Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label ARTI POLITIK ADU DOMBA. Show all posts
Showing posts with label ARTI POLITIK ADU DOMBA. Show all posts

Saturday, September 11, 2021

11012. ARTI POLITIK ADU DOMBA

 






ARTI POLITIK ADU DOMBA DALAM

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

Politik Adu Domba

 Domba adalah nama binatang

 

 Politik Adu domba adalah cara menjaga dan memperoleh kekuasaan.

Dengan sengaja membuat dan menciptakan permusuhan.

Atau konflik dalam masyarakat.

 

 Sebagian kelompok sengaja diadu dengan sebagian kelompok lain.

 

Dengan tujuan agar mereka menjadi lemah.

 

Sehingga gampang diatur dan dikalahkan.

 

Pihak-pihak atau orang yang bersedia bekerja sama dengan kekuasaan.

 

Akan dibantu atau dipromosikan.

 

 Pada saat sama.

Orang dan pihak yang tidak bersedia bekerja sama.

Akan ditekan dan dipinggirkan.

 

 Ketidakpercayaan terhadap pucuk pimpinan partai.

Atau kelompoknya sengaja diciptakan.

  

Agar partai atau kelompok itu tidak tumbuh besar dan solid.

 

 Terkadang tidak hanya ketidakpercayaan.

Bahkan permusuhan pun disemai.

 

 Teknik dalam adu domba, yaitu:

 

1.   Agitasi.

2.   Propaganda.

 3.   Desas-desus.

4.   Fitnah.

 

 Politik adu domba sangat subur di tengah perang media.

Yang bebas tak terkendali.

 

 Penjajahan zaman Belanda

Belanda menggandeng beberapa pribumi untuk menjadi karyawan mereka.

 

Dan diberi kehidupan yang layak.

 

Tetapi sadar atau tidak.

Mereka telah dikondisikan untuk mengkhianati bangsanya sendiri.

 

 Raja atau pemimpin di sebuah kerajaan.

Diadu domba dengan raja lain.

 

Jika raja tidak mau bekerja sama.

Maka putra mahkotanya yang diajak bekerja sama.

 

 Jika raja dan putranya tidak mau diajak bekerja sama.

Maka mereka mencari keluarga dekatnya yang dapat diadu domba.

 

 Yang pada akhirnya menimbulkan peperangan dan perpecahan.

 

 Di tengah masyarakat kita dewasa ini.

Dengan media sangat liberal.

Praktik adu domba menjadi tontotan sehari-hari.

  

Kita secara vulgar disuguhi berita tentang perseteruan antarkelompok.

Untuk berebut kekuasaan.

 

Mereka saling tuding, saling caci-maki, saling sikut.

Dengan intrik politik sangat kasar dan kejam.

  

Penggiringan isu dilakukan sedemikian rupa.

Untuk saling menghancurkan.

 

 

Kalau masyarakat kita suka diadu-adu.

Mudah terpancing isu.

Melalap mentah-mentah berbagai desas-desus.

Sehingga tanpa pikir panjang langsung terlibat dalam konflik.

  

Maka kita sebenarnya masih hidup seperti zaman VOC Belanda.

 

 

Atau kita seperti domba.

Yang siap diadu kapan saja.

Dan di mana saja.

 

 

Tapi manusia itu bukan domba.

 

(Sumber : fb)

 

 

Saturday, December 5, 2020

7927 ARTI POLITIK ADU DOMBA

 


ARTI POLITIK ADU DOMBA

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

 

Politik Adu Domba

 

 

Domba adalah nama binatang

 

 

Politik Adu domba adalah cara menjaga dan memperoleh kekuasaan dengan sengaja membuat dan menciptakan permusuhan atau konflik di antara masyarakat.

 

 

Sebagian kelompok sengaja diadu dengan sebagian kelompok lain dengan tujuan agar mereka menjadi lemah.

 

 

Sehingga gampang diatur dan dikalahkan.

 

 

 

Pihak-pihak atau orang yang bersedia bekerja sama dengan kekuasaan, dibantu atau dipromosikan.

 

 

 

Pada saat sama, orang dan pihak yang tidak bersedia bekerja sama akan ditekan dan dipinggirkan.

 

 

 

Ketidakpercayaan terhadap pucuk pimpinan partai atau kelompoknya sengaja diciptakan.

 

 

 

Agar partai atau kelompok itu tidak tumbuh besar dan solid.

 

 

Terkadang tidak hanya ketidakpercayaan, bahkan permusuhan pun disemai.

 

 

Teknik yang dipakai adalah:

 

1.   Agitasi.

2.   Propaganda.

 

3.   Desas-desus.

4.   Fitnah.

 

 

Politik adu domba sangat subur di tengah perang media yang bebas tak terkendali.

 

 

 

Belanda penjajah itu misalnya, menggandeng beberapa pribumi untuk menjadi karyawan mereka dan diberi kehidupan yang layak.

 

 

 

Tetapi sadar atau tidak, mereka telah dikondisikan untuk mengkhianati bangsanya sendiri.

 

 

 

Raja atau pemimpin di sebuah kerajaan diadu domba dengan raja yang lain.

 

 

 

Jika raja tidak mau bekerja sama, maka putra mahkotanya yang diajak bekerja sama.

 

 

 

Jika raja dan putranya tidak mau diajak bekerja sama, maka mereka mencari keluarga dekatnya yang dapat diadu domba.

 

 

 

Yang pada akhirnya menimbulkan peperangan dan perpecahan.

 

 

 

Di tengah masyarakat kita dewasa ini, di tengah media sangat liberal, praktik adu domba menjadi tontotan sehari-hari.

 

 

 

Kita secara vulgar disuguhi berita tentang perseteruan antarkelompok untuk merebut kekuasaan.

 

 

 

Mereka saling tuding, saling caci-maki, saling sikut dengan intrik politik sangat kasar dan kejam.

 

 

Penggiringan isu dilakukan sedemikian rupa untuk saling menghancurkan.

 

 

 

Kalau masyarakat kita suka diadu-adu, mudah terpancing isu, melalap mentah-mentah berbagai desas-desus, sehingga tanpa pikir panjang langsung terlibat dalam konflik.

 

 

 

Maka kita sebenarnya masih hidup seperti di zaman VOC Belanda.

 

 

Atau kita seperti domba yang siap diadu kapan saja dan di mana saja.

 

 

 

(Sumber : internet)