MANUSIA MIRIP BULAN MUNCUL MEMBESAR MENGECIL HILANG
Oleh: Drs. H. M. YusronHadi, M.M.
Ketika beberapa
orang sahabat Nabi Muhammad mengamati bentuk bulan.
Yang sedikit
demi sedikit berubah bentuk.
Dari bulan sabit
ke bulan purnama.
Lalu kembali berbentuk
sabit.
Dan bulan kemudian
menghilang.
Para sahabat bertanya
kepada Rasulullah,
"Mengapa terjadi
demikian?"
Al-Quran
menjawab,
”Yang demikian
adalah waktu untuk manusia.
Dan untuk menetapkan
waktu ibadah haji”.
Al-Quran surah
Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 189.
۞ يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ
هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا
الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا
الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakan:
"Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah)
haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi
kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah
itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
Al-Quran surah
Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 189.
Mengisyaratkan
peredaran matahari dan bulan yang menghasilkan pembagian terperinci.
Seperti perjalanan
dari bulan sabit ke bulan purnama.
Harus dapat dimanfaatkan
oleh manusia.
Untuk menyelesaikan
tugasnya sebagai khalifah.
Salah satu tugas
yang harus diselesaikan oleh manusia adalah beribadah.
Dalam hal ini dicontohkan
dengan ibadah haji.
Karena ibadah
haji mencerminkan seluruh rukun Islam.
Yaitu syahadat,
salat, zakat, puasa Ramadan, dan ibadah haji.
Keadaan bulan dapat
dipakai menyadarkan manusia di bumi.
Bahwa nasib manusia
mirip nasib bulan.
Proses adanya manusia
di bumi.
1) Manusia pada awalnya tidak tampak di bumi.
2) Manusia masih kecil mungil muncul lahir di
bumi bagaikan bulan sabit.
3) Sedikit demi sedikit membesar sampai dewasa.
4) Menjadi sempurna seperti bulan purnama.
5) Manusia menua sampai akhirnya hilang dari pentas
bumi ini.
Al-Quran surah
Al-Furqan (surah ke-25) ayat 62.
وَهُوَ الَّذِي
جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ
أَرَادَ شُكُورًا
Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti
bagi orang yang ingin memgambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.
Manusia dapat mengambil
pelajaran terkait kejadian masa lampau.
Untuk introspeksi.
Dan kesadaran menyangkut semua hal yang telah terjadi.
Sehingga mengantarkan
manusia melakukan perbaikan dan peningkatan.
Bersyukur dalam
definisi agama adalah memakai segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah.
Sesuai dengan tujuan
penganugerahannya.
Hal ini menuntut
upaya dan kerja keras.
Banyak ayat
Al-Quran yang berbicara tentang peristiwa masa lampau.
Yang diakhiri dengan
pernyataan,
“Maka ambillah
pelajaran dari peristiwa itu”.
Demikian pula
ayat Al-Quran yang menyuruh manusia bekerja menghadapi masa depan.
Atau berpikir dan
menilai hal yang telah disiapkan untuk masa depannya.
Salah satu ayat
Al-Quran yang terkenal tentang tema ini.
“Wahai orang beriman,
bertakwalah kepada Allah.
Dan hendaklah setiap
jiwa memperhatikan apa yang telah dibuatnya untuk hari esok”.
Al-Quran surah
Al-Hasyr (surah ke-59) ayat 18.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
Ayat Al-Quran
surah Al-Hasyr (surah ke-59) ayat 18.
Dimulai perintah
“bertakwa”.
Dan diakhiri perintah
“bertakwa”.
Hal ini isyarat
bahwa landasan berpikir dan tempat bertolak.
Untuk menyiapkan
masa depan adalah “ketakwaan”.
Dan hasil akhirnya
yang diperoleh “ketakwaan” juga.
Pengertian
“hari esok” yang dimaksudkan dalam Al-Quran surah Al-Hasyr (surah ke-59) ayat
18.
Tidak terbatas
“hari esok di akhirat kelak”.
Tetapi termasuk
“hari esok” ketika masih “di dunia sekarang ini”.
Kata “ghad”
yang diterjemahkan “esok” ditemukan dalam Al-Quran 5 kali.
Yang 3 kali jelas
dipakai dalam konteks “hari esok duniawi”.
Dan yang 2
kali sisanya.
Bisa mencakup
“hari esok di dunia dan di akhirat”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. LenteraHati.
KisahdanHikmahKehidupan. PenerbitMizan, 1994.
2. Shihab, M. QuraishShihab. Wawasan Al-Quran.
TafsirMaudhuiatasPerbagaiPersoalanUmat. PenerbitMizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an
Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment