Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Thursday, December 7, 2017

547. GELAS

HARGA SEGELAS AIR MINUM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang harga segelas air minum  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Banyak di antara kita yang tidak menghargai air, dan kita sering kali tidak menggunakan air secara baik, padahal berwudu di sungai yang airnya mengalir atau samudera yang luas pun tidak boleh melebihi kadar yang ditetapkan.
    Bagi orang yang tinggal di Indonesia, air bagaikan tanpa harga, tetapi di Timur Tengah dan tempat lainnya, harga air minum harganya cukup mahal, bahkan harga seliter air minum harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga seliter premium atau bensin.
     Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid, penguasa Dinasti Abbasiyah (766-809 Masehi), yang pada masanya adalah bagian dari zaman keemasan Islam, suatu ketika Harun Al-Rasyid duduk gelisah dan kemudian memerintahkan salah seorang pembantunya untuk mengundang Abu Sammak, seorang ulama terhormat pada masanya.
      Harun Al-Rasyid berkata,”Wahai Abu Sammak, berilah aku nasihat”. Hampir bersamaan pada  saat itu seorang pelayan masuk ke dalam ruangan membawa segelas air untuk Amirul Mukminin Harun AI-Rasyid.
     Abu Sammak berkata, “'Tunggu sebentar, Wahai Amirul Mukminin, saya mengharapkan  agar Tuan menjawab pertanyaan saya dengan jujur, “Seandainya Tuan sangat haus, tetapi segelas air ini tidak dapat Tuan minum, maka berapakah harga yang bersedia Tuan bayar untuk dapat meminumnya?”
     “Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki,” jawab Harun Al-Rasyid dan kemudian dia pun meminumnya, serta beberapa saat kemudian Abu Sammak bertanya lagi,”Seandainya segelas air minum yang Tuan minum tadi, tidak dapat keluar dari tubuh Tuan, sehingga mengganggu kesehatan Tuan, berapakah Tuan bersedia membayarnya untuk kesembuhan Tuan?”
     “Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki," jawab Harun Al-Rasyid tegas. “Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa seluruh harta kekayaan dan kekuasaan yang nilainya hanya seharga segelas air, sangat tidak wajar apabila diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak,” kata Abu Sammak.
     Khalifah Harun Al-Rasyid yang kekuasaannya meliputi beberapa negara yang sangat luas dan kekayaannya yang sangat banyak tersebut, kemudian mengangguk dan membenarkannya.
     Khalifah Umar bin Khattab menjumpai Hurmuzan, seorang tokoh Persia yang menjadi tawaan perang dan dijatuhi hukuman mati, lalu Hurmuzan memohon kepada Umar bin Khattab,”Berilah aku segelas air, sebelum hukuman mati dilaksanakan kepadaku.”
     Umar bin Khattab setuju, dan sebelum Hurmuzan minum air tersebut, dia memandang Umar bin Khattab dengan bertanya,”apakah aku memperoleh keamanan, sampai air ini habis saya minum?”
    Umar bin Khattab mengiyakan, dan dengan tiba-tiba Hurmuzan menumpahkan isi gelas itu, dan dengan senyum penuh arti dia berkata, “Wahai Umar, tepatilah janjimu, maka berilah aku keamanan.”
    Hadirin yang menyaksikan kejadian tersebut tersentak, tetapi Umar bin Khattab berkata, “Lepaskan dia, karena kita harus tetap memegag teguh dan menetapi janji, apa pun akibatnya”.
    Khalifah Umar bin Khattab menganggap bahwa segelas air adalah sumber kehidupan, bahkan air adalah kehidupan itu sendiri, dan tidak ada artinya apabila menyalahi kesetiaan kepada janji, dan itulah harga segelas air menurut Khalifah Umar bin Khattab.
    Diriwayatkan terdapat seorang wanita yang bergelimang dosa, ketika dia melihat seekor anjing yang sedang kehausan, lalu dia menyodorkan segelas air minum kepada anjing tersebut, maka Nabi bersabda,”Allah mengampuni dosa-dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga karena segelas air itu”. Inilah harga tertinggi bagi segelas air.
      Kata “air” dalam Al-Quran terulang sebanyak 63 kali, seperti dalam Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 30 yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang hidup berasal dari air.

