PANGERAN
DIPONEGORO
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. MusliModerat.net
- Santri pondok pesantren itu ampuh.
2. Di
tanah Jawa ini, yang paling ditakuti (penjajah) Belanda adalah santri dan
tarekat (thariqah).
3. Ada
seorang santri yang juga penganut thariqah, namanya Abdul Hamid.
4. Ia
lahir di Dusun Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta. Mondok pertama kali
di Tegalsari, Jetis, Ponorogo kepada KH. Hasan Besari.
5. Abdul
Hamid ngaji kitab kuning kepada Kyai Taftazani Kertosuro.
6. Ngaji
Tafsir Jalalain kepada KH. Baidlowi Bagelen yang dikebumikan di Glodegan,
Bantul, Jogjakarta.
7. Terakhir
Abdul Hamid ngaji ilmu hikmah kepada KH. Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman,
Magelang.
8. Di
daerah eks-Karesidenan Kedu (Temanggung, Magelang, Wonosobo, Purworejo,
Kebumen), nama KH.
9. Nur
Muhammad yang masyhur ada dua, yang satu KH. Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman,
Magelang.
10. Dan
satunya lagi KH. Nur Muhammad Alang-alang Ombo, Pituruh, yang banyak menurunkan
kyai di Purworejo.
11. Abdul
Hamid sangat berani dalam berperang melawan penjajah Belanda selama 5 tahun,
1825-1830 M.
12. Abdul
Hamid wafat dan dikebumikan di Makassar, dekat Pantai Losari.
13. Abdul
Hamid adalah putra Sultan Hamengkubuwono ke-III dari istri Pacitan, Jawa Timur.
14. Abdul
Hamid patungnya memakai jubah dipasang di Alun-alun kota Magelang.
15. Menjadi
nama Kodam dan Universitas di Jawa Tengah.
16. Terkenal
dengan nama Pangeran Diponegoro.
17. Belanda
resah menghadapi perang Diponegoro.
18. Dalam
kurun 5 tahun itu, uang kas Hindia Belanda habis, bahkan punya banyak hutang
luar negeri.
19. Nama
aslinya Abdul Hamid. Nama populernya Diponegoro.
20. Adapun
nama lengkapnya adalah Kyai Haji (KH) Bendoro Raden Mas Abdul Hamid Ontowiryo
Mustahar Herucokro Senopati Ing Alogo Sayyidin Pranotogomo Amirul Mu’minin
Khalifatullah Tanah Jawi Pangeran Diponegoro Pahlawan Goa Selarong.
21. Jika
Anda ke Magelang dan melihat kamar Diponegoro di eks-Karesidenan Kedu, istilah
sekarang di Bakorwil, ada 3 peningalan Diponegoro, yaitu:
1) Al-Quran.
2) Tasbih
.
3) Taqrib
(kitab Fath al-Qarib).
22. Kenapa
al-Quran?
23. Diponegoro
adalah seorang Muslim.
24. Kenapa
tasbih?
25. Diponegoro
seorang ahli dzikir, dan bahkan penganut thariqah.
26. Habib
Luthfi bin Ali bin Yahya Pekalongan mengatakan bahwa Diponegoro seorang mursyid
Thariqah Qadiriyyah.
27. Selanjutnya
yang ketiga, Taqrib matan Abu Syuja’, yaitu kitab kuning yang dipakai di
pesantren bermadzhab Syafi'i.
28. Jadi
Pangeran Diponegoro bermazhab Syafi’i.
29. Karena
bermazhab Syafi’i, Diponegoro salat Tarawih 20 rakaat, salat Shubuh memakai doa
Qunut, Jum’atan azan dua kali, termasuk salat Ied-nya di Masjid, bukan di
Tegalan (lapangan).
30. Saya
sangat menghormati dan menghargai orang yang berbeda mazhab dan pendapat.
31. Tetapi,
tolong, sejarah sampaikan apa adanya.
32. Jangan
ditutup-tutupi bahwa Pangeran Diponegoro bermazhab Syafi’i.
33. Maka 3
tinggalan Pangeran Diponegoro ini tercermin dalam pondok-pondok pesantren.
