Friday, May 22, 2020

4508. PENGERTIAN IDUL FITRI


PENGERTIAN IDUL FITRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
1.    Al-Quran adalah kitab rujukan untuk memperoleh  petunjuk  dan bimbingan  agama Islam.
2.    Para ulama menjelaskan 3 cara memperoleh pesan Al-Quran.
1)    Ke-1: Tafsir  bir-riwayah (Tafsir bil ma’tsur).
Yaitu penafsiran Al-Quran berdasarkan penjelasan Al-Quran sendiri, penjelasan Nabi Muhammad, penjelasan para sahabat,  dan penjelasan para tabiin (murid para sahabat Nabi).
2)    Ke-2: Tafsir bid-diniyah.
Yaitu penafsiran melalui analisis kebahasaan dengan menggunakan logika dan nalar yang didukung oleh kaidah ilmu tafsir.
3)    Ke-3: Tafsir bid-dirayah (Tafsir bir-ra’yi).
Yaitu pemahaman ayat Al-Quran melalui ijtihad menggunakan akal pikiran dengan mengerahkan seluruh kemampuan ilmu yang dimiliki, guna mencapai hasil penafsiran yang memadai.

3.    Kata “id” terambil dari akar kata yang berarti  “kembali”.
4.    Yaitu “kembali  ke  tempat  semula” atau “kembali ke posisi semula”.
5.    Artinya bahwa sesuatu yang “kembali” pada mulanya berada pada satu keadaan atau  satu tempat,  kemudian  meninggalkannya, lalu kembali ke tempat dan posisi semula.
6.    Kata “fitri” dapat diartikan “asal kejadian”, “agama yang benar”, atau “kesucian”.
7.    Menurut Al-Quran, asal kejadian manusia adalah suci dan bebas dari dosa.
8.    Idul  fitri dapat bermakna “kembalinya    manusia    kepada    keadaan    sucinya”, atau “keterbebasannya dari segala dosa”, sehingga dia berada dalam “kesucian”.

9.    Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 35.

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

        Dan Kami berfirman, “Hai Adam tempati olehmu dan istrimu surga ini, dan makan makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”.
10. Dosa mengakibatkan manusia menjauh dari  posisinya semula, menjauh dari Allah dan menjauh dari sesama manusia.

11. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 36.

فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ

      Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman,”Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”.

12. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 38.

قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

      Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

13. Redaksi ayat Al-Quran mengisyaratkan sebelum terjadi pelanggaran, posisi Allah dengan Nabi Adam, Hawa, dan pohon terlarang berdekatan, sehingga isyarat kata yang dipakai adalah “INI”.
14. Tetapi, setelah  Nabi Adam dan Hawa melanggar larangan Allah, maka mereka berdua menjauh dari posisi semula, dan Allah pun menjauh.
15. Sehingga Allah “menyeru mereka”, yaitu berbicara dari tempat yang jauh.
16. Yang menyebabkan Allah menunjuk pohon terlarang dengan isyarat jauh, yakni “ITU”.
17. Setelah terjadi pelanggaran, maka posisi Nabi Adam dan Hawa dengan Allah menjadi jauh.
18. Tetapi apabila mereka kembali, maka masing-masing akan mendekat dan berada  pada  posisi semula.

19. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 186.


وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

     Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

20. Kata “tobat” secara harfiah artinya “kembali”.
21. Sehingga jika manusia bertobat dan Allah menerima tobatnya, maka posisinya bisa kembali mendekat kepada Allah.

22.  Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 37.

  فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
    
      Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat dan Maha Penyayang.
23. Allah sangat merindukan manusia mau kembali mendekat kepada-Nya.
24. Rasulullah bersabda, “Jika hamba-Ku mendekat sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta. Jika hamba-Ku mendekat dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan berlari”.
25. Rasulullah bersabda,”Allah bergembira menerima tobat hamba-Nya, melebihi gembiranya kamu ketika unta yang kamu kendarai di padang pasir menjauh dengan membawa bekal makanan dan minuman di punggungnya. Ketika kamu sudah berputus asa sambil tiduran di bawah pohon, ternyata unta itu muncul kembali”.
26. Kata “al-insan” terambil dari kata “uns” yang artinya “senang” atau “harmonis”.
27. Pada dasarnya manusia merasa senang dan mempunyai potensi berhubungan harmonis dengan sesama manusia.
28. Jika hubungan sesama manusia terganggu, maka hubungan mereka tidak harmonis lagi.
29. Tetapi jika mereka menyadari kesalahannya dan saling meminta maaf, maka hubungan mereka menjadi dekat dan harmonis lagi.

Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online.      

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment