pilihan bebas.
          Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 168. “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dan baik yang terdapat di bumi. Jangan kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh nyata bagimu.”
      Al-Quran surah Al-Anfal. Surah ke-8 ayat 69. “Maka makanlah sebagian rampasan perang yang kamu ambil. Sebagai makanan halal dan baik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
      Al-Quran surah Al-Maidah. Surah ke-5 ayat 88. “Dan makanlah makanan halal dan baik yang Allah telah rezekikan kepadamu. Bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”
      Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke16 ayat 114. “Makanlah yang halal dan baik rezeki yang diberikan Allah kepadamu. Syukuri nikmat Allah. Jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”
      MENYAMBUNG TALI YANG PUTUS. Setiap tahun. Mendekati Hari Raya “Idul Fitri”. Arus mudik amat besar. Banyak penduduk kota pulang ke desa. Kembali ke kampung halaman.
     Mereka bersilaturahmi. Menyambung tali persaudaraan. Berlibur dan bernostalgia. Sebagian orang berpendapat. Ada yang memamerkan keberhasilan. Menunjukkan hasil  kesuksesan yang diraih di kota.
     Mudik yang terkait dengan silaturahmi. Merupakan ajaran yang dianjurkan Islam. Kata “Silaturahmi” berasal dari kata “Shilat” dan “Rahim”.
       “Shilat” bermakna “menyambung” dan “menghimpun”. “Rahim” berarti “Kasih sayang” dan “Peranakan” atau “Kandungan”. Karena anak yang dikandung memperoleh curahan kasih sayang.
      Hubungan yang renggang, bahkan terputus. Antara orang yang berada di kota dengan orang di kampung halaman. Karena aneka faktor. Disebabkan berbagai alasan. Diharapkan akan tersambung dengan silaturahmi.
     Menyambung tali yang putus. Itulah hakikat silaturahmi. Nabi Bersabda, “Bukan silaturahmi namanya, orang yang membalas kunjungan atau pemberian. Tetapi, yang dinamakan silaturahmi adalah menyambung yang putus’.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