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

      “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

547. GELAS

HARGA SEGELAS AIR MINUM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang harga segelas air minum  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Banyak di antara kita yang tidak menghargai air, dan kita sering kali tidak menggunakan air secara baik, padahal berwudu di sungai yang airnya mengalir atau samudera yang luas pun tidak boleh melebihi kadar yang ditetapkan.
    Bagi orang yang tinggal di Indonesia, air bagaikan tanpa harga, tetapi di Timur Tengah dan tempat lainnya, harga air minum harganya cukup mahal, bahkan harga seliter air minum harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga seliter premium atau bensin.
     Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid, penguasa Dinasti Abbasiyah (766-809 Masehi), yang pada masanya adalah bagian dari zaman keemasan Islam, suatu ketika Harun Al-Rasyid duduk gelisah dan kemudian memerintahkan salah seorang pembantunya untuk mengundang Abu Sammak, seorang ulama terhormat pada masanya.
      Harun Al-Rasyid berkata,”Wahai Abu Sammak, berilah aku nasihat”. Hampir bersamaan pada  saat itu seorang pelayan masuk ke dalam ruangan membawa segelas air untuk Amirul Mukminin Harun AI-Rasyid.
     Abu Sammak berkata, “'Tunggu sebentar, Wahai Amirul Mukminin, saya mengharapkan  agar Tuan menjawab pertanyaan saya dengan jujur, “Seandainya Tuan sangat haus, tetapi segelas air ini tidak dapat Tuan minum, maka berapakah harga yang bersedia Tuan bayar untuk dapat meminumnya?”
     “Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki,” jawab Harun Al-Rasyid dan kemudian dia pun meminumnya, serta beberapa saat kemudian Abu Sammak bertanya lagi,”Seandainya segelas air minum yang Tuan minum tadi, tidak dapat keluar dari tubuh Tuan, sehingga mengganggu kesehatan Tuan, berapakah Tuan bersedia membayarnya untuk kesembuhan Tuan?”
     “Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki," jawab Harun Al-Rasyid tegas. “Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa seluruh harta kekayaan dan kekuasaan yang nilainya hanya seharga segelas air, sangat tidak wajar apabila diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak,” kata Abu Sammak.
     Khalifah Harun Al-Rasyid yang kekuasaannya meliputi beberapa negara yang sangat luas dan kekayaannya yang sangat banyak tersebut, kemudian mengangguk dan membenarkannya.
     Khalifah Umar bin Khattab menjumpai Hurmuzan, seorang tokoh Persia yang menjadi tawaan perang dan dijatuhi hukuman mati, lalu Hurmuzan memohon kepada Umar bin Khattab,”Berilah aku segelas air, sebelum hukuman mati dilaksanakan kepadaku.”
     Umar bin Khattab setuju, dan sebelum Hurmuzan minum air tersebut, dia memandang Umar bin Khattab dengan bertanya,”apakah aku memperoleh keamanan, sampai air ini habis saya minum?”
    Umar bin Khattab mengiyakan, dan dengan tiba-tiba Hurmuzan menumpahkan isi gelas itu, dan dengan senyum penuh arti dia berkata, “Wahai Umar, tepatilah janjimu, maka berilah aku keamanan.”
    Hadirin yang menyaksikan kejadian tersebut tersentak, tetapi Umar bin Khattab berkata, “Lepaskan dia, karena kita harus tetap memegag teguh dan menetapi janji, apa pun akibatnya”.
    Khalifah Umar bin Khattab menganggap bahwa segelas air adalah sumber kehidupan, bahkan air adalah kehidupan itu sendiri, dan tidak ada artinya apabila menyalahi kesetiaan kepada janji, dan itulah harga segelas air menurut Khalifah Umar bin Khattab.
    Diriwayatkan terdapat seorang wanita yang bergelimang dosa, ketika dia melihat seekor anjing yang sedang kehausan, lalu dia menyodorkan segelas air minum kepada anjing tersebut, maka Nabi bersabda,”Allah mengampuni dosa-dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga karena segelas air itu”. Inilah harga tertinggi bagi segelas air.
      Kata “air” dalam Al-Quran terulang sebanyak 63 kali, seperti dalam Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 30 yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang hidup berasal dari air.

