Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label ARTI METODE TAFSIR BIL MA'TSUR. Show all posts
Showing posts with label ARTI METODE TAFSIR BIL MA'TSUR. Show all posts

Sunday, November 15, 2020

6632. ARTI METODE TAFSIR BIL MA'TSUR

 


ARTI METODE TAFSIR BIL MA’TSUR

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

 Al-Quran adalah sumber ajaran Islam yang menempati posisi sentral dalam perkembangan dan pengembangan ilmu keislaman

 

Al-Quran adalah inspirator, pemandu dan pemadu gerakan umat Islam sepanjang 14 abad.

 

Pemahaman terhadap ayat Al-Quran, melalui penafsiran ayat Al-Quran berperan sangat besar bagi kemajuan atau kemunduran umat Islam

 

Penafsiran Al-Quran dapat mencerminkan perkembangan serta corak pemikiran mereka.

Metode penafsiran “Bil Ma'tsur” (periwayatan) adalah metode penafsiran dengan cara mengutip atau mengambil rujukan pada Al-Quran, hadis Nabi, kutipan para sahabat, dan para tabiin.

 

 

Tafsir bil ma’tsur telah ada sejak zaman sahabat.

 

Pada zaman sekarang tafsir bil ma’tsur dilakukan dengan menukil penafsiran Nabi, atau para sahabat kepada tabiin dengan tata cara yang jelas periwayatannya.

 

Cara seperti ini biasanya dilakukan secara lisan.

 

 

Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 47.

 

 

أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَىٰ تَخَوُّفٍ فَإِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

 

 

Atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

 

 

Umar bi Khattab bertanya kepada para sahabat lain arti “takhawwuf” dalam Al-Quran surah An-Nahl (surah ke-16) ayat 47.

 

 

Seorang Arab dari kabilah Huzail menjelaskan kata “takhawwuf” artinya “pengurangan”, berdasar penggunaan bahasa dibuktikan dalam syair pra-Islam.

 

 

Umar bin Khattab merasa puas, lalu menganjurkan umat Islam untuk mempelajari syair itu dalam rangka memahami Al-Quran.

 

 

Setelah masa sahabat, maka para “tabiin” dan “atba' at-tabi'in” masih mengandalkan metode periwayatan dan kebahasaan seperti sebelumnya.

 

 

Para ulama  berpendapat Al-Farra' (wafat tahun 207 Hijriah) adalah orang pertama mendiktekan tafsirnya “Ma'ani Al-Qur'an”.

 

Dari tafsirnya kita dapat melihat faktor kebahasaan menjadi landasan yang sangat kokoh.

 

Keistimewaan metode ma’tsur

 

1.       Menekankan pentingnya bahasa dalam memahami Al-Quran.

 

2.       Memaparkan ketelitian redaksi ayat Al-Quran ketika menyampaikan pesannya.

 

3.       Mengikat mufasir dalam bingkai teks ayat Al-Quran, sehingga membatasinya subjektivitas yang berlebihan.

 

Kelemahan metode ma’tsur

 

1.               Mufasir bisa terjerumus dalam uraian kebahasaan dan kesusasteraan bertele-tele, sehingga mengaburkan pesan pokok Al-Quran.

 

2.               Sering konteks turunnya ayat dan uraian asbabun nuzul atau sisi kronologis turunnya ayat hukum yang dipahami dari uraian nasikh dan mansukh terabaikan, sehingga ayat Al-Quran itu bagaikan turun di tengah masyarakat tanpa budaya.

 

 

 Bahwa mereka mengandalkan bahasa, dan menguraikan ketelitiannya adalah wajar.

 

 

Karena penguasaan dan rasa bahasa mereka masih baik.

 

 

Juga ingin membuktikan kemukjizatan Al-Quran dari segi bahasanya.

 

 

 Tetapi menerapkan metode ma’tsur (riwayat) dan membuktikan kemukjizatan itu untuk masa sekarang, agaknya sulit.

 

Karena orang Arab sendiri kehilangan kemampuan dan rasa bahasanya.

 

 

Metode ma’tsur (riwayat) istimewa jika ditinjau dari sudut informasi kesejarahannya yang luas, dan objektivitas dalam menguraikan riwayat.

 

 

Sampai ada yang menyampaikan riwayat tanpa melakukan penyeleksian yang ketat.

 

 

Sebagian ulama menilai tafsir ma’tsur yang berdasar riwayat, seperti riwayat tentang perang dan kepahlawanan, semua tidak punya dasar kokoh.

 

 

Sebagian ulama ahli riwayat menekankan “Kami hanya menyampaikan dan silakan meneliti kebenarannya”.

 

Dan pegangan ini, secara umum melemahkan metode ma’tsur (riwayat) meskipun diakui sanad dari suatu riwayat sering dapat ditemukan, tetapi sebagian lainnya tanpa adanya sanad.

 

 

Riwayat yang punya sanad pun butuh penelitian yang cukup panjang untuk menetapkan kelemahan dan kesahihannya.

 

 

Kelemahan lainnya mufasir sering disibukkan pendapat si A dan si B, yang sering berbeda, sehingga pesan ayat Al-Quran terlupakan.

 

 

Sikap ketika mengandalkan riwayat dalam penafsiran AlQuran, antara generasi mereka dengan generasi para sahabat dan tabiin masih cukup dekat dan perkembangan sosial belum pesat, sehingga tidak terlalu jauh jurang di antara mereka.

 

 

Penghormatan terhadap para sahabat, karena kedudukan mereka sebagai murid langsung Nabi dan orang-orang berjasa, dan para tabi'in adalah peringkat kedua  sebaik-baik generasi, masih sangat berkesan dalam jiwa mereka.

 

 

Pengakuan akan keistimewaan generasi terdahulu oleh generasi berikutnya masih mantap.

 

 

Yang agak berbeda dengan keadaan zaman sesudahnya.

 

Apalagi zaman sekarang, sehingga dalam memakai metode ma’tsur (riwayat) butuh pengembangan dan seleksi yang ketat.

Daftar Pustaka

1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   

2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5. Tafsirq.com online