103. HALAL BIHALAL

HALAL BIHALAL,
MENYAMBUNG TALI YANG PUTUS
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      HALAL BIHALAL, dua kata ciri khas Islam Indonesia. Sering diucapkan dalam suasana Hari Raya “Idul Fitri”. Biasanya disertai kalimat “Minal Aizin Wal Faizin” dan “Mohon Maaf Lahir Batin”.
     Profesor Quraisy Shihab menjelaskan makna “Halal Bihalal”. Pertama, menurut Pengertian Hukum. Biasanya kata “Halal” dihadapkan dengan kata “Haram”.
      “Haram” bermakna “sesuatu yang terlarang”. Yang melanggar akan berdosa dan mengundang siksa. “Halal” bermakna “sesuatu yang dibolehkan”. Tak mengundang dosa. Halal bihalal bisa bermakna menjadikan sikap kita terhadap pihak lain. Yang semula haram dan berakibat dosa. Berubah menjadi halal. Dengan cara memohon maaf.
       Kedua, Pengertian Bahasa. Akar kata “Halal” membentuk berbagai kata. Memiliki arti beraneka ragam. Sesuai dengan rangkaian kata berikutnya. Bisa bermakna “Menyelesaikan masalah”, “Meluruskan benang kusut”, “Melepaskan ikatan”, dan “Mencairkan yang beku”.
      Kegiatan Halal Bihalal suatu bentuk aktifitas. Yang mengantarkan para pelaku  meluruskan benang kusut. Menghangatkan hubungan yang membeku. Sehingga cair kembali. Melepaskan ikatan yang membelenggu. Menyelesaikan masalah yang mengganggu. Sehingga harmonis kembali.
      Itulah substansi Halal Bihalal.  “Bungkusnya” memang “unik”. Salah satu “ciri khas” umat Islam Indonesia. Tetapi, hakikatnya adalah ajaran Islam.
      Halal Bihalal (menurut KBBI V) merupakan hal maaf memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan. Biasanya diadakan di sebuah tempat tertentu. Berupa aula, auditorium, dan sebagainya. Berhalal bihalal artinya bermaaf-maafan pada saat Lebaran. Saling memaafkan pada waktu Idul Fitri.
      Kata “Halal” terulang enam kali dalam Al-Quran. Empat kali dalam perintah “makan”. Yang disifati dengan kata “Thayyibah”. Yang bermakna “baik” dan “menyenangkan”. Dua kali dalam konteks “kecaman”.
     Istilah Halal mencakup empat hal. Wajib, yang harus dikerjakan. Sunah, yang dianjurkan. Makruh, yang tak disukai. Mubah, yang boleh dilakukan dan boleh tak dikerjakan. Mubah merupakan pilihan bebas.
          Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 168. “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dan baik yang terdapat di bumi. Jangan kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh nyata bagimu.”
      Al-Quran surah Al-Anfal. Surah ke-8 ayat 69. “Maka makanlah sebagian rampasan perang yang kamu ambil. Sebagai makanan halal dan baik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
      Al-Quran surah Al-Maidah. Surah ke-5 ayat 88. “Dan makanlah makanan halal dan baik yang Allah telah rezekikan kepadamu. Bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”
      Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke16 ayat 114. “Makanlah yang halal dan baik rezeki yang diberikan Allah kepadamu. Syukuri nikmat Allah. Jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”
      MENYAMBUNG TALI YANG PUTUS. Setiap tahun. Mendekati Hari Raya “Idul Fitri”. Arus mudik amat besar. Banyak penduduk kota pulang ke desa. Kembali ke kampung halaman.
     Mereka bersilaturahmi. Menyambung tali persaudaraan. Berlibur dan bernostalgia. Sebagian orang berpendapat. Ada yang memamerkan keberhasilan. Menunjukkan hasil  kesuksesan yang diraih di kota.
     Mudik yang terkait dengan silaturahmi. Merupakan ajaran yang dianjurkan Islam. Kata “Silaturahmi” berasal dari kata “Shilat” dan “Rahim”.
       “Shilat” bermakna “menyambung” dan “menghimpun”. “Rahim” berarti “Kasih sayang” dan “Peranakan” atau “Kandungan”. Karena anak yang dikandung memperoleh curahan kasih sayang.
      Hubungan yang renggang, bahkan terputus. Antara orang yang berada di kota dengan orang di kampung halaman. Karena aneka faktor. Disebabkan berbagai alasan. Diharapkan akan tersambung dengan silaturahmi.
     Menyambung tali yang putus. Itulah hakikat silaturahmi. Nabi Bersabda, “Bukan silaturahmi namanya, orang yang membalas kunjungan atau pemberian. Tetapi, yang dinamakan silaturahmi adalah menyambung yang putus’.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

Monday, June 19, 2017

102. BELAJAR

SEMANGAT BERSEKOLAH MENINGKAT TAJAM, SEMANGAT BELAJAR MENURUN DRASTIS
(Renungan Ramadhan 25)

Oleh: M Husnaini

Judul di atas adalah fakta pendidikan dalam masyarakat kita, yaitu Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Jika di Indonesia tempoe doeloe, sedikit sekali orang yang berminat untuk sekolah, kini keadaannya telah berubah. Semangat bersekolah di zaman sekarang ini telah meningkat tajam. Tidak sedikit yang mencapai jenjang doktor, bahkan. Lelaki maupun perempuan, setali tiga uang.

Namun, semangat bersekolah itu ternyata belum diikuti dengan semangat belajar. Bahkan, dalam pengamatan saya, boleh dibilang, semangat belajar kita hari-hari ini justru menurun drastis. Minimal, jika dibandingkan dengan semangat belajar orang-orang tempoe doeloe.

Jika kita membaca sejarah munculnya pesantren, tentu akan semakin benderang persoalannya. Para santri dulu berdatangan ke rumah kiai untuk menimba ilmu. Karena tidak semua santri itu datang dari desa di sekitar kiai berada, dipastikan mereka butuh penginapan agar tidak kesulitan pulang-pergi menemui kiai. Kemudian, para santri itu membuat pondok-pondok di sekitar rumah kiai. Di situlah mereka tinggal selama menuntut ilmu kepada kiai bersangkutan hingga dinyatakan lulus. Pondok-pondok tempat para santri menetap sementara selama belajar itulah yang dinamakan pesantren, alias tempat santri.

Sekarang ini, adakah semangat belajar dari generasi muda kita sekuat itu? Saya kira tidak. Bahkan, di sekolah-sekolah kita, belajar itu seolah bukan kebutuhan murid. Justru yang kipu awu untuk mendorong  murid-murid serius dan tekun belajar adalah guru. Yang di perguruan tinggi pun tidak jauh beda. Apalagi mereka yang menempuh kuliah pada usia matang atau tua. Tugas-tugas kuliah malah dikerjakan sambil lalu saja. Skripsi, tesis, dan disertasi, tidak jarang, dikerjakan secara asal-asalan. Bahkan, ada yang sampai berani membeli, alias membayar orang lain untuk mengerjakan tugas akhirnya itu, dan dia sendiri hanya terima jadi.