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

      “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

547. GELAS

HARGA SEGELAS AIR MINUM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang harga segelas air minum  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Banyak di antara kita yang tidak menghargai air, dan kita sering kali tidak menggunakan air secara baik, padahal berwudu di sungai yang airnya mengalir atau samudera yang luas pun tidak boleh melebihi kadar yang ditetapkan.
    Bagi orang yang tinggal di Indonesia, air bagaikan tanpa harga, tetapi di Timur Tengah dan tempat lainnya, harga air minum harganya cukup mahal, bahkan harga seliter air minum harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga seliter premium atau bensin.
     Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid, penguasa Dinasti Abbasiyah (766-809 Masehi), yang pada masanya adalah bagian dari zaman keemasan Islam, suatu ketika Harun Al-Rasyid duduk gelisah dan kemudian memerintahkan salah seorang pembantunya untuk mengundang Abu Sammak, seorang ulama terhormat pada masanya.
      Harun Al-Rasyid berkata,”Wahai Abu Sammak, berilah aku nasihat”. Hampir bersamaan pada  saat itu seorang pelayan masuk ke dalam ruangan membawa segelas air untuk Amirul Mukminin Harun AI-Rasyid.
     Abu Sammak berkata, “'Tunggu sebentar, Wahai Amirul Mukminin, saya mengharapkan  agar Tuan menjawab pertanyaan saya dengan jujur, “Seandainya Tuan sangat haus, tetapi segelas air ini tidak dapat Tuan minum, maka berapakah harga yang bersedia Tuan bayar untuk dapat meminumnya?”
     “Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki,” jawab Harun Al-Rasyid dan kemudian dia pun meminumnya, serta beberapa saat kemudian Abu Sammak bertanya lagi,”Seandainya segelas air minum yang Tuan minum tadi, tidak dapat keluar dari tubuh Tuan, sehingga mengganggu kesehatan Tuan, berapakah Tuan bersedia membayarnya untuk kesembuhan Tuan?”
     “Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki," jawab Harun Al-Rasyid tegas. “Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa seluruh harta kekayaan dan kekuasaan yang nilainya hanya seharga segelas air, sangat tidak wajar apabila diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak,” kata Abu Sammak.
     Khalifah Harun Al-Rasyid yang kekuasaannya meliputi beberapa negara yang sangat luas dan kekayaannya yang sangat banyak tersebut, kemudian mengangguk dan membenarkannya.
     Khalifah Umar bin Khattab menjumpai Hurmuzan, seorang tokoh Persia yang menjadi tawaan perang dan dijatuhi hukuman mati, lalu Hurmuzan memohon kepada Umar bin Khattab,”Berilah aku segelas air, sebelum hukuman mati dilaksanakan kepadaku.”
     Umar bin Khattab setuju, dan sebelum Hurmuzan minum air tersebut, dia memandang Umar bin Khattab dengan bertanya,”apakah aku memperoleh keamanan, sampai air ini habis saya minum?”
    Umar bin Khattab mengiyakan, dan dengan tiba-tiba Hurmuzan menumpahkan isi gelas itu, dan dengan senyum penuh arti dia berkata, “Wahai Umar, tepatilah janjimu, maka berilah aku keamanan.”
    Hadirin yang menyaksikan kejadian tersebut tersentak, tetapi Umar bin Khattab berkata, “Lepaskan dia, karena kita harus tetap memegag teguh dan menetapi janji, apa pun akibatnya”.
    Khalifah Umar bin Khattab menganggap bahwa segelas air adalah sumber kehidupan, bahkan air adalah kehidupan itu sendiri, dan tidak ada artinya apabila menyalahi kesetiaan kepada janji, dan itulah harga segelas air menurut Khalifah Umar bin Khattab.
    Diriwayatkan terdapat seorang wanita yang bergelimang dosa, ketika dia melihat seekor anjing yang sedang kehausan, lalu dia menyodorkan segelas air minum kepada anjing tersebut, maka Nabi bersabda,”Allah mengampuni dosa-dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga karena segelas air itu”. Inilah harga tertinggi bagi segelas air.
      Kata “air” dalam Al-Quran terulang sebanyak 63 kali, seperti dalam Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 30 yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang hidup berasal dari air.

