Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label BEDANYA DAKWAH DAN MENAFSIRKAN AL-QURAN. Show all posts
Showing posts with label BEDANYA DAKWAH DAN MENAFSIRKAN AL-QURAN. Show all posts

Wednesday, April 14, 2021

9261. BEDANYA DAKWAH DAN MENAFSIRKAN AL-QURAN

 



BEDANYA DAKWAH DAN MENAFSIRKAN AL-QURAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 



Al-Quran memerintahkan umat manusia merenungkan ayat-ayatnya.

 

 

Dan mengecam orang yang sekadar ikut pendapat atau tradisi lama tanpa dasar.

 

 


Al-Quran diturunkan untuk umat manusia di mana pun dan kapan pun.

 

Sehingga manusia pada zaman modern dituntut memahami Al-Quran.

 

 

Seperti tuntutan yang pernah ditujukan kepada masyarakat  zaman Nabi.

 

 


Hasil pemikiran dipengaruhi:

 

1.      Tingkat kecerdasannya.

2.      Disiplin ilmu yang ditekuninya.

 

3.      Pengalaman.

4.      Penemuan ilmiah.

 

5.      Kondisi social dan politik.

6.      Dan lainnya.

 

 

Maka hasil pemikiran orang berpotensi selalu berbeda.

 


Setiap orang diharapkan merenungkan, memahami, dan menafsirkan Al-Quran.

 

 

Karena melaksanakan perintah Al-Quran sendiri.

 

 

Meskipun menghasilkan  pendapat berlainan harus ditampung.

 

 

Asalkan penafsiran Al-Quran dilakukan penuh tanggung jawab.

 

 


Batas dalam menafsirkan ayat Al-Quran adalah kebebasan bertanggung jawab.

 

 

Seperti diterapkan dalam setiap disiplin ilmu.

 

 

Jika mengabaikan pembatasan bisa menimbulkan polusi pemikiran.

 

 

Dan musibah dalam kehidupan.

 

Misalnya, jika tiap orang bebas bicara dan melakukan praktik bidang kedokteran.

 

 

Atau melakukan analisis statistik tanpa pengetahuan tentang ilmu itu.

 

Maka kehidupan akan kacau.

 


Al-Quran mengecam orang yang tidak memperhatikan isi Al-Quran.

 

 

Para sahabat Nabi terkadang tidak tahu, berbeda pendapat, dan keliru dalam memahami maksud firman Allah.

 

Sehingga timbul aturan pembatasan penafsiran Al-Quran.

 


Ibnu Abbas membagi tafsir Al-Quran dalam 4 bagian,yaitu:

 

1.      Tafsir yang dipahami secara umum oleh masyarakat Arab berdasar pengetahuan bahasa.

 

2.      Tafsir Al-Quran yang mudah dipahami oleh semua orang.

 

3.      Tafsir yang hanya diketahui para ulama.

 

4.      Tafsir yang hanya diketahui oleh Allah.

 

Ada 2  jenis pembatasan, yaitu:

 

1.      Menyangkut “materi” ayat Al-Quran (bagian ke-4).

 

2.      Menyangkut “syarat” yang harus dipenuhi penafsir (bagian ke-3).

 

 

Dari segi “materi” ada ayat Al-Quran yang hanya diketahui  Allah dan Rasul-Nya.

 

Jika Rasulullah menerima penjelasan dari Allah.

 


Penjelasan ini mengandung beberapa kemungkinan.

 

1.      Ada ayat Al-Quran yang tidak mungkin dijangkau pengertiannya oleh seseorang.

 

Misalnya, arti dari Ya Sin, Alif Lam Mim, dan sebagainya.

 

 

Pendapat ini berdasar firman Allah.

 

 

Yang membagi ayat Al-Quran ke dalam ayat “muhkam” (jelas) dan “mutasyabih” (samar).

 

Dan bahwa tidak ada yang tahu “takwil” (arti)-nya kecuali Allah.

 

Al-Quran surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 7.

 

 

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

 

Dia yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itu pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

 

2.      Ada ayat Al-Quran yang hanya diketahui artinya secara umum.

 

Artinya dipahami sesuai bentuk “teks” redaksinya.

 

Tetapi tidak dipahami maksudnya.

 

Seperti masalah metafisika, perincian ibadah “an sich”.

 

 

Dan lainnya yang di luar wilayah pemikiran akal manusia.

 


Syaikh Muhammad 'Abduh (1849-1905 Masehi), ahli Tafsir yang paling mengandalkan akal.

 

Menganut prinsip “Tidak menafsirkan ayat Al-Quran yang kandungannya tidak terjangkau akal manusia.

 

 

Dan ayat  Al-Quran yang samar atau tidak diperinci oleh Al-Quran.”

 

 

SYARAT PENAFSIR AL-QURAN

 

1.      Ilmu bahasa Arab dalam berbagai bidangnya.

 

2.      llmu Al-Quran, sejarah turunnya, hadis Nabi, dan ushul fiqh.

 

3.      llmu prinsip pokok keagamaan.

 

4.      Disiplin ilmu yang menjadi materi bahasan ayat.

 

 

BEDANYA MENAFSIR DAN BERDAKWAH


Orang yang tidak memenuhi syarat penafsir, boleh menyampaikan uraian tafsir.

 

Asalkan uraiannya berdasar pemahaman para ahli tafsir yang memenuhi syarat.

 

Misalnya, orang membaca kitab Tafsir An-Nur karya Prof. Hasby As-Shiddiqie.

 

Atau Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka.

 

 

Kemudian  dia menyampaikan kesimpulan yang dibacanya kepada masyarakat.

 

Maka orang itu bukan berfungsi menafsirkan ayat Al-Quran.

 

 

Tetapi berdakwah.

 


Faktor penyebab  keliru dan salah dalam penafsiran Al-Quran.

 

1.      Subjektivitas mufasir.

 

2.      Keliru dalam menerapkan metode atau kaidah.

 

3.      Dangkalnya ilmu alat.

 

4.      Dangkalnya ilmu dalam materi yang dibahas.

 

5.      Tidak memperhatikan konteksnya, “asbabun nuzul”, hubungan antar-ayat, dan keadaan sosial masyarakat.

 

6.      Tidak memperhatikan faktor pribadi pembicara dan pendengarnya.

 

 

 

KESIMPULAN

 

Karena makin luas dan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

 

 

Maka butuh kerja sama para ahli dalam berbagai disiplin ilmu.

 

Untuk bersama menafsirkan ayat AlQuran.

 

 

 

Daftar Pustaka

1.      Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

2.         Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.      Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.      Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.      Tafsirq.com online