Pasti masih banyak murid dan mahasiswa yang tidak demikian. Mereka benar-benar serius belajar. Demikian pula, banyak kampus kita yang begitu teliti menangani pendidikan, sehingga tidak menoleransi praktik-praktik curang tersebut. Namun demikian, kata pepatah Jawa, tentu lebih cerdik malingnya ketimbang polisinya. Maksudnya, selalu muncul murid-murid memble dan mahasiswa-mahasiswa sontoloyo, yang memasuki kelas pendidikan formal hanya sebatas ingin dapat ijazah, dan pusing amat terhadap perolehan ilmunya.

Bukti lain, berapa di antara kita yang gemar membaca. Utamanya di era gadget ini, rupanya kita lebih senang utak-atik HP dibanding menenteng buku dan serius membacanya. Saya sering bilang, di zaman ini, lebih mudah mendapati pembicara daripada pembaca. Misalnya, mudah menemukan orang yang bisa ceramah di suatu kampung, namun mencari pembaca, apalagi penulis, di kampung yang sama, belum tentu nemu dua.

Kecanggihan era digital tidak mampu mendongkrak gairah belajar, tetapi justru meninabobokannya. Lihatlah grup-grup WhatsApp, misalnya. Di sana, tampak jelas bahwa kebanyakan kita sangat malas membaca dan lebih semangat share. Postingan yang belum, bahkan tidak dibaca, langsung dishare sana-sini. Dari situlah awal mula tersebarnya hoax.

Menurunnya semangat membaca juga meningkatnya minat berkomentar. Karena itu, jangan heran jika media sosial kita, setiap hari, diwarnai debat kusir, dan bukan diskusi demi benar-benar mencari kebenaran. Bagaimana mau diskusi, wong kita tidak membaca dan juga malas berpikir. Komentar juga waton suloyo. Yang SMP saja tidak lulus, misalnya, merasa selevel untuk mendebat tokoh dan ulama besar disertai cacian-cacian kasar di dunia maya.

Fenomena saling hujat di dunia maya, dan juga di mana saja, sebenarnya dipicu oleh hadirnya orang-orang yang malas belajar ini. Mereka tidak membaca, tidak berpikir, apalagi menulis, tetapi semua perosalan selalu dia komentari. Jika merujuk penggolongan empat manusia menurut Imam Ghazali, mereka ini adalah tipologi manusia yang "la yadri annahu la yadri", tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu.

Itulah tipologi manusia yang gagal paham. Termasuk tipologi itu adalah siapa saja yang suka bilang bahwa membaca hanya bikin ngantuk. Kalau Anda menjumpai orang-orang yang berpendapat demikian, siapa pun orang itu dan apa kedudukan serta jabatan dia, waspadalah. Termasuk hati-hatilah juga bila berjumpa dengan orang yang berkukuh bahwa membaca itu hanya tugas anak sekolah.

Saatnya kita gelorakan budaya belajar. Membaca, berpikir, berdiskusi, hingga menulis harus menjadi tradisi. Pelan tetapi pasti, kita kikis pencapaian jenjang pendidikan yang hanya berorientasi kepada gelar. Gelar pendidikan penting, tetapi jangan lupa bawa pulang juga ilmunya. Begitu pentingnya budaya belajar ini, hingga dalam perintah jihad ke medan laga yang pahalanya begitu utama itu, Allah masih menyuruh sebagian kita untuk tetap tinggal di rumah guna memperdalam ilmu.

"Tidak sepatutnya bagi Mukminin itu pergi semua ke medan perang," tegas Allah dalam surah At-Taubah/9: 122. "Mengapa setiap golongan dari mereka tidak berangkat beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan kemudian memberi peringatan kepada golongan yang pergi berperang itu apabila mereka nanti telah kembali, supaya mereka dapat menjaga diri?"