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

      “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

547. GELAS

HARGA SEGELAS AIR MINUM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang harga segelas air minum  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Banyak di antara kita yang tidak menghargai air, dan kita sering kali tidak menggunakan air secara baik, padahal berwudu di sungai yang airnya mengalir atau samudera yang luas pun tidak boleh melebihi kadar yang ditetapkan.
    Bagi orang yang tinggal di Indonesia, air bagaikan tanpa harga, tetapi di Timur Tengah dan tempat lainnya, harga air minum harganya cukup mahal, bahkan harga seliter air minum harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga seliter premium atau bensin.
     Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid, penguasa Dinasti Abbasiyah (766-809 Masehi), yang pada masanya adalah bagian dari zaman keemasan Islam, suatu ketika Harun Al-Rasyid duduk gelisah dan kemudian memerintahkan salah seorang pembantunya untuk mengundang Abu Sammak, seorang ulama terhormat pada masanya.
      Harun Al-Rasyid berkata,”Wahai Abu Sammak, berilah aku nasihat”. Hampir bersamaan pada  saat itu seorang pelayan masuk ke dalam ruangan membawa segelas air untuk Amirul Mukminin Harun AI-Rasyid.
     Abu Sammak berkata, “'Tunggu sebentar, Wahai Amirul Mukminin, saya mengharapkan  agar Tuan menjawab pertanyaan saya dengan jujur, “Seandainya Tuan sangat haus, tetapi segelas air ini tidak dapat Tuan minum, maka berapakah harga yang bersedia Tuan bayar untuk dapat meminumnya?”
     “Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki,” jawab Harun Al-Rasyid dan kemudian dia pun meminumnya, serta beberapa saat kemudian Abu Sammak bertanya lagi,”Seandainya segelas air minum yang Tuan minum tadi, tidak dapat keluar dari tubuh Tuan, sehingga mengganggu kesehatan Tuan, berapakah Tuan bersedia membayarnya untuk kesembuhan Tuan?”
     “Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki," jawab Harun Al-Rasyid tegas. “Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa seluruh harta kekayaan dan kekuasaan yang nilainya hanya seharga segelas air, sangat tidak wajar apabila diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak,” kata Abu Sammak.
     Khalifah Harun Al-Rasyid yang kekuasaannya meliputi beberapa negara yang sangat luas dan kekayaannya yang sangat banyak tersebut, kemudian mengangguk dan membenarkannya.
     Khalifah Umar bin Khattab menjumpai Hurmuzan, seorang tokoh Persia yang menjadi tawaan perang dan dijatuhi hukuman mati, lalu Hurmuzan memohon kepada Umar bin Khattab,”Berilah aku segelas air, sebelum hukuman mati dilaksanakan kepadaku.”
     Umar bin Khattab setuju, dan sebelum Hurmuzan minum air tersebut, dia memandang Umar bin Khattab dengan bertanya,”apakah aku memperoleh keamanan, sampai air ini habis saya minum?”
    Umar bin Khattab mengiyakan, dan dengan tiba-tiba Hurmuzan menumpahkan isi gelas itu, dan dengan senyum penuh arti dia berkata, “Wahai Umar, tepatilah janjimu, maka berilah aku keamanan.”
    Hadirin yang menyaksikan kejadian tersebut tersentak, tetapi Umar bin Khattab berkata, “Lepaskan dia, karena kita harus tetap memegag teguh dan menetapi janji, apa pun akibatnya”.
    Khalifah Umar bin Khattab menganggap bahwa segelas air adalah sumber kehidupan, bahkan air adalah kehidupan itu sendiri, dan tidak ada artinya apabila menyalahi kesetiaan kepada janji, dan itulah harga segelas air menurut Khalifah Umar bin Khattab.
    Diriwayatkan terdapat seorang wanita yang bergelimang dosa, ketika dia melihat seekor anjing yang sedang kehausan, lalu dia menyodorkan segelas air minum kepada anjing tersebut, maka Nabi bersabda,”Allah mengampuni dosa-dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga karena segelas air itu”. Inilah harga tertinggi bagi segelas air.
      Kata “air” dalam Al-Quran terulang sebanyak 63 kali, seperti dalam Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 30 yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang hidup berasal dari air.

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

      “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Wednesday, December 6, 2017

546. MAIN

DUNIA ANAK ADALAH BERMAIN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang dunia anak adalah dunia permainan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad agak mempercepat dua rakaat terakhir dari salat Zuhurnya, dan para sahabat terheran-heran melihat kejadian ini, kemudian setelah selesai salat, salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, apakah yang terjadi dengan salat kita?’” "Memangnya ada apa?" tanya Nabi.
     Sahabat melanjutkan,”Dua rakaat yang terakhir, terasa agak singkat." "Apakah kalian tidak mendengarkan tangisan anak-anak?" jawab Nabi.
      Dalam kisah yang lain, Nabi memperpanjang sujudnya, kemudian salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, kali ini sujud kita terasa panjang, tidak seperti biasanya, apakah Nabi menerima wahyu?” “Saya sujud agak lama tadi, bukan karena menerima wahyu, tetapi cucuku sedang menunggangi pundakku, sehingga aku enggan bangun dari sujud sebelum dia merasa puas”.
     Anak keturunan bukanlah kelanjutan sifat, profesi atau kepribadian ibu dan bapaknya, sehingga ketika orang tuanya mencintai anak-anaknya adalah untuk menumbuhkembangkan bakat, minat, dan  kepribadiannya yang dapat berbeda dengan orang tuanya.
    Dunia anak adalah dunia bermain dan senang dengan permainan, maka ayah dan  ibunya atau siapa pun dapat mendidiknya sambil bermain, karena Nabi menekankan pentingnya orang tua bermain-main dengan anaknya.
      Nabi bersabda,”Siapa yang memiliki anak hendaklah dia bermain-main  bersamanya”. “Siapa yang menggembirakan hati anaknya, maka dia bagaikan memerdekakan hamba sahaya, dan siapa yang bergurau untuk menyenangkan hati anaknya, maka dia bagaikan menangis karena takut kepada Allah”.
      Para ulama menyarankan sebaiknya setiap orang tua dan kelompok masyarakat dalam suatu lingkungan tertentu, menyiapkan sarana dan prasarana dalam lingkungannya tempat yang layak untuk bermain anak-anak mereka yang aman, sehat, dan bersifat pendidikan.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

