Saturday, July 3, 2021

10255. TUJUAN ADANYA WAKTU BAGI MANUSIA

 



TUJUAN ADANYA WAKTU BAGI MANUSIA

Oleh: Drs. H. M. YusronHadi, M.M.

 

 

Ketika beberapa orang sahabat Nabi Muhammad mengamati bentuk bulan.

 

 

Yang sedikit demi sedikit berubah bentuk.

 

 

Dari bulan sabit ke bulan purnama.

 

 

Lalu kembali berbentuk sabit.

 

 

Dan bulan kemudian menghilang.

 

 

 

Para sahabat bertanya kepada Rasulullah,

 

"Mengapa terjadi demikian?"

 

 

Al-Quran menjawab,

 

”Yang demikian adalah waktu untuk manusia.

 

Dan untuk menetapkan waktu ibadah haji”.

 

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 189.

 

۞ يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

     

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakan: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 189.

 

Mengisyaratkan peredaran matahari dan bulan yang menghasilkan pembagian terperinci.

 

 

Seperti perjalanan dari bulan sabit ke bulan purnama.

 

 

Harus dapat dimanfaatkan oleh manusia.

 

 

Untuk menyelesaikan tugasnya sebagai khalifah.

 

 

Salah satu tugas yang harus diselesaikan oleh manusia adalah beribadah.

 

 

Dalam hal ini dicontohkan dengan ibadah haji.

 

 

Karena ibadah haji mencerminkan seluruh rukun Islam.

 

 

Yaitu syahadat, salat, zakat, puasa Ramadan, dan ibadah haji.

 

 

Keadaan bulan dapat dipakai menyadarkan manusia di bumi.

 

Bahwa nasib manusia mirip nasib bulan.

Proses adanya manusia di bumi.

 

1)     Manusia pada awalnya tidak tampak di bumi.

 

2)     Manusia masih kecil mungil muncul lahir di bumi bagaikan bulan sabit.

 

 

3)     Sedikit demi sedikit membesar sampai dewasa.

 

4)     Menjadi sempurna seperti bulan purnama.

 

 

5)     Manusia menua sampai akhirnya hilang dari pentas bumi ini.

 

 

Al-Quran surah Al-Furqan (surah ke-25) ayat 62.

 

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

     

Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin memgambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.

 

Manusia dapat mengambil pelajaran terkait kejadian masa lampau.

 

Untuk introspeksi.

 

Dan  kesadaran menyangkut semua hal yang telah terjadi.

 

Sehingga mengantarkan manusia melakukan perbaikan dan peningkatan.

 

 

Bersyukur dalam definisi agama adalah memakai segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah.

 

Sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

 

Hal ini menuntut upaya dan kerja keras.

 

 

Banyak ayat Al-Quran yang berbicara tentang peristiwa masa lampau.

 

 

Yang diakhiri dengan pernyataan,

 

“Maka ambillah pelajaran dari peristiwa itu”.

 

 

Demikian pula ayat Al-Quran yang menyuruh manusia bekerja  menghadapi masa depan.

 

Atau berpikir dan menilai hal yang telah disiapkan untuk masa depannya.

 

 

Salah satu ayat Al-Quran yang terkenal tentang tema ini.

 

 

“Wahai orang beriman, bertakwalah kepada Allah.

 

 

Dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah dibuatnya untuk hari esok”.

 

 

Al-Quran surah Al-Hasyr (surah ke-59) ayat 18.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

     

Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

 

Ayat Al-Quran surah Al-Hasyr (surah ke-59) ayat 18.

 

 

Dimulai perintah “bertakwa”.

 

Dan diakhiri perintah “bertakwa”.

 

 

Hal ini isyarat bahwa landasan berpikir dan tempat bertolak.

 

 

Untuk menyiapkan masa depan adalah “ketakwaan”.

 

 

Dan hasil akhirnya yang diperoleh  “ketakwaan” juga.

 

 

Pengertian “hari esok” yang dimaksudkan dalam Al-Quran surah Al-Hasyr (surah ke-59) ayat 18.

 

 

Tidak terbatas “hari esok di akhirat kelak”.

 

Tetapi termasuk “hari esok” ketika masih “di dunia sekarang ini”.

 

 

Kata “ghad” yang diterjemahkan “esok” ditemukan dalam Al-Quran 5 kali.

 

Yang 3 kali jelas dipakai dalam konteks “hari esok duniawi”.

 

Dan yang 2 kali sisanya.

 

Bisa mencakup “hari esok di dunia dan di akhirat”.

 

 

Daftar Pustaka

1.   Shihab, M.Quraish. LenteraHati. KisahdanHikmahKehidupan. PenerbitMizan, 1994.

2.   Shihab, M. QuraishShihab. Wawasan Al-Quran. TafsirMaudhuiatasPerbagaiPersoalanUmat. PenerbitMizan, 2009.

3.   Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.   Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.   Tafsirq.com online.

0 comments:

Post a Comment