Sunday, June 18, 2017

101. ZAKAT

MANFAAT ZAKAT
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 43. “Dan dirikan salat, tunaikan zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.”
      Al-Quran surah At-Taubah. Surah ke-9 ayat 103. “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka. Berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu menenteramkan jiwa  mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
     Al-Quran surah At-Taubah. Surah ke-9 ayat 35. “Pada hari dipanaskan emas perak dalam neraka Jahanam. Lalu dibakar dengannya dahi, lambung, dan punggung mereka. Lalu dikatakan kepada mereka, "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri. Rasakan sekarang akibat yang kamu simpan itu".
      Al-Quran surah Al-Anam. Surah ke-6 ayat 141. “Dia menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanaman beraneka buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah buahnya (yang bermacam-macam itu) bila berbuah. Tunaikan haknya pada hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya). Jangan kamu berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan.
       Zakat (menurut KBBI V) adalah  jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang Islam. Diberikan kepada orang yang berhak menerimanya. Misalnya, fakir miskin dan sebagainya.
      Zakat dikeluarkan menurut ketentuan yang ditetapkan syarak. Syarak merupakan hukum yang bersendi ajaran Islam. Syarak merupakan hukum Islam.
       Zakat salah satu rukun Islam. Rukun Islam adalah Syahadat, Salat, Zakat, Puasa, dan Haji. Zakat mengatur harta yang wajib dikeluarkan kepada mustahak. Mustahak ialah semua orang yang berhak, patut, dan pantas menerima zakat.
        Zakat menjadi salah satu unsur pokok  tegaknya syariat Islam. Zakat  bersifat “fardu ain“ atau wajib atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat.
     Zakat merupakan ibadah sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan. Yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
      Beberapa macam zakat. Pertama, Zakat Fitrah. Zakat yang wajib dikeluarkan seorang muslim pada bulan Ramadan. Menjelang Idul Fitri. Besarnya setara dengan 3,5 liter atau 2,7 kilogram  makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
      Kedua,  Zakat Mal atau Zakat Harta. Zakat yang wajib dikeluarkan seorang muslim. Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing memiliki perhitungan sendiri.
     Siapakah orang yang berhak menerima zakat? Al-Quran surah At-Taubah. Surah ke-9 ayat 60. “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanya untuk orang fakir, miskin, pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan orang yang sedang dalam perjalanan. Sebagai  ketetapan yang diwajibkan Allah.  Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
      Delapan orang yang berhak menerima zakat. Pertama,  Fakir. Orang yang amat berkekurangan. Orang yang terlalu miskin. Hampir tidak memiliki apa-apa. Tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
     Kedua, Miskin. Tak berharta. Serba kekurangan. Berpenghasilan rendah. Memiliki harta. Tidak cukup memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup. Ketiga, Amil Zakat. Orang yang bertugas mengumpulkan dan membagikan zakat.
    Keempat, Mualaf. Orang yang baru masuk Islam. Orang yang imannya belum kukuh, karena baru masuk Islam. Masih membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
     Kelima, Hamba sahaya. Seorang budak yang ingin memerdekakan dirinya.     Keenam, “Gharimin”. Orang yang berutang untuk kebutuhan halal. Tidak sanggup  memenuhinya.
     Ketujuh, “Fisabilillah”. Orang yang berjuang di jalan Allah. Kedepalan, “Ibnus Sabil”. Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanan.
      Siapakah orang yang tak berhak menerima zakat? Orang yang haram menerima zakat. Pertama, Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga.
      Kedua, Hamba sahaya yang masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya. Ketiga, Keturunan Nabi Muhammad. Keempat, Orang yang dalam tanggungan orang berzakat. Misalnya, anak dan istri.
      Beberapa manfaat zakat.  Manfaat agama. Pertama, Melaksanakan rukun Islam. Yang akan membuat sejahtera dunia dan akhirat. Kedua, Sarana mendekatkan diri kepada Allah. Ketiga, Mendapatkan pahala besar berlipat ganda. Keempat, sarana penghapus dosa.
      Manfaat akhlak. Pertama, Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada. Kedua, menumbuhkan sifat penyayang dan belas kasih.
      Ketiga, Melapangkan dan memuaskan perasaan. Keempat, Dicintai dan dihormati masyarakat. Kelima, pembersihan akhlak. Kelima, menjadi orang yang bermanfaat buat sesama.
      Manfaat sosial. Pertama, membantu orang yang kekurangan. Kedua, memperkuat umat Islam. Ketiga, mengurangi kecemburuan sosial. Keempat, memacu pertumbuhan ekonomi. Kelima, memperluas kesejahteraan.
      Beberapa keuntungan zakat. Pertama, Mengurangi kesenjangan sosial. Kedua, sebagai dakwah Islam. Ketiga, Membersihkan harta. Keempat, bersyukur atas nikmat Allah. kelima, mengurang ketamakan. Keenam, pengembangan potensi umat. Ketujuh, Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam. Kedelapan, Menambah pendapatan negara untuk proyek yang berguna bagi masyarakat.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