546. MAIN

DUNIA ANAK ADALAH BERMAIN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang dunia anak adalah dunia permainan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad agak mempercepat dua rakaat terakhir dari salat Zuhurnya, dan para sahabat terheran-heran melihat kejadian ini, kemudian setelah selesai salat, salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, apakah yang terjadi dengan salat kita?’” "Memangnya ada apa?" tanya Nabi.
     Sahabat melanjutkan,”Dua rakaat yang terakhir, terasa agak singkat." "Apakah kalian tidak mendengarkan tangisan anak-anak?" jawab Nabi.
      Dalam kisah yang lain, Nabi memperpanjang sujudnya, kemudian salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, kali ini sujud kita terasa panjang, tidak seperti biasanya, apakah Nabi menerima wahyu?” “Saya sujud agak lama tadi, bukan karena menerima wahyu, tetapi cucuku sedang menunggangi pundakku, sehingga aku enggan bangun dari sujud sebelum dia merasa puas”.
     Anak keturunan bukanlah kelanjutan sifat, profesi atau kepribadian ibu dan bapaknya, sehingga ketika orang tuanya mencintai anak-anaknya adalah untuk menumbuhkembangkan bakat, minat, dan  kepribadiannya yang dapat berbeda dengan orang tuanya.
    Dunia anak adalah dunia bermain dan senang dengan permainan, maka ayah dan  ibunya atau siapa pun dapat mendidiknya sambil bermain, karena Nabi menekankan pentingnya orang tua bermain-main dengan anaknya.
      Nabi bersabda,”Siapa yang memiliki anak hendaklah dia bermain-main  bersamanya”. “Siapa yang menggembirakan hati anaknya, maka dia bagaikan memerdekakan hamba sahaya, dan siapa yang bergurau untuk menyenangkan hati anaknya, maka dia bagaikan menangis karena takut kepada Allah”.
      Para ulama menyarankan sebaiknya setiap orang tua dan kelompok masyarakat dalam suatu lingkungan tertentu, menyiapkan sarana dan prasarana dalam lingkungannya tempat yang layak untuk bermain anak-anak mereka yang aman, sehat, dan bersifat pendidikan.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

546. MAIN

DUNIA ANAK ADALAH BERMAIN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang dunia anak adalah dunia permainan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad agak mempercepat dua rakaat terakhir dari salat Zuhurnya, dan para sahabat terheran-heran melihat kejadian ini, kemudian setelah selesai salat, salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, apakah yang terjadi dengan salat kita?’” "Memangnya ada apa?" tanya Nabi.
     Sahabat melanjutkan,”Dua rakaat yang terakhir, terasa agak singkat." "Apakah kalian tidak mendengarkan tangisan anak-anak?" jawab Nabi.
      Dalam kisah yang lain, Nabi memperpanjang sujudnya, kemudian salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, kali ini sujud kita terasa panjang, tidak seperti biasanya, apakah Nabi menerima wahyu?” “Saya sujud agak lama tadi, bukan karena menerima wahyu, tetapi cucuku sedang menunggangi pundakku, sehingga aku enggan bangun dari sujud sebelum dia merasa puas”.
     Anak keturunan bukanlah kelanjutan sifat, profesi atau kepribadian ibu dan bapaknya, sehingga ketika orang tuanya mencintai anak-anaknya adalah untuk menumbuhkembangkan bakat, minat, dan  kepribadiannya yang dapat berbeda dengan orang tuanya.
    Dunia anak adalah dunia bermain dan senang dengan permainan, maka ayah dan  ibunya atau siapa pun dapat mendidiknya sambil bermain, karena Nabi menekankan pentingnya orang tua bermain-main dengan anaknya.
      Nabi bersabda,”Siapa yang memiliki anak hendaklah dia bermain-main  bersamanya”. “Siapa yang menggembirakan hati anaknya, maka dia bagaikan memerdekakan hamba sahaya, dan siapa yang bergurau untuk menyenangkan hati anaknya, maka dia bagaikan menangis karena takut kepada Allah”.
      Para ulama menyarankan sebaiknya setiap orang tua dan kelompok masyarakat dalam suatu lingkungan tertentu, menyiapkan sarana dan prasarana dalam lingkungannya tempat yang layak untuk bermain anak-anak mereka yang aman, sehat, dan bersifat pendidikan.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

