CARA PESANTREN ZAYTUN
KELOLA UANG
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Dari Dahlan lskan.
BEGITU banyak alasan untuk memojokkan Al Zaytun.
Syekh Panji Gumilang
adalah keluarga partai Masyumi.
Aktivis HMI.
Dekat tokoh seperti :
1)
Nurcholish Madjid.
2)
Moh Natsir.
3)
Prawoto.
4)
Roem.
5)
Dan seterusnya.
Bekerja di Rabithah Alam Islami.
Dimotori Arab Saudi.
Yang Wahabi.
Masyumi.
Partai Islam sangat
antikomunis.
Hasil pemilu tahun 1955.
1)
PNI.
2)
Masyumi.
3)
NU.
4)
PKI .
Masyumi
anti-PKI.
Orang
NU dulu Masyumi juga.
Sebelum
Pisah jadi partai sendiri.
Pesantren
kami di Magetan.
Ubudiyahnya
sangat NU.
Pusat
tarekat Syatariyah.
Rasanya
pernah Masyumi.
Karena
kiai-kiai kami.
Dibunuh
PKI tahun 1948.
Mursyid
Syatariyah ikut sirna.
Kelak, tahun 2015-an.
Saya ajak
tokoh sentral PKI-Madiun.
Ke
pesantren kami.
Kami
ingin kebencian lama.
Cukup
jadi kenangan.
Mumpung
tokoh itu.
Soemarsono.
Masih
hidup.
Tinggal
di Australia.
Dia meninggal
2 tahun lalu.
Partai
Masyumi.
Juga
sangat anti Bung Karno.
Masyumi
anggap Bung Karno.
Kian
dekat ke PKI.
Masyumi
terlibat pemberontakan PRRI.
Di
Sumatera Barat.
Bersama
dengan PSI.
Partai Sosialis Indonesia.
Ketua
Partai PSI.
Soemitro
Djojohadikoesoemo.
Ayah
Prabowo Subiyanto.
Tokoh Masyumi ditangkap.
Seperti
Moh Natsir dan Moh Roem.
Masuk penjara
di Madiun.
Soemitro
Djojohadikoesoemo.
Juga
akan ditangkap.
Melarikan
diri ke Malaysia.
Masyumi
dan PSI.
Dibubarkan
oleh Bung Karno.
Ketika Bung Karno dijatuhkan Jenderal Soeharto.
Sebagian
besar Anda belum lahir.
Orang
Masyumi terbelah.
Sebagian
berkeras.
Mendirikan
kembali Masyumi.
Soeharto.
Yang
membubarkan PKI.
Tak
setuju.
Soeharto
tak mau.
Indonesia
pindah bandul.
Dari
kiri langsung ke kanan.
Indonesia harus di tengah.
Partai
NU tetap eksis.
Karena
dianggap partai Islam tengah.
Tapi arus hidupkan kembali Masyumi sangat besar.
Akhirnya
disetujui berdiri.
Asal
namanya bukan Masyumi.
Maka
berdirilah Parmusi.
Partai
Muslimin Indonesia.
Partai ini tidak boleh sepenuhnya.
Jadi
kandang baru tokoh-tokoh.
Seperti
Natsir dan Moh Roem.
Roh
partai ini.
Dihancurkan
dari luar dan dalam.
Sedangkan NU tetap jadi partai tersendiri.
Demikian
juga Syarikat Islam dan Perti.
NU jadi
partai Islam terbesar.
Pemilu
pertama 1971.
Setelah
16 tahun.
Tak ada
Pemilu.
Pemenangnya sendiri.
Anda
sudah tahu: Golkar.
Menang
mutlak.
Guyonnya
saat itu:
penghitungan
suara sudah selesai.
Sebelum
pencoblosan.
Menurut
ideolog Golkar.
Golkar harus
menang.
Dengan
segala cara.
Lewat
cara apa pun.
Agar
Indonesia meninggalkan.
Pertentangan
politik.
Agar
Indonesia.
Bisa
membangun ekonomi.
NU dianggap partai tengah.
Tak
jadi sasaran.
Operasi
”cara apa pun”.
Hanya
bagian kecil.
Yang
kena sasaran.
Intinya:
NU
boleh tetap hidup.
Tapi
tidak boleh kalahkan Golkar.
Di lain pihak.
Sebagian
tokoh Masyumi.
Tak mau
partai itu hidup lagi.