101. ZAKAT

MANFAAT ZAKAT
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 43. “Dan dirikan salat, tunaikan zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.”
      Al-Quran surah At-Taubah. Surah ke-9 ayat 103. “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka. Berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu menenteramkan jiwa  mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
     Al-Quran surah At-Taubah. Surah ke-9 ayat 35. “Pada hari dipanaskan emas perak dalam neraka Jahanam. Lalu dibakar dengannya dahi, lambung, dan punggung mereka. Lalu dikatakan kepada mereka, "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri. Rasakan sekarang akibat yang kamu simpan itu".
      Al-Quran surah Al-Anam. Surah ke-6 ayat 141. “Dia menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanaman beraneka buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah buahnya (yang bermacam-macam itu) bila berbuah. Tunaikan haknya pada hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya). Jangan kamu berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan.
       Zakat (menurut KBBI V) adalah  jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang Islam. Diberikan kepada orang yang berhak menerimanya. Misalnya, fakir miskin dan sebagainya.
      Zakat dikeluarkan menurut ketentuan yang ditetapkan syarak. Syarak merupakan hukum yang bersendi ajaran Islam. Syarak merupakan hukum Islam.
       Zakat salah satu rukun Islam. Rukun Islam adalah Syahadat, Salat, Zakat, Puasa, dan Haji. Zakat mengatur harta yang wajib dikeluarkan kepada mustahak. Mustahak ialah semua orang yang berhak, patut, dan pantas menerima zakat.
        Zakat menjadi salah satu unsur pokok  tegaknya syariat Islam. Zakat  bersifat “fardu ain“ atau wajib atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat.
     Zakat merupakan ibadah sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan. Yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
      Beberapa macam zakat. Pertama, Zakat Fitrah. Zakat yang wajib dikeluarkan seorang muslim pada bulan Ramadan. Menjelang Idul Fitri. Besarnya setara dengan 3,5 liter atau 2,7 kilogram  makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
      Kedua,  Zakat Mal atau Zakat Harta. Zakat yang wajib dikeluarkan seorang muslim. Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing memiliki perhitungan sendiri.
     Siapakah orang yang berhak menerima zakat? Al-Quran surah At-Taubah. Surah ke-9 ayat 60. “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanya untuk orang fakir, miskin, pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan orang yang sedang dalam perjalanan. Sebagai  ketetapan yang diwajibkan Allah.  Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
      Delapan orang yang berhak menerima zakat. Pertama,  Fakir. Orang yang amat berkekurangan. Orang yang terlalu miskin. Hampir tidak memiliki apa-apa. Tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
     Kedua, Miskin. Tak berharta. Serba kekurangan. Berpenghasilan rendah. Memiliki harta. Tidak cukup memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup. Ketiga, Amil Zakat. Orang yang bertugas mengumpulkan dan membagikan zakat.
    Keempat, Mualaf. Orang yang baru masuk Islam. Orang yang imannya belum kukuh, karena baru masuk Islam. Masih membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
     Kelima, Hamba sahaya. Seorang budak yang ingin memerdekakan dirinya.     Keenam, “Gharimin”. Orang yang berutang untuk kebutuhan halal. Tidak sanggup  memenuhinya.
     Ketujuh, “Fisabilillah”. Orang yang berjuang di jalan Allah. Kedepalan, “Ibnus Sabil”. Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanan.
      Siapakah orang yang tak berhak menerima zakat? Orang yang haram menerima zakat. Pertama, Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga.
      Kedua, Hamba sahaya yang masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya. Ketiga, Keturunan Nabi Muhammad. Keempat, Orang yang dalam tanggungan orang berzakat. Misalnya, anak dan istri.
      Beberapa manfaat zakat.  Manfaat agama. Pertama, Melaksanakan rukun Islam. Yang akan membuat sejahtera dunia dan akhirat. Kedua, Sarana mendekatkan diri kepada Allah. Ketiga, Mendapatkan pahala besar berlipat ganda. Keempat, sarana penghapus dosa.
      Manfaat akhlak. Pertama, Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada. Kedua, menumbuhkan sifat penyayang dan belas kasih.
      Ketiga, Melapangkan dan memuaskan perasaan. Keempat, Dicintai dan dihormati masyarakat. Kelima, pembersihan akhlak. Kelima, menjadi orang yang bermanfaat buat sesama.
      Manfaat sosial. Pertama, membantu orang yang kekurangan. Kedua, memperkuat umat Islam. Ketiga, mengurangi kecemburuan sosial. Keempat, memacu pertumbuhan ekonomi. Kelima, memperluas kesejahteraan.
      Beberapa keuntungan zakat. Pertama, Mengurangi kesenjangan sosial. Kedua, sebagai dakwah Islam. Ketiga, Membersihkan harta. Keempat, bersyukur atas nikmat Allah. kelima, mengurang ketamakan. Keenam, pengembangan potensi umat. Ketujuh, Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam. Kedelapan, Menambah pendapatan negara untuk proyek yang berguna bagi masyarakat.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

