Saturday, May 14, 2022

13126. BERSYUKUR ATAS NIKMAT MATA TELINGA DAN HATI

 



BERSYUKUR ATAS  NIKMAT MATA TELINGA DAN HATI

Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 Keluarga Mukiyo Gombal tinggal di Panjunan, Sukodono, Sidoarjo.

Punya seekor kucing yang cantik.

Kucing ini biasanya dipanggil “Si Meong”.

 

Si Meong punya bulu indah, lucu, dan menggemaskan.

 

 Hanya 4 kata yang dilatihkan kepada Si Meong, yaitu:

1.        Meong.

2.        Berdiri.

3.        Pergi.

4.         Tidur.

Tiap dipanggil namanya.

Si Meong datang dengan berlari.

 

Tiap disebutkan kata yang sudah diajarkan.

Si Meong mengikutinya sesuai  perintah.

 

Keluarga Mukiyo sangat mencintai Si Meong.

Seolah bagian keluarganya.

 

Si Meong sering diajak ikut bepergian.

Keluarga Mukiyo dan Si Meong seakan tidak terpisahkan.

 

Bayangkan, hanya menguasai empat kata saja.

Si Meong mendapat tempat istimewa dalam keluarga itu.

 

Bagaimana dengan manusia yang mengenal banyak kosakata?

 

Si Meong punya mata, telinga, dan hati.

Tapi Si Meong tetap hewan peliharaan.

 

Si Meong tetap seekor binatang biasa.

Yang punya daya emosional.

Dari rangsangan stimulus yang diberikan.

 

 Perintah kepada Si Meong hanya searah.

Dan tidak terjadi komunikasi timbal balik.

 

Hal itu yang membedakan manusia dengan binatang.

 

Manusia lebih utama dibanding binatang.

 

Tapi, manusia bisa turun derajatnya.

Menjadi lebih rendah daripada hewan.

 

 Manusia yang tidak pandai bersyukur.

Atas nikmat mata, telinga, dan hati yang diberikan oleh Allah.

Maka derajatnya “anjlok” menjadi lebih rendah daripada hewan ternak.

 

 Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 179. 

 

 

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

 

Si Meong memanfaatkan mata, telinga, dan hatinya.

Hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis belaka.

 

Kebutuhan biologis hanya merasakan enak atau tidak enak, puas atau tidak puas, senang atau tidak senang.

 

Jika kebutuhanya tidak terpenuhi, maka hewan akan merusak.

 

Manusia diberi mata, telinga, dan hati.

Untuk melihat, mendengar, dan memahami kebesaran Allah,

 

Lalu mensyukurinya dengan beribadah kepada Allah.

 

Manusia yang tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah.

 

Maka derajatnya sama dengan hewan.

Bahkan lebih rendah lagi. 

 

 Al-Quran surah Al-Haj (surah ke-22) ayat 46.

 

 

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

 

Al-Quran surah Al-Mukminun (surah ke-23) ayat 78.

 

Dan Allah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.

 

 

 Mata, telinga, dan hati manusia.

Perlu dilatih, dirawat, dan diasah.

 

Agar makin tajam dan sensitif.

Sehingga mudah bersyukur.

Atas semua nikmat dan karunia Allah.

 

Salah satu cara  memperkaya rasa syukur.

Yaitu mengunjungi orang sakit.

 

Nabi Bersabda,

”Agar kalian menjadi manusia yang gampang bersyukur.

Maka berkunjunglah ke saudaramu yang sakit.”

 

Dengan sering mengunjungi orang sakit.

 

Maka akan mudah bersyukur.

Atas semua nikmat kesehatan yang diperoleh selama ini.

 

 

Daftar Pustaka

1. Triono, Bambang. Inspiring Moslem entrepreneur. Penerbit Kayu Tangan. Malang 2009.

0 comments:

Post a Comment