546. MAIN

DUNIA ANAK ADALAH BERMAIN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang dunia anak adalah dunia permainan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad agak mempercepat dua rakaat terakhir dari salat Zuhurnya, dan para sahabat terheran-heran melihat kejadian ini, kemudian setelah selesai salat, salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, apakah yang terjadi dengan salat kita?’” "Memangnya ada apa?" tanya Nabi.
     Sahabat melanjutkan,”Dua rakaat yang terakhir, terasa agak singkat." "Apakah kalian tidak mendengarkan tangisan anak-anak?" jawab Nabi.
      Dalam kisah yang lain, Nabi memperpanjang sujudnya, kemudian salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, kali ini sujud kita terasa panjang, tidak seperti biasanya, apakah Nabi menerima wahyu?” “Saya sujud agak lama tadi, bukan karena menerima wahyu, tetapi cucuku sedang menunggangi pundakku, sehingga aku enggan bangun dari sujud sebelum dia merasa puas”.
     Anak keturunan bukanlah kelanjutan sifat, profesi atau kepribadian ibu dan bapaknya, sehingga ketika orang tuanya mencintai anak-anaknya adalah untuk menumbuhkembangkan bakat, minat, dan  kepribadiannya yang dapat berbeda dengan orang tuanya.
    Dunia anak adalah dunia bermain dan senang dengan permainan, maka ayah dan  ibunya atau siapa pun dapat mendidiknya sambil bermain, karena Nabi menekankan pentingnya orang tua bermain-main dengan anaknya.
      Nabi bersabda,”Siapa yang memiliki anak hendaklah dia bermain-main  bersamanya”. “Siapa yang menggembirakan hati anaknya, maka dia bagaikan memerdekakan hamba sahaya, dan siapa yang bergurau untuk menyenangkan hati anaknya, maka dia bagaikan menangis karena takut kepada Allah”.
      Para ulama menyarankan sebaiknya setiap orang tua dan kelompok masyarakat dalam suatu lingkungan tertentu, menyiapkan sarana dan prasarana dalam lingkungannya tempat yang layak untuk bermain anak-anak mereka yang aman, sehat, dan bersifat pendidikan.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

546. MAIN

DUNIA ANAK ADALAH BERMAIN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang dunia anak adalah dunia permainan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad agak mempercepat dua rakaat terakhir dari salat Zuhurnya, dan para sahabat terheran-heran melihat kejadian ini, kemudian setelah selesai salat, salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, apakah yang terjadi dengan salat kita?’” "Memangnya ada apa?" tanya Nabi.
     Sahabat melanjutkan,”Dua rakaat yang terakhir, terasa agak singkat." "Apakah kalian tidak mendengarkan tangisan anak-anak?" jawab Nabi.
      Dalam kisah yang lain, Nabi memperpanjang sujudnya, kemudian salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, kali ini sujud kita terasa panjang, tidak seperti biasanya, apakah Nabi menerima wahyu?” “Saya sujud agak lama tadi, bukan karena menerima wahyu, tetapi cucuku sedang menunggangi pundakku, sehingga aku enggan bangun dari sujud sebelum dia merasa puas”.
     Anak keturunan bukanlah kelanjutan sifat, profesi atau kepribadian ibu dan bapaknya, sehingga ketika orang tuanya mencintai anak-anaknya adalah untuk menumbuhkembangkan bakat, minat, dan  kepribadiannya yang dapat berbeda dengan orang tuanya.
    Dunia anak adalah dunia bermain dan senang dengan permainan, maka ayah dan  ibunya atau siapa pun dapat mendidiknya sambil bermain, karena Nabi menekankan pentingnya orang tua bermain-main dengan anaknya.
      Nabi bersabda,”Siapa yang memiliki anak hendaklah dia bermain-main  bersamanya”. “Siapa yang menggembirakan hati anaknya, maka dia bagaikan memerdekakan hamba sahaya, dan siapa yang bergurau untuk menyenangkan hati anaknya, maka dia bagaikan menangis karena takut kepada Allah”.
      Para ulama menyarankan sebaiknya setiap orang tua dan kelompok masyarakat dalam suatu lingkungan tertentu, menyiapkan sarana dan prasarana dalam lingkungannya tempat yang layak untuk bermain anak-anak mereka yang aman, sehat, dan bersifat pendidikan.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