100. SALAT

Seorang pemuda bertanya kepada Syaikh Muhammad Ghazali: "Ya Syaikh, apa hukumnya orang yang meninggalkan shalat?" Maka Syaikh Ghazali pun menjawab: "Hukumnya itu kamu ajak ia ke masjid."

Masya Allah, jawaban yang singkat tapi padat akan maknanya. Oleh karenanya kita dianjurkan, "Jadilah orang yang menyeru (kebaikan) jangan menjadi orang yang (suka) menghakimi."

Saturday, June 17, 2017

99. LAILATUL QADAR

KEUTAMAAN LAILATUL QADAR
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Al-Quran surah Al-Qadar. Surah ke-97 ayat 1-5. "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran pada malam Lailatul Qadar. Tahukah kamu apakah malam Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu malam. Pada malam itu, para malaikat dan malaikat Jibril turun dengan izin Tuhan mereka. Untuk menentukan segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan hingga terbit fajar.”
      Al-Quran surah Ad-Dukhan. Surah ke-44 ayat 1-6. “Ha Mim. Demi Kitab Al-Quran yang menjelaskan. Sesungguhnya, Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi. Sesungguhnya, Kami yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. Penurunan Al-Quran sebagai perintah Kami. Sesungguhnya, Kami yang mengutus Muhammad. Sebagai rahmat dari Tuhan. Sesungguhnya, Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”       
       Profesor Quraish Shihab menjelaskan pengertian “Lailatul Qadar”. Kata “Qadar”. Menurut penggunaan dalam ayat Al-Quran memiliki tiga arti.
      Pertama, “Qadar” bermakna “Penetapan” dan “Pengaturan”. Sehingga Lailatul Qadar dipahami sebagai “Malam penetapan” Allah bagi perjalanan hidup manusia.
      Kedua, “Qadar” bermakna “Kemuliaan”. Lailataul Qadar berarti “Malam mulia” tiada bandingnya. Malam mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran.
      Ketiga, “Qadar” bermakna “Sempit”. Lalailatul Qadar berarti “Malam yang sempit”. Karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi.
       Kapan terjadinya Lailatul Qadar? Terdapat beberapa pendapat. Pertama, pada 10 malam terakhir bulan Ramadan. Kedua, pada malam ganjil bulan Ramadan. Ketiga, seluruh malam bulan Ramadan.
      Keistimewaan Lailatul Qadar. Malam yang lebih baik daripada 1.000 bulan. Lebih baik daripada seribu bulan. Bukan sama dengan seribu bulan. Berarti lebih baik dibandingkan dengan 83 tahun 4 bulan. 
   Tanda Lailatul Qadar. Beberapa ulama berpendapat. Pada musim kemarau turun hujan gerimis. Pada musim hujan, cuaca cerah. Lailatul Qadar akan berlangsung selamanya. Sampai hari kiamat. Bukan hanya zaman Nabi Muhammad saja.
      Keutamaan Lailatul Qadar. Nabi bersabda, “Barangsiapa melaksanakan salat pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
      Doa yang dianjurkan pada malam Lailatul Qadar. “Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fakfu anni.” “Ya Allah. Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan menyukai maaf, maka maafkan hamba.”
    Semua amal kebaikan pada Laillatul Qadar. Bernilai lebih baik daripada 1.000 bulan. Lebih baik daripada beramal ibadah selama 83 tahun 4 bulan.
    Semoga kita semua mendapatkan berkah Lailatul Qadar. Amin.