34. Dulu
ada tokoh pendidikan nasional bernama Douwes Dekker.
35. Siapa
itu Douwes Dekker? Danudirja Setiabudi.
36. Mereka
yang belajar sejarah, semuanya kenal.
37. (Leluhur)
Douwes Dekker itu seorang Belanda yang dikirim ke Indonesia untuk merusak
bangsa kita.
38. Namun
ketika Douwes Dekker berhubungan dengan para kyai dan santri, mindset-nya
berubah, yang semula ingin merusak kita justeru bergabung dengan pergerakan
bangsa kita.
39. Bahkan
kadang-kadang Douwes Dekker, semangat kebangsaannya melebihi bangsa kita sendiri.
40. Douwes
Dekker pernah berkata dalam bukunya:
41. “Kalau
tidak ada kyai dan pondok pesantren, maka patriotisme bangsa Indonesia sudah
hancur berantakan.”
42. Siapa
yang berbicara?
43. Douwes
Dekker, orang yang belum pernah nyantri di pondok pesantren.
44. Seumpa
yang bicara saya, pasti ada yang berkomentar: "Hanya agar pondok pesantren
laku."
45. Tapi
kalau yang berbicara orang “luar”, ini temuan apa adanya, tidak dibuat-buat.
46. Maka,
kembali ke pesantren.
47. Ki
Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) itu adalah santri.
48. Tidak
hanya Diponegoro anak bangsa yang dididik para ulama menjadi tokoh bangsa.
49. Diantaranya,
di Jogjakarta ada seorang kyai bernama Romo Kyai Sulaiman Zainudin di Kalasan
Prambanan.
50. Punya
santri banyak, salah satunya bernama Suwardi Suryaningrat.
51. Suwardi
Suryaningrat ini kemudian oleh pemerintah diangkat menjadi Bapak Pendidikan
Nasional yang terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantara.
52. Jadi,
Ki Hajar Dewantara itu santri, ngaji, murid seorang kyai.
53. Sayangnya,
sejarah Ki Hajar mengaji al-Quran tidak pernah diterangkan di sekolah-sekolah,
yang diterangkan hanya Ing Ngarso Sun Tulodo,
54. Ing
Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Itu sudah baik, namun belum komplit.
Belum utuh.
55. Maka
nantinya, untuk rekan-rekan guru, mohon diterangkan bahwa Ki Hajar Dewantara
selain punya ajaran Tut Wuri Handayani, juga punya ajaran al-Quran al-Karim.
56. Sayid
Husein Mutahhar adalah cucu nabi yang patriotis.
57. Ketika
Indonesia merdeka, ada sayid warga Kauman Semarang yang mengajak bangsa kita
untuk bersyukur.
58. Sang
Sayid tersebut menyusun lagu Syukur.
59. Dalam
pelajaran Sekolah Dasar disebutkan Habib Husein al-Mutahar yang menciptakan
lagu Syukur.
60. Beliau
adalah Pakdenya Habib Umar Muthahar SH Semarang. J
61. adi,
yang menciptakan lagu Syukur yang kita semua hafal adalah seorang sayyid, cucu
baginda Nabi Saw.
62. Mari
kita nyanyikan bersama-sama:
1) Dari
yakinku teguh
2) Hati
ikhlasku penuh
3) Akan
karuniaMu
4) Tanah
air pusaka
5) Indonesia
merdeka
6) Syukur
aku sembahkan
7) Ke
hadiratMu tuhan.
63. Itu
yang menyusun cucu Nabi, Sayyid Husein Muthahar, warga Kauman Semarang.
64. Akhirnya oleh pemerintah waktu itu diangkat
menjadi Dirjen Pemuda dan Olahraga.
65. Terakhir
oleh pemerintah dipercaya menjadi Duta Besar di Vatikan, negara yang
berpenduduk Katholik.
66. Di
Vatikan, Habib Husein tidak larut dengan kondisi, malah justeru membangun
masjid.
67. Hebat.
68. Habib
Husein Muthahar menyusun lagu yang hampir se-Indonesia hafal semua.
