PENGERTIAN IDUL FITRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Al-Quran adalah kitab rujukan untuk memperoleh petunjuk
dan bimbingan agama Islam.
2. Para ulama menjelaskan 3 cara memperoleh pesan
Al-Quran.
1) Ke-1: Tafsir bir-riwayah (Tafsir bil ma’tsur).
Yaitu penafsiran Al-Quran berdasarkan penjelasan Al-Quran sendiri,
penjelasan Nabi Muhammad, penjelasan para sahabat, dan penjelasan para tabiin (murid para
sahabat Nabi).
2) Ke-2: Tafsir bid-diniyah.
Yaitu penafsiran melalui analisis kebahasaan dengan menggunakan logika
dan nalar yang didukung oleh kaidah ilmu tafsir.
3) Ke-3: Tafsir bid-dirayah (Tafsir
bir-ra’yi).
Yaitu pemahaman ayat Al-Quran melalui ijtihad menggunakan akal
pikiran dengan mengerahkan seluruh kemampuan ilmu yang dimiliki, guna mencapai
hasil penafsiran yang memadai.
3. Kata “id” terambil dari akar kata yang
berarti “kembali”.
4. Yaitu “kembali ke tempat semula” atau “kembali ke posisi semula”.
5. Artinya bahwa sesuatu yang “kembali” pada
mulanya berada pada satu keadaan atau satu
tempat, kemudian meninggalkannya, lalu kembali ke tempat dan posisi
semula.
6. Kata “fitri” dapat diartikan “asal
kejadian”, “agama yang benar”, atau “kesucian”.
7. Menurut Al-Quran, asal kejadian manusia adalah
suci dan bebas dari dosa.
8. Idul
fitri dapat bermakna “kembalinya
manusia kepada keadaan
sucinya”, atau “keterbebasannya dari segala dosa”, sehingga dia berada
dalam “kesucian”.
9. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2)
ayat 35.
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ
الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ
الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan Kami berfirman, “Hai Adam
tempati olehmu dan istrimu surga ini, dan makan makanan-makanannya yang banyak
lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini,
yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”.
10. Dosa mengakibatkan manusia menjauh dari posisinya semula, menjauh dari Allah dan menjauh
dari sesama manusia.
11. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2)
ayat 36.
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا
فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ
عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan
dari keadaan semula dan Kami berfirman,”Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi
musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan
hidup sampai waktu yang ditentukan”.
12. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2)
ayat 38.
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا
يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika
datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati”.
13. Redaksi ayat Al-Quran mengisyaratkan sebelum
terjadi pelanggaran, posisi Allah dengan Nabi Adam, Hawa, dan pohon terlarang
berdekatan, sehingga isyarat kata yang dipakai adalah “INI”.
14. Tetapi, setelah Nabi Adam dan Hawa melanggar larangan Allah, maka
mereka berdua menjauh dari posisi semula, dan Allah pun menjauh.
15. Sehingga Allah “menyeru mereka”, yaitu
berbicara dari tempat yang jauh.
16. Yang menyebabkan Allah menunjuk pohon
terlarang dengan isyarat jauh, yakni “ITU”.
17. Setelah terjadi pelanggaran, maka posisi
Nabi Adam dan Hawa dengan Allah menjadi jauh.
18. Tetapi apabila mereka kembali, maka masing-masing
akan mendekat dan berada pada posisi semula.
19. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2)
ayat 186.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي
قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي
وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan
apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
20. Kata “tobat” secara harfiah artinya
“kembali”.
21. Sehingga jika manusia bertobat dan Allah
menerima tobatnya, maka posisinya bisa kembali mendekat kepada Allah.
22. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat
37.
فَتَلَقَّىٰ
آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ
الرَّحِيمُ
Kemudian Adam menerima beberapa
kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat dan Maha Penyayang.
23. Allah sangat merindukan manusia mau
kembali mendekat kepada-Nya.
24. Rasulullah bersabda, “Jika hamba-Ku
mendekat sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta. Jika hamba-Ku mendekat
dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan berlari”.
25. Rasulullah bersabda,”Allah bergembira
menerima tobat hamba-Nya, melebihi gembiranya kamu ketika unta yang kamu
kendarai di padang pasir menjauh dengan membawa bekal makanan dan minuman di
punggungnya. Ketika kamu sudah berputus asa sambil tiduran di bawah pohon,
ternyata unta itu muncul kembali”.
26. Kata “al-insan” terambil dari kata “uns”
yang artinya “senang” atau “harmonis”.
27. Pada dasarnya manusia merasa senang dan
mempunyai potensi berhubungan harmonis dengan sesama manusia.
28. Jika hubungan sesama manusia terganggu,
maka hubungan mereka tidak harmonis lagi.
29. Tetapi jika mereka menyadari kesalahannya
dan saling meminta maaf, maka hubungan mereka menjadi dekat dan harmonis lagi.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah
dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran.
Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment