SELAMAT NATAL DALAM AL-QURAN
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.
Al-Quran surah
Maryam (surah ke-19) ayat 16-34.
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ
إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا
ذَٰلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ ۚ
قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ
Dan ceritakan (kisah) Maryam dalam Al-Quran,
yaitu ketika dia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah
timur, maka dia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka, lalu
Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka dia menjelma di hadapannya (dalam
bentuk) manusia yang sempurna.
Maryam berkata, “Sesungguhnya aku berlindung
darimu kepada Tuhan yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”.
(Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanya
seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”.
Maryam berkata, “Bagaimana ada bagiku seorang
anak laki-laki, sedangkan tidak pernah ada seorang manusia pun menyentuhku dan
aku bukan seorang pezina”.
Jibril berkata, “Demikianlah”.
Tuhanmu
berfirman, “Hal itu adalah mudah bagi-Ku, dan agar dapat Kami menjadikannya
suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu
perkara yang sudah diputuskan”.
Maka Maryam mengandungnya, lalu dia menyisihkan
diri dengan kandungannya ke tempat yang jauh.
Maka
rasa sakit akan melahirkan anak memaksa dia (bersandar) pada pangkal pohon
kurma, dan berkata, “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku
menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah,
“Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak
sungai di bawahmu, dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya
pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum,
dan bersenang hatilah kamu. Apabila kamu melihat seorang manusia.
Maka katakan, “Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan
seorang manusia pun pada hari ini”.
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan
menggendongnya.
Kaumnya berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya kamu
telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu bukan
seorang yang jahat dan ibumu bukan seorang pezina”.
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya.
Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara
dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?”
Berkata
Isa, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah.
Dan Allah memberiku Al-Kitab (Injil) dan
menjadikanku seorang Nabi.
Dan Allah menjadikanku seorang yang diberkati
di mana saja aku berada.
Dan Allah memerintahkan kepadaku (mendirikan)
salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan
Allah tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka.
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku,
pada hari aku dilahirkan, aku meninggal dan aku dibangkitkan hidup kembali”.
Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan
perkataan yang benar, yang mereka berbantahan tentang kebenarannya”.
Demikian, cuplikan kisah kelahiran atau natal Nabi
Isa dalam Al-Quran surah Maryam (surah ke-19) ayat 16-34.
Yang menjelaskan bahwa Al-Quran mengabadikan
dan merestui ucapan selamat natal pertama untuk Nabi Isa.
Al-Quran memberi contoh ucapan salam kepada
Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, keluarga Ilyas, dan para nabi lainnya.
Setiap umat Islam harus yakin dan percaya
kepada Nabi Isa.
Dan harus yakin dan percaya kepada Nabi
Muhammad.
Karena keduanya adalah hamba dan utusan Allah.
Kita mohon curahan selawat dan salam untuk mereka
berdua.
Seperti kita mohon untuk seluruh para nabi dan
rasul.
Nabi Muhammad merayakan hari keselamatan Nabi
Musa dari gangguan Raja Fir’aun dengan puasa Asyura.
Nabi bersabda, “Umat Islam lebih wajar
merayakannya dibanding orang Yahudi pengikut Nabi Musa”.
Nabi bersabda,
“Para Nabi adalah bersaudara hanya ibunya yang
berbeda.
Dan seluruh umat manusia adalah
bersaudara”.
Nabi Isa menunjuk dirinya sebagai seorang “anak
manusia”.
Nabi Muhammad bersabda,
“Aku
seorang manusia biasa, seperti kalian, yang mendapat wahyu dari Allah”.
Ketika ada orang mengira anaknya meninggal.
Nabi Isa menyembuhkannya dan berkata, “Dia
tidak mati, tetapi tidur”.
Ketika terjadi gerhana matahari pada hari
wafatnya putra Nabi Muhammad.
Orang-orang berkata, “Matahari mengalami
gerhana karena kematian putra Nabi Muhammad”.
Nabi bersabda,
“Matahari tidak mengalami gerhana karena
kematian atau kelahiran seorang.”
