JALAN KALI HINA DIUBAH
JADI TERHORMAT OLEH GUBERNUR ANIES
Oleh:Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Yayat Supriatna.
Apresiasi Kebijakan.
Revitalisasi Kota Tua.
Gubernur Anies.
Lewat Pantun
Pengamat tata kota.
Universitas Trisakti .
Yayat Supriatna.
Selama Gubernur Jakarta.
Dipimpin Anies Baswedan.
Banyak revitalisasi.
Terhadap kondisi kota.
“Di mana ada gula.
Di situ ada yang manis.
Kota Tua sedang ditata.
Karena jasanya Pak Anies.” Demikian bunyi pantun.
Pengamat tata kota.
Universitas Trisakti.
Yayat Supriatna.
Pantun Yayat bernada
memberi apresiasi.
Untuk Gubernur DKI
Jakarta.
Anies Baswedan.
Terkait kebijakan.
Revitalisasi kawasan
Kota Tua.
“Kita harus apresiasi kerja Pak Anies.
Selama masa kepemimpinannya.
Banyak melakukan revitalisasi.
Terhadap kondisi kota,” kata Yayat.
Di acara TV One:
‘Wajah Baru Kota Tua Jakarta’.
Senin (29/8/2022).
Yayat melihat
revitalisasi kawasan Kota Tua.
Dalam 2 dua aspek, yaitu:
1)
Planologis.
2)
Sosiologis.
1.
Secara planologis.
Gubernur Jakarta.
Anies Baswedan.
Melakukan
transformasi.
Stuktur pelayanan
publik.
“Kita lihat contohnya.
Di Kota Tua.
Kini jadi ruang pejalan kaki.
Selama ini.
Cara pandang kita.
Mobil nomor 1.
Dan pejalan kaki paling bawah.
Revitalisasi Kota Tua itu.
Membalikkan paradigma itu,” tandasnya.
Jika mau ke Kota Tua.
Maka ada ruang para
pejalan kaki.
Dan ada integrasi
transportasinya.
“Jadi revitalisasi
Kota Tua.
Yaitu memuliakan pejalan
kaki” imbuhnya.
2.
Secara sosiologis.
Yaitu membangun
kultur.
Di kota itu.
Ada struktur ruang
kota.
Ada pusat kegiatan.
Yang didukung
jaringan pelayanan.
Membangun kota
wisata.
1)
Harus ada jaringan transpostrasi.
2)
Harus ada airnya.
“Tak ada artinya.
Jika membangun kota wisata.
Tapi tak ada jaringan transportasinya.
Tak ada airnya.
Jadi struktur ruang kota.
Yaitu pengembangan pusat kegiatan.
Yang didukung jaringan pelayanan,” tandasnya.
Salah satu daya tarik Kota Tua.
Yaitu didukung akses publik.
Yang ramah dan mudah.
Karena esensi utama.
Dalam membangun kota.
Yaitu membangun manusianya.
“Jadi orang datang ke kota.
Harus dihormati.
Harus dilayani.
Segala fasilitasnya.
Dengan baik.
Jika orang tidak senang.
Maka tak mau datang,” tuturnya.
Tujuan perjalanan
ibarat pantun.
“Berwisata ke Kota
Tua.
Sampai di sana
terasa masih muda.
Hari ini kotanya
ditata.
Demi masa depan
Jakarta,” kata Yayat.
Bolehlah kotanya tua.
Tapi semangatnya tetap muda.
“Ada IT, ada teknologinya, dan betul kita hidupkan dengan festival.
Dalam hidup masyarakat.
Harus diatur.
Oleh pihak berwenang.
Soal batas kendaraan pribadi.
Agar orang pakai transportasi umum.
Sehingga kawasan Kota Tua.
Rendah emisi.
Atau low emission zone.
Menurut Yayat.
Kebijakan Gubernur Anies.
Sudah tepat.
“Saya apresiasi.
Jakarta memang perlu
diatur.
Tentang dekarbonisasi.
Untuk mengurangi
karbon.
Hal itu bisa diatur
dengan desain.
Contohnya di Kota
Tua,” imbuhnya.
Kota Tua ini menarik.
Sebab tidak seperti kawasan.
Thamrin dan Sudirman.
Yang padat aktivitas.
“Kota Tua tidak banyak aktivitas.
Kegiatan tidak banyak.
Artinya kita bisa menekan karbon,” ujarnya.
Dengan desain.
Artinya mengurangi kendaraan
pribadi.
Dan banyak fasilitas
angkutan publiknya.
Revitalisasi kawasan Kota Tua di Jakarta Barat. (Foto: KBA News)
Misalnya.
Silakan datang ke Kota Tua.
Udaranya segar.
Tak ada polusi.
Anda akan tambah sehat.
Tambah bahagia.
Dijamin tidak batuk.
Jadi yang kita bangun.
Yaitu positif thinking,” ujarnya.
“Jadi prinsipnya.
Bahwa saya datang ke Kota Tua.
Pakai traanspor umum.
Berbeda dengan Puncak.
Orang masuk pakai kendaraan,” sebutnya.
Kota Tua ini seperti
Puncak baru.
“Kawasan ini sudah
cocok.
Tidak banyak
aktivitas.
Seperti
Thamrin-Sudirman.
Atau daerah lain.
Kota Tua.
Bisa jadi ruang publik bagi heather (primadona)
Jakarta.
Kenapa?
Rutenya mudah.
Dari Cikarang.
Naik kereta masuk Stasiun Kota Tua.
Dari Rangkasbitung.
Naik kereta api langsung ke Kota Tua.
Dari Serang.
Dan sebagainya.
Kota tua.
Memfasilitasi
mobilitas.
Dari wilayah
Jabodetabek.
Dan sekitarnya.
Ke Kota Tua.
Hal ini destinasi menarik.
Karena wisata di
Kota Tua gratis.
Dan orang mudah
datang.
Yayat berharap.
Pemprov DKI.
Memperbanyak destinasi wisata baru.
Yang lebih humanis.
Lebih ramah lingkungan.
Dan buat satu kawasan.
Dengan target low emission karbon.
Agar orang berpikir.
Ingin kegiatan di sana.
Bisa sehat, bahagia.
Dan tambah pengetahuan baru.” pungkasnya.
(sumber kba)
.png)
.png)
0 comments:
Post a Comment