69. Suatu
ketika Habib Husein Muthahar sedang duduk, lalu mendengar azan salat Dzuhur.
70. Sampai
pada kalimat hayya 'alasshalâh, terngiang suara azan.
71. Sampai
sehabis salat berjamaah, masih juga terngiang.
72. Akhirnya
hatinya terdorong untuk membuat lagu yang cengkoknya mirip azan, ada “S”nya,
“A”nya, “H”nya. Kemudian pena berjalan, tertulislah:
1) 17
Agustus tahun 45
2) Itulah
hari kemerdekaan kita
3) Hari
merdeka Nusa dan Bangsa
4) Hari
lahirnya Bangsa Indonesia
5) Merdeka
6) Sekali
merdeka tertap merdeka
7) Selama
hayat masih dikandung badan
8) Kita
tetap setia, tetap setia
9) Mempertahankan
Indonesia
10) Kita
tetap setia, tetap setia
11) Membela
Negara kita.
73. Maka
peran para kyai dan para sayid tidak sedikit dalam pembinaan patriotisme
bangsa.
74. Jadi,
Anda jangan ragu jika hendak mengirim anak-anaknya ke pondok pesantren.
75. Malahan,
Bung Karno, ketika mau membaca teks proklamasi di Pegangsaan Timur Jakarta,
minta didampingi putra kyai.
76. Tampil
putra seorang kyai, dari kampung Batuampar, Mayakumbung, Sumatera Barat.
77. Siapa
beliau?
78. H.
Mohammad Hatta putra seorang kyai.
79. Bung
Hatta adalah putra Ustad Kiai Haji Jamil, Guru Thariqah Naqsyabandiyyah Kholidiyah.
80. Sayang,
sejarah Bung Hatta adalah putra kyai dan putra penganut thariqah tidak pernah
dijelaskan di sekolah, yang diterangkan hanya Bapak Koperasi.
81. Mulai
sekarang, mari kita terangkan sejarah dengan utuh.
82. Jangan
sekali-kali memotong sejarah.
83. Jika
Anda memotong sejarah, suatu saat, sejarah Anda akan dipotong oleh Allah Swt.
84. Akhirnya,
Bung Hatta menjadi wakil presiden pertama.
85. Pesan
Penting Bagi Santri, Belajar dari Mbah Mahrus Aly.
86. Maka,
jangan berkecil hati mengirim putra-putri Anda di pondok-pesantren.
87. Santri-santri
An-Nawawi di tempat saya, saya nasehati begini:
88. “Kamu
mondok di sini nggak usah berpikir macam-macam, yang penting ngaji dan sekolah.
Tak usah berpikir besok jadi apa, yang akan menjadikan Gusti Allah."
89. Ketika
saya dulu nyantri di Lirboyo, tak berpikir mau jadi apa, yang penting ngaji,
nderes (baca al-Quran), menghafalkan nadzaman kitab dan shalat jamaah.
90. Ternyata
saya juga jadi manusia, malahan bisa melenggang ke gedung MPR di Senayan.
91. Tidak
usah dipikir, yang menjadikan Gusti Allah.
92. Tugas
kita ialah melaksanakan kewajiban dari Allah Swt.
93. Allah
mewajibkan kita untuk menuntut ilmu, kita menuntut ilmu.
94. Jika
kewajiban dari Allah sudah dilaksanakan, maka Allah yang akan menata.
95. Jika
Allah yang menata sudah pasti sip, begitu saja.
96. Jika
yang menata kita, belum tentu sip.
97. Perlu
putra-putri Anda dalam menuntut ilmu, berpisah dengan orang tua.
98. KH.
Mahrus Aly Lirboyo pernah dawuh:
99. “Nek
ngaji kok nempel wong tuo, ora temu-temuo.”
(Jika mengaji masih bersama dengan orangtua, tidak akan
cepat dewasa).
100. Maka
masukkan ke pesantren, biar cepat dewasa pikirannya.
101. Itu
yang ngendiko (berkata) Kyai Mahrus Ali.
(sumber: KH Achmad Chalwani Nawawi)
0 comments:
Post a Comment