546. MAIN

DUNIA ANAK ADALAH BERMAIN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang dunia anak adalah dunia permainan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad agak mempercepat dua rakaat terakhir dari salat Zuhurnya, dan para sahabat terheran-heran melihat kejadian ini, kemudian setelah selesai salat, salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, apakah yang terjadi dengan salat kita?’” "Memangnya ada apa?" tanya Nabi.
     Sahabat melanjutkan,”Dua rakaat yang terakhir, terasa agak singkat." "Apakah kalian tidak mendengarkan tangisan anak-anak?" jawab Nabi.
      Dalam kisah yang lain, Nabi memperpanjang sujudnya, kemudian salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, kali ini sujud kita terasa panjang, tidak seperti biasanya, apakah Nabi menerima wahyu?” “Saya sujud agak lama tadi, bukan karena menerima wahyu, tetapi cucuku sedang menunggangi pundakku, sehingga aku enggan bangun dari sujud sebelum dia merasa puas”.
     Anak keturunan bukanlah kelanjutan sifat, profesi atau kepribadian ibu dan bapaknya, sehingga ketika orang tuanya mencintai anak-anaknya adalah untuk menumbuhkembangkan bakat, minat, dan  kepribadiannya yang dapat berbeda dengan orang tuanya.
    Dunia anak adalah dunia bermain dan senang dengan permainan, maka ayah dan  ibunya atau siapa pun dapat mendidiknya sambil bermain, karena Nabi menekankan pentingnya orang tua bermain-main dengan anaknya.
      Nabi bersabda,”Siapa yang memiliki anak hendaklah dia bermain-main  bersamanya”. “Siapa yang menggembirakan hati anaknya, maka dia bagaikan memerdekakan hamba sahaya, dan siapa yang bergurau untuk menyenangkan hati anaknya, maka dia bagaikan menangis karena takut kepada Allah”.
      Para ulama menyarankan sebaiknya setiap orang tua dan kelompok masyarakat dalam suatu lingkungan tertentu, menyiapkan sarana dan prasarana dalam lingkungannya tempat yang layak untuk bermain anak-anak mereka yang aman, sehat, dan bersifat pendidikan.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

546. MAIN

DUNIA ANAK ADALAH BERMAIN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang dunia anak adalah dunia permainan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad agak mempercepat dua rakaat terakhir dari salat Zuhurnya, dan para sahabat terheran-heran melihat kejadian ini, kemudian setelah selesai salat, salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, apakah yang terjadi dengan salat kita?’” "Memangnya ada apa?" tanya Nabi.
     Sahabat melanjutkan,”Dua rakaat yang terakhir, terasa agak singkat." "Apakah kalian tidak mendengarkan tangisan anak-anak?" jawab Nabi.
      Dalam kisah yang lain, Nabi memperpanjang sujudnya, kemudian salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, kali ini sujud kita terasa panjang, tidak seperti biasanya, apakah Nabi menerima wahyu?” “Saya sujud agak lama tadi, bukan karena menerima wahyu, tetapi cucuku sedang menunggangi pundakku, sehingga aku enggan bangun dari sujud sebelum dia merasa puas”.
     Anak keturunan bukanlah kelanjutan sifat, profesi atau kepribadian ibu dan bapaknya, sehingga ketika orang tuanya mencintai anak-anaknya adalah untuk menumbuhkembangkan bakat, minat, dan  kepribadiannya yang dapat berbeda dengan orang tuanya.
    Dunia anak adalah dunia bermain dan senang dengan permainan, maka ayah dan  ibunya atau siapa pun dapat mendidiknya sambil bermain, karena Nabi menekankan pentingnya orang tua bermain-main dengan anaknya.
      Nabi bersabda,”Siapa yang memiliki anak hendaklah dia bermain-main  bersamanya”. “Siapa yang menggembirakan hati anaknya, maka dia bagaikan memerdekakan hamba sahaya, dan siapa yang bergurau untuk menyenangkan hati anaknya, maka dia bagaikan menangis karena takut kepada Allah”.
      Para ulama menyarankan sebaiknya setiap orang tua dan kelompok masyarakat dalam suatu lingkungan tertentu, menyiapkan sarana dan prasarana dalam lingkungannya tempat yang layak untuk bermain anak-anak mereka yang aman, sehat, dan bersifat pendidikan.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

