MANTRI MADURA DAN CORONA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Duka
Keluarga Pak Wito (Madura )
2. Kali
ini saya menulis dengan penuh kesedihan mendalam atas kepergian satu keluarga
tim medis.
3. Saya
akan bercerita dengan sudut pandang sendiri sebagai pasien juga sebagai warga
Sampang.
4. Tahun
2013 awal saya pernah sakit dan disarankan berobat ke Pak Wito, mantri senior
yang membuka praktik di rumahnya kawasan Kedungdung, sekitar 15 km dari Sampang
kota.
5. Pertama
datang kaget sekali, karena yang antri luar biasa banyak.
6. Menurut
cerita, Pak Wito sudah lama mengobati orang, puluhan tahun.
7. Beliau
bukan asli orang Sampang.
8. Dahulu
beliau sering dipanggil dan mengobati sampai ke daerah pelosok, bahkan hingga
malam hari.
9. Maklum
di Sampang apalagi zaman dulu, dokter masih jarang dan rumah warga banyak ada
di pelosok.
10. Tapi tiap
pak Wito dijemput untuk mengobati pasien, beliau selalu siap.
11. Pak
Wito bertugas sebagai perawat di Puskesmas Kedungdung, jika sore hari buka
praktek di rumahnya.
12. Setiap
hari paisennya selalu penuh.
13. Yang
bikin saya heran, ada pasien datang dari Sampang kota, bahkan dari Pamekasan.
14. Saat
ditanya bukannya di kota sudah banyak dokter, mereka menjawab, "Kadung
cocok sama Pak Wito" sepertinya kalau tidak berobat ke Pak Wito tidak akan
sembuh.
15. Menurut
kabar yang beredar, pak Wito kuat ibadahnya.
16. Puasa,
sholat malam dan sunah lainnya.
17. Itu
yang membuat orang-orang lebih tenang berobat ke sini.
18. Tahun
2019, sekitar bulan Agustus, pak Wito pensiun dari puskesmas dan fulltime buka
praktik di rumah.
19. Saat
musim corona, orang-orang takut berobat ke rumah sakit karena takut dianggap
sakit Corona.
20. Maka
jadilah pasien pak Wito tidak berhenti sepanjang hari.
21. Tetangga
saya datang berobat jam 9 pagi, baru diperiksa 14.00, karena pasiennya penuh
sekali.
22. Tanggal
7 Juni 2020 dengan tiba tiba ada berita duka, bahwa beliau meninggal.
23. Prediksi
orang-orang, beliau kelelahan mengobati pasien.
24. Dua
hari sebelum meninggal beliau sudah tidak menerima pasien.
25. Tanggal
9 Juni 2020, menyusul kabar duka lainnya.
26. Istri
beliau, Bu Wito seorang bidan senior juga meninggal.
27. Orang
mengira karena depresi kehilangan suami tercinta.
28. Semenjak
kepergian ibu, anak anaknya yg juga tenaga medis mulai curiga dan melakukan tes.
29. Ternyata
satu keluarga semuanya positif Corona.
30. Orang
tua, anak, menantu hingga cucunya yang masih 13 bulan ikut positif.
31. Bisa
jadi pak Wito tertular dari pasien yang tidak jujur.
32. Karena
daerah Kedungdung adalah wilayah yang banyak orang datang dari luar daerah
seperti Jakarta, Surabaya dan lain sebagainya.
33. Sayangnya
sebagian pasien tidak jujur riwayat perjalanan mereka.
34. Tanggal
14 Juni 2020, anak kedua beliau, dr Deny Dwi Yurianto meninggal dunia.
35. Dokter
Deny adalah dokter di puskesmas Tambelangan dan istrinya Dokter di Puskesmas
Robatal.
36. Akhirnya
kedua puskesmas ini ditutup akibat kasus corona.
37. Apalagi
di Puskesmas Robatal 2 orang petugas ikut positif Corona setelah dilakukan
medical tes.
38. Meninggalnya
dokter Deny ini paling membuat saya terhenyak.
39. Karena
beliau adalah dokter keluarga kami.
40. Saya,
suami, Auni dan Gaza semuanya cocok jika berobat ke beliau.
41. Orangnya
ramah, selalu optimis dan menjelaskan asal muasal penyakit agar kita bisa
menghindarinya.
42. Tanggal
19 Juni 2020, anak pertama pak Wito, dr Anang Eka Kurniawan juga meninggal
dunia.
43. Beliau
dinas di Puskesmas Socah, Bangkalan.
44. Saat
ini, istri dan anak dr Deny masih di rawat di Surabaya, karena Corona.
45. Padahal
beliau sedang mengandung anak ke-2.
46. Tulisan
ini dibuat untuk mengenang pengabdian pak Wito sekeluarga.
47. Bagi
orang orang yang masih menanggap Corona adalah konspirasi, bagaimana anda
melihat ini semua?
48. Apa
meninggalnya beliau sekeluarga adalah sebuah lelucon belaka?
49. Bagi
pasien yang hobi berbohong, tidak jujur riwayat perjalanan, mementingkan diri sendiri,
saya sudah tidak tau lagi mau bicara apa.
50. Sampang
kehilangan mutiara, 4 orang sekaligus.
51. Mari
kita doakan beliau sekeluarga.
52. Lahumul
Fatihah.
53. Sampang,
23 Juni 2020
(Sumber: internet)
0 comments:
Post a Comment