Al-Quran surah Ali Imran, surah ke-3 ayat 64.
Katakan: “Hai ahli Kitab, marilah (berpegang)
kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami
denganmu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan
Allah dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian
yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Apabila mereka berpaling, maka katakan
kepada mereka, “Saksikan, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)”.
Sebagian ulama MEMBOLEHKAN mengucapkan selamat
natal dan menghadiri perayaan natal.
Asalkan bukan acara ritual agama Kristen.
Dengan tujuan agar kerukunan umat beragama di
Indonesia tetap terjaga.
Sebagian ulama MELARANG mengucapkan selamat
natal dan berdosa,
Jika
kesucian akidah dikorbankan dan ternodai atas nama kerukunan umat beragama.
Teks keagamaan berkaitan akidah sangat jelas.
Hal itu untuk menghindari kerancuan dan salah
paham.
Al-Quran tidak memakai satu kata yang bisa
menimbulkan salah paham.
Sehingga terjamin kata atau kalimat itu,
tidak disalahpahami.
Misalnya, kata “Allah”, tidak dipakai Al-Quran.
Ketika pengertian semantiknya yang dipahami
masyarakat jahiliah belum sesuai dengan Islam.
Semantik adalah ilmu tentang makna kata dan
kalimat atau pengetahuan tentang seluk-beluk pergeseran arti kata.
Kata yang digunakan sebagai ganti “Allah” pada
zaman jahiliah adalah “Rabbuka”.
Artinya “Tuhanmu, Hai Muhammad”.
Demikian terlihat pada wahyu pertama hingga surah
Al-Ikhlas.
Nabi Muhammad sering menguji pemahaman umat
tentang Tuhan.
Tetapi Nabi tidak pernah bertanya,
“Di manakah Tuhan berada?”.
Redaksi “Di manakah Allah berada?”
Bisa menimbulkan kesan keberadaan Allah pada
satu tempat tertentu.
Suatu hal yang mustahil bagi Allah.
Dengan alasan serupa, para ulama enggan memakai
kata “ada” bagi Allah.
Para ulama memakai “wujud Allah”.
Hari Natal, berkaitan dengan Nabi Isa Al-Masih,
manusia agung dan suci.
Tetapi hari natal yang dirayakan umat Kristen keyakinannya
terhadap Nabi Isa berbeda dengan Islam.
Orang Islam yang mengucapkan, “Selamat Natal”.
Atau menghadiri perayaan Hari Natal bisa
menimbulkan salah paham dan bisa merusak akidah Islam.
Karena bisa salah paham bahwa orang Islam mengakui ketuhanan Nabi Isa
Al-Masih.
Suatu keyakinan yang bertentangan dengan akidah
Islam.
Kemudian muncul larangan dan fatwa ulama hukumnya
haram bagi umat Islam mengucapkan “Selamat Natal” atau menghadiri perayaan Hari
Natal.
Bahkan semua kegiatan yang berkaitan dengan Hari
Natal adalah haram.
Termasuk bisnis segala keperluan Hari Natal
adalah haram.
Larangan mengucapkan selamat natal dan
menghadiri perayaan natal muncul karena para ulama ingin menjaga akidah
umat Islam.
Agar tidak rusak dan bercampur dengan akidah
agama Kristen.
Sebagian ulama berpendapat jika akidahnya tidak
menjadi rusak dan tidak bercampur dengan keyakinan agama Kristen.
Maka orang itu boleh saja mengucapkan selamat
natal kepada temannya yang beragama Kristen.
Mengapa ada ulama membolehkan orang Islam
mengucapkan selamat natal kepada temannya yang beragama Kristen?
Jawabnya,
“Karena orang Islam itu mengucapkan selamat
natal untuk Nabi Isa sebagai utusan Allah yang mulia.
Bukan untuk Nabi Isa sebagai tuhan atau anak
tuhan”.
Setiap orang boleh bertindak atas keyakinannya
sendiri.
Masing-masing orang akan bertanggung jawab
di akhirat kelak.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan
Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver
3.2
0 comments:
Post a Comment