Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label SUDUT LAIN ZAMAN PAK HARTO NEGARA DIURUS SERIUS. Show all posts
Showing posts with label SUDUT LAIN ZAMAN PAK HARTO NEGARA DIURUS SERIUS. Show all posts

Friday, February 11, 2022

12441. SUDUT LAIN ZAMAN PAK HARTO NEGARA DIURUS SERIUS

 




 

SUDUT LAIN  ZAMAN  PAK HARTO NEGARA DIURUS SERIUS

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

Indonesia pernah diurus sepenuh hati.

 

Melihat foto di timeline.

 

Kenangan langsung terbayang.

 

Bagaimana metode pemilihan Menteri zaman Pak Harto.

 

Pemilihan Menteri berjalan dengan:

1.      Selektif.

2.      Berwibawa.

 

3.      Berilmu.

4.      Berintegritas.

 

Hampir tak pernah kita dengar.

 

Ada Menteri zaman Presiden Soeharto.

 

Yang aneh-aneh pernyataannya.

Dan perbuatannya.

 

Semua terdidik dan tertata dengan baik.

 

Koordinasi antar departemen sangat baik.

 

Tidak ada yang menjadi Menteri segala urusan.

 

Pemilihan Menteri.

Semua berkompeten dalam bidangnya.

 

Meskipun zaman itu profesor sangat jarang.

 

Tapi kebanyakan para menteri bergelar profesor.

 

Artinya apa?

 

Memang kemampuan akademik.

Salah satu ukurannya.

 

Menjadi tolok ukur menjadi menteri:

1.      Kemampuan,

2.      Pemikiran.

3.      Kewibawaan.

 

Di acara kenegaraan.

 

Tingkat ASEAN atau level dunia.

 

Untuk mencari pemimpin lndonesia paling gampang.

 

Saat foto bersama.

Pasti berada di depan.

Dan posisinya di tengah.

 

Benar-benar dihormati.

 

Sebagai pemimpin negara besar.

 

Beralih ke daerah.

Zaman Presiden Soeharto.

 

Tak ada ceritanya.

 

Anak baru tamat kuliah.

Langsung menjadi Bupati.

 

Atau menjadi anggota DPR dan DPRD.

 

Zaman Presiden Soeharto.

Politik memang zonanya.

 

Orang mapan berpikir.

 

Mapan ekonomi.

Dan mapan pendidikan.

 

Benar2 diseleksi.

 

Level Gubernur atau Bupati.

 

Setidaknya pensiunan tentara.

Pangkatnya Kolonel.

 

Atau mantan ReKtor.

 

Atau pejabat.

Yang berpengalaman puluhan tahun.

 

Mereka bisa menerjemahkan.

Arah pembangunan.

 

Dari skala nasional ke daerah.

 

Zaman Presiden Soeharto.

Politik bukan tempat orang buangan.

 

Yang tak diterima di dunia kerja.

 

Karena banyak duitnya.

 

Dan banyak keluarga.

 

Bisa menjadi anggota dewan.

Dan pemimpin daerah.

 

Contohnya.

Mbak Tutut bisa menjadi menteri .

 

Setelah usia 49 tahun.

 

Dan sebelumnya.

Pernah menjadi anggota MPR RI.

 

Jadi memang Nepotisme.

 

Tapi bermutu.

 

Bandingkan dengan sekarang.

 

Perasaan sekarang ini.

 

Nepotismenya mencolok mata.

 

Meskipun dengan dalih.

Dipilih langsung oleh rakyat.

 

Dalam pemerintahan dan sejenisnya.

 

Siapa pun bisa menjadi apa pun.

 

Karena bapaknya.

 

Berada dalam ingkaran kekuasaan.

 

Akh.. Benar-benar kangen zaman Pak Harto.

 

Zaman Presiden Soeharto.

 

Tak boleh ada sekolah swasta kaya.

 

Seragam SD, SMP, SMA diciptakan.

 

Tujuannya agar anak si kaya dan si miskin.

 

Bisa satu kelas.

Dalam tujuan pendidikan.

 

Zaman Presiden Soeharto.

Masa swasembada pangan.

 

Bahkan bisa ekspor.

 

Rakyat bisa hidup tenang.

 

Tak mikir beras habis.

 

Negara agraris bukan hanya slogan.

 

Semua dikelola dan dijamin oleh pemerintah.

 

Zaman Pak Harto.

 

Pak Tani dimuliakan.

Dalam mimbar dialog rutin.

Yang disebut kelompencapir.

 

Bukan dibohongi.

Diberi subsidi pupuk dan traktor.

 

Tapi ditarik lagi.

 

Zaman Pak Harto.

 

Saat  ke sawah.

Panen raya bersama semua Menteri.

 

Menunjukkan pada dunia.

 

Bahwa Indonesia negara besar.

 

Maka tiap kali acara kenegaraan.

 

Mencari posisi Presiden Soeharto paling gampang.

 

Yaitu paling depan dan tengah.

 

Zaman sekarang mungkin berbeda.

 

Pergi ke sawah.

 

Pas dekat pemilu saja.

 

Sampai masuk belepotan lumpur.

Tapi giliran sudah jadi pejabat.

 

Para petani tak dipikir.

Bahkan saat petani panen.

 

Malah dihajar.

Dengan cara dibuka keran impor.

 

Zaman Pak Harto.

 

Masuk kuliah UI dan UGM murah banget.

 

Zaman sekarang.

 

Pendidikan mahal banget.

 

Anak SD bisa puluhan juta.

Masuk sekolah swasta.

 

Yang status sosialnya tinggi.

 

Pendidikan untuk komoditas status social.

 

Zaman Pak Harto.

 

Pendidikan diatur Negara.

 

Mutunya ada di tangan Negara.

 

Sehingga yang maju.

Yaitu sekolah-sekolah negeri.

 

Kita masih ingat.

 

Nama SMA 1 adalah sekolah terbaik.

 

Dan ada sekolah terbaik negeri.

Di segala penjuru.

 

Anak orang kaya dan miskin.

 

Bisa bersekolah di tempat sama.

 

Zaman anak tukang becak kuliah sudah biasa.

 

Zaman sekarang.

Anak tukang becak.

Bisa lulus dokter.

 

Dianggap mukjizat.

Dan dirayakan besar-besaran.

 

Sistem pendidikan dirampas.

 

Hanya untuk orang kaya.

 

Zaman Pak Harto.

 

Puskesmas di mana-mana.

Sistem pengobatan teratur.

 

Posyandu dijadikan gerbang besar kesehatan public.

 

Para ibu PKK dijadikan volunteer.

Atas kinerja Negara.

Dalam bidang kesehatan.

 

Tapi zaman sekarang.

 

Para dokter dan suster diajarkan cara berbisnis.

 

Di zaman sekarang.

 

Tragedi kesehatan berlangsung.

 

Ada bayi mati ditolak rumah sakit.

Ada remaja mati ditolak rumah sakit.

 

Padahal rumah sakit menjamur dimana-mana.

 

Zaman Pak Harto.

 

Pendidikan dan kesehatan.

 

Jadi papan tugas layanan Negara.

 

Di zaman demokrasi liberal.

Pendidikan dan kesehatan.

 

Sebagai alat kapitalis.

Dalam menguras keringat rakyat.

 

Tak ada tanggung jawab Negara.

 

Atas ruang publik.

 

Zaman Pak Harto.

 

Selalu dekat dan santun dengan Ulama.

 

Maka zaman itu.

lndonesia adem.

 

Karena diurus dengan serius.

 

(Sumber Eje Busro Eka)