Untuk
apa.
Tujuan
Masyumi sudah tercapai:
PKI
sudah dibubarkan oleh Soeharto.
“Partai
itu, kalau tujuannya sudah tercapai.
Ya
sudah. Bubar saja,” ujar Panji Gumilang.
Kutip
ucapan ayahnya.
Ayah Panji Gumilang.
Masuk kelompok
tak setuju.
Masyumi dihidupkan lagi.
Orang
Masyumi justru harus dukung pemerintahan Soeharto.
Soeharto
berhasil membubarkan PKI.
Bukan
Masyumi.
Panji sangat dekat dengan Orde Baru.
Ikut misi
bawa Indonesia ke tengah.
Panji datang
dari kelompok anti-PKI.
Kemudian
digebuki kelompok sendiri.
Sebagian
kelompok.
Terpancing
masuk jaringan Komando Jihad/NII.
Semacam
”perang” di internal.
Sesama
kelompok anti PKI.
Panji
terus bergeser ke tengah.
Dia di
kanan.
Tapi
menjauhi bandul kanan.
Kadang
bandulnya terlalu jauh dari kanan.
Melukai
yang kanan.
Tokoh seperti Natsir.
Aktif gerak dakwah.
Ia
sangat berwibawa.
Di
organisasi internasional.
Seperti
Rabithah Alam Islami.
Panji
direkrut organisasi ini.
Menjadi
wakil di Sabah.
Selama
10 tahun.
Maka ia pantas dituduh Wahabi.
“Saya
ini wahabi.
Yang
sering ke makam,” guraunya.
Yang menuduh begitu.
Memang
punya amunisinya.
Bagi
Panji itu tidak masalah.
Ia
mengatakan hidup itu perlu bukti.
Mana
yang lebih NKRI:
dirinya
atau yang menuduh.
Panji pilih
jalan nonpolitik:
Pendidikan.
Energinya
dihabiskan di Al-Zaytun.
Begitu
besar hambatannya.
Ia menyimpan
api dalam sekam.
Tiap
tahun.
Jelang terima
siswa baru.
Meletus
ke permukaan.
Tapi ia
jalan terus.
Kini dikatakan.
Perputaran
uang di Al-Zaytun.
Sekitar
Rp 500 miliar setahun.
Ia tetap fokus.
Tak mau
masuk politik.
Zaytun berkembang
cepat.
Belakangan kalah cepat.
Dengan
pesantren NU.
Seperti:
1)
Amantul
Ummah di Pacet.
Mojokerto.
2)
Bina Insan Mulia.
Cirebon.
“Saya
diajari pengusaha Tionghoa Robert Tantular,” ujarnya.
Saya
kenal Robert.
Ia pemilik bank CIC yang agresif.
Bank
itu dilikuidasi dan masuk BPPN.
Salah satu kiat diajarkan Robert .
Pakailah
back-to-back.
Uang
jangan dipakai.
Masukkan
deposito di bank.
Pinjam
uang dari bank.
Untuk
segala macam proyek.
Jaminannya
deposito itu.
Sejak
itu.
Uang
Al-Zaytun.
Selalu
tersimpan utuh di bank.
Sebelum
CIC bermasalah.
Panji pindahkan
uang Al-Zaytun.
Ke bank
pemerintah.
Tiap dapat
penghasilan.
Uangnya
masuk ke bank.
Deposito.
Dijadikan
back-to-back.
Untuk
membangun apa saja.
Kian
tahun.
Deposito
kian besar.
Proyeknya
kian besar.
Sambil
tertawa ia berseloroh.
Kalau
saya ini Wahabi.
Wahabi halalkan
bank.
Berapa
jumlah uang deposito Al-Zaytun.
Di bank.
Sekarang
ini?
“Saya tidak tahu,” katanya.
Tertawa
kecil.
Tentu bercanda.
Tapi ada
asbabun nuzul-nya:
Panji
melarang utak-atik deposito itu.
Tidak
boleh digunakan.
Tidak
boleh dicairkan.
Bahkan, tak boleh dilihat angkanya.
Tapi harus
terus bertambah.
“Saya selalu katakan.
Akan izinkan buka angka deposito.
Setelah
25 tahun,” katanya.
Dan deposito umur 25 tahun.
Jatuh
pada tahun depan.
(Sumber Dahlan Iskan)
.png)
.png)
.png)
0 comments:
Post a Comment