546. MAIN

DUNIA ANAK ADALAH BERMAIN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang dunia anak adalah dunia permainan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad agak mempercepat dua rakaat terakhir dari salat Zuhurnya, dan para sahabat terheran-heran melihat kejadian ini, kemudian setelah selesai salat, salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, apakah yang terjadi dengan salat kita?’” "Memangnya ada apa?" tanya Nabi.
     Sahabat melanjutkan,”Dua rakaat yang terakhir, terasa agak singkat." "Apakah kalian tidak mendengarkan tangisan anak-anak?" jawab Nabi.
      Dalam kisah yang lain, Nabi memperpanjang sujudnya, kemudian salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, kali ini sujud kita terasa panjang, tidak seperti biasanya, apakah Nabi menerima wahyu?” “Saya sujud agak lama tadi, bukan karena menerima wahyu, tetapi cucuku sedang menunggangi pundakku, sehingga aku enggan bangun dari sujud sebelum dia merasa puas”.
     Anak keturunan bukanlah kelanjutan sifat, profesi atau kepribadian ibu dan bapaknya, sehingga ketika orang tuanya mencintai anak-anaknya adalah untuk menumbuhkembangkan bakat, minat, dan  kepribadiannya yang dapat berbeda dengan orang tuanya.
    Dunia anak adalah dunia bermain dan senang dengan permainan, maka ayah dan  ibunya atau siapa pun dapat mendidiknya sambil bermain, karena Nabi menekankan pentingnya orang tua bermain-main dengan anaknya.
      Nabi bersabda,”Siapa yang memiliki anak hendaklah dia bermain-main  bersamanya”. “Siapa yang menggembirakan hati anaknya, maka dia bagaikan memerdekakan hamba sahaya, dan siapa yang bergurau untuk menyenangkan hati anaknya, maka dia bagaikan menangis karena takut kepada Allah”.
      Para ulama menyarankan sebaiknya setiap orang tua dan kelompok masyarakat dalam suatu lingkungan tertentu, menyiapkan sarana dan prasarana dalam lingkungannya tempat yang layak untuk bermain anak-anak mereka yang aman, sehat, dan bersifat pendidikan.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

546. MAIN

DUNIA ANAK ADALAH BERMAIN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang dunia anak adalah dunia permainan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad agak mempercepat dua rakaat terakhir dari salat Zuhurnya, dan para sahabat terheran-heran melihat kejadian ini, kemudian setelah selesai salat, salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, apakah yang terjadi dengan salat kita?’” "Memangnya ada apa?" tanya Nabi.
     Sahabat melanjutkan,”Dua rakaat yang terakhir, terasa agak singkat." "Apakah kalian tidak mendengarkan tangisan anak-anak?" jawab Nabi.
      Dalam kisah yang lain, Nabi memperpanjang sujudnya, kemudian salah seorang bertanya,”Wahai Nabi, kali ini sujud kita terasa panjang, tidak seperti biasanya, apakah Nabi menerima wahyu?” “Saya sujud agak lama tadi, bukan karena menerima wahyu, tetapi cucuku sedang menunggangi pundakku, sehingga aku enggan bangun dari sujud sebelum dia merasa puas”.
     Anak keturunan bukanlah kelanjutan sifat, profesi atau kepribadian ibu dan bapaknya, sehingga ketika orang tuanya mencintai anak-anaknya adalah untuk menumbuhkembangkan bakat, minat, dan  kepribadiannya yang dapat berbeda dengan orang tuanya.
    Dunia anak adalah dunia bermain dan senang dengan permainan, maka ayah dan  ibunya atau siapa pun dapat mendidiknya sambil bermain, karena Nabi menekankan pentingnya orang tua bermain-main dengan anaknya.
      Nabi bersabda,”Siapa yang memiliki anak hendaklah dia bermain-main  bersamanya”. “Siapa yang menggembirakan hati anaknya, maka dia bagaikan memerdekakan hamba sahaya, dan siapa yang bergurau untuk menyenangkan hati anaknya, maka dia bagaikan menangis karena takut kepada Allah”.
      Para ulama menyarankan sebaiknya setiap orang tua dan kelompok masyarakat dalam suatu lingkungan tertentu, menyiapkan sarana dan prasarana dalam lingkungannya tempat yang layak untuk bermain anak-anak mereka yang aman, sehat, dan bersifat pendidikan.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online