Wednesday, May 3, 2023

17765. NABI MUSA INGIN BUKTI ALLAH MAHA ADIL

 



NABI MUSA INGIN LIHAT BUKTI  ALLAH MAHA ADIL

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 



Al-Quran surah At-Tin (surah ke-95) ayat 1-6.


وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ

 

Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.

 

وَطُورِ سِينِينَ

 

Dan demi bukit Sinai.

وَهَٰذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ

Dan demi kota (Mekah) ini yang aman.

 

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

 

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.

 

ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ

 

Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat serendah-rendahnya (neraka).

 

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

 

Kecuali orang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala tidak terputus.

 

Nabi musa di bukit Sinai.

Atau “Thursina”.

Selama 40 hari.

 

Terima wahyu dari Allah.

Lewat Malaikat Jibril.

Berupa Kitab Taurat.

 

Pada hari ke-30.

Nabi Musa berdoa,

 

”Ya Allah.

Ampuni dosa hamba.

Karena hamba lancang.

 

Hamba ingin bukti langsung.

Bahwa Engkau Maha Adil.”

 

      Malaikat Jibril turun,

”Wahai Musa.

Allah mendengar doamu.

 

Apakah kamu Tak yakin.

Bahwa Allah Maha Adil?”

 

Musa Menjawab,

”Ya Allah.

Ampuni hamba.

 

Hamba sudah yakin.

Bahwa Allah Maha Adil.

 

Tapi hamba tambah mantap.

Jika lihat sendiri.”

 

Malaikat Jibril turun lagi,

 

“Wahai Musa.

Allah beri salam padamu.

 

Jika ingin bukti keadilan Allah.

Pergilah dekat sumber air.”

 

Nabi Musa mendekat sumber air.

Dan sembunyi.

 

Dia ingin lihat peristiwa.

Yang akan terjadi.

 

      Tidak berapa lama.

 Muncul ksatria penunggang kuda.

 

Bawa pedang dalam sarungnya.

Diselipkan di punggungnya.

 

Sekantung uang.

Menggantung di pinggang kiri.

 

Penunggang kuda .

Turun ke sumber air.

 

Dia cuci muka.

Menikmati air sepuasnya.

 

 Beberapa saat kemudian.

Dia meninggalkan sumber air.

 

Tapi sekantung uang tertinggal.

Tergeletak dekat sumber air.

 

     Penunggang kuda sudah berlalu.

Muncul anak kecil.

Umur sekitar 9 tahun.

 

Dia menuju sumber air.

Mengisi kantung airnya.

 

Anak kecil temukan sekantung uang.

Dia pun pergi.

 

Anak kecil menjauh.

Datang orang tua buta.

 

Dia dengar gemericik air.

Lalu mendatanginya.

 

Orang tua buta mencuci muka.

Usai wudu.

Dia salat.

 

      Beberapa saat kemudian.

Ksatria berkuda kembali lagi.

 

Dia cepat turun ke  sumber air.

Mencari uangnya yang hilang.

 

Tapi tak ditemukan.

 

Dia berteriak,

“Hai orang tua.

 

Apa kamu ambil uangku sekantung.

Yang tertinggal di sini?”

 

Orang tua menjawab,

 

”Maaf Nak.

Mata saya buta.

 

Saya  tak tahu.

Ada uang yang tertinggal.”

 

Penunggang kuda dan orang tua buta bertengkar.

 

Orang tua buta mati terbunuh.

Penunggang kuda pergi.

 

Nabi Musa lihat semua.

Dari tempat sembunyi.

 

     Nabi Musa bergumam,

 

“Sungguh.

Peristiwa tak adil.

 

Anak kecil yang salah.

Karena dia ambil uangnya.

 

Jika anak kecil.

Tak ambil uang itu.

 

Maka orang tua buta.

Tak mati terbunuh

 


     
Malaikat Jibril turun,

 

 “Wahai Musa.

Kamu tak bisa lihat keadilan Allah.

 

Karena kamu hanya lihat.

Peristiwa  1 episode saja.

 

Kamu tak bisa melihat.

Semua rangkaian yang terjadi.”

 

      Malaikat Jibril melanjutkan,

 

“Orang tua si anak kecil itu.

Pernah ikut kerja.

 

Pada penunggang kuda.

Dia belum terima gajinya.

 

Karena si penunggang kuda.

Belum bayar gajinya.

Selama dia kerja.”

 

      Malaikat Jibril melanjutkan,

 

 “Uang yang belum dibayarkan.

Pada orang tua si anak kecil.

 

Besarnya persis sama.

Dengan jumlah uang.

Yang ditemukan anak itu.

 

Yaitu jumlah gaji .

Yang belum dibayar.

 

Tepat sama dengan jumlah uang.

Dalam kantung penunggang kuda.

 

Padahal si penunggang kuda.

Tak rencana bawa uang.

Dalam kantung sejumlah itu.”

 

Orang tua si anak sudah meninggal.

Karena dibunuh seseorang.

 

Dan pembunuhnya.

Yaitu orang tua buta itu,” lanjut malaikat Jibril.


    
Nabi Musa berkata,

 

 “Allah Maha Adil.

Ya Allah, ampuni hamba-Mu.

 

Yang lemah dan bodoh ini.

 

Yang cepat menilai sesuatu.

Hanya berdasar penglihatan.

Dan pengetahuan sekilas saja.”  

 

 


Daftar Pustaka
1.
Bahjat, Ahmad. Nabi Nabi Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2015.
2.
Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta, 2011

0 comments:

Post a Comment