TAK SIBUK MENCARI
DUKUNGAN DAN PUJIAN ORANG LAIN
Oleh Drs. HM Yusron
Hadi,MM
Nasihat para ahli.
Ada 6 tanda matangnya
spiritual seorang manusia.
1. Tak
sibuk ingin mengubah orang lain.
Tapi fokus ingin
mengubah diri sendiri.
2. Menerima
diri sendiri dan orang lain apa adanya.
3. Fokus
untuk memberi dan berbagi.
Tak membebankan
beragam harapan kepada orang lain.
4. Paham
bahwa siapa pun yang menanam pasti akan menuai hasilnya.
5. Tak
sibuk pamer bahwa dirinya baik dan benar.
6. Tak
sibuk mencari dukungan dan pujian orang lain.
1. Tak
sibuk ingin mengubah orang lain
Tapi fokus ingin mengubah
dirinya sendiri
Yaitu perhatian utama
dan pertama adalah dirinya sendiri.
Dia sadar dirinya
masih kurang, masih lemah.
Dan masih butuh
perbaikan.
Jangan bersikap
sebaliknya.
Yaitu sibuk melihat
keluar.
Orang yang belum
matang spiritualnya.
Selalu sibuk melihat
kekurangan orang lain, misalnya:
1. Orang
itu ilmunya kurang.
2. Orang
itu belum sadar-sadar.
3. Orang
itu masih ambisius.
4. Orang
itu berpikir duniawi.
5. Dan
lainnya.
Orang yang selalu fokus kepada orang lain.
Tandanya belum matang
spiritualnya.
Orang yang matang
spiritualnya.
Selalu fokus kepada
dirinya sendiri, mislanya:
1. Apakah
aku sudah bersikap dewasa?
2. Apakah
aku sudah bertanggung jawab dengan tugasku?
3. Apakah
aku sudah sabar untuk menerima bahwa segala sesuatu butuh proses?
Tunjukkan bahwa diri
sendiri sudah matang spiritualnya.
Kemudian boleh memberi
nasihat kepada orang lain.
2. Menerima
diri sendiri dan orang lain apa adanya
Fokus memberi dan berbagi
Rela menerima diri sendiri
apa adanya.
Juga menerima orang lain
apa adanya.
Sehingga tak sibuk
ingin mengubah orang lain.
Kita menerima
fakta bahwa tiap orang berbeda-beda
wataknya.
Jangan memarahi diri
sendiri.
Karena kecewa dengan
hidupnya sendiri.
Kemudian dia menekan dirinya
sendiri.
Hal itu bisa berakibat
stres, depresi, dan sakit jiwa,
Memang tiap manusia
punya kekurangan dan kelemahan.
Tapi jangan dijadikan
untuk membenci diri sendiri.
Apalagi untuk mengusir
diri sendiri.
3. Tak
membebankan beragam harapan kepada orang lain
Tapi fokus memberi dan
berbagi.
Orang yang matang spiritual
tak membebankan beragam harapan kepada orang lain.
Misalnya, dia tak
berkata:
1. Aku
ingin kamu bersikap begitu.
2. Aku
ingin punya guru yang begini.
3. Aku
ingin punya teman ideal itu yang demikian.
4. Dan
lainnya.
Orang yang matang
spiritualnya.
Tak membebankan
harapan dan kondisi ideal kepada orang lain.
Jika ada orang
membebankan harapan dan kondisi idealnya kepada orang lain.
Maka dia mudah kecewa
dan jadi beban hidupnya.
Misalnya dengan membuat
rapor semua temannya.
1. Dia
ramah, tapi jarang mandi.
2. Dia
menyenangkan, tapi minta ditraktir terus.
Hal itu akan memberi
beban hidupnya.
Saat mencari pasangan
hidup, dia membuat harapan yang ideal.
Sehingga, dalam
hidupnya dia sering kecewa.
Orang yang matang
spiritualnya tak membebankan harapan
kepada orang lain.
Tapi lebih fokus untuk
berbagi dan memberi kepada orang lain.
Dia bertanya,
1. Apa
yang bisa saya berikan untuk orang lain.
Sesuai dengan kemampuan
saya?
2. Aku
mampu memberi apa untuk lingkunganku?
3. Aku
akan menyumbangkan tenaga untuk kebaikan orang lain.
Karena aku tak punya
harta.
Orang yang matang
spiritualnya sibuk ingin membantu orang lain.
Bukan sibuk ingin
mendapat bantuan dari orang lain.
4. Paham
bahwa siapa pun yang menanam pasti akan menuai hasilnya.
Yaitu paham bahwa
sekecil apa pun kebaikan yang dilakukan orang.
Maka dia pasti akan menikmati
hasilnya.
Dan sebaliknya.
Sekecil apa pun
kejahatan yang dilakukan oleh seseorang .
Dia pasti akan
menerima akibatnya.
Al-Quran surah
Az-Zalzalah (surah ke-99) ayat 7-8.
فَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Barang siapa
mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
وَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Dan barang siapa mengerjakan
kejahatan sebesar zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
5. Tak
sibuk pamer bahwa dirinya baik dan benar
Zaman ini agak berat
tak pamer kebaikan.
Sekarang zamannya
medsos, Facebook, Twitter, lnstagram, Youtube, WhatsApp, Blog.
Dan lainnya.
Semuanya itu dunia pamer.
Sehingga kita ingin
dikenal sebagai orang baik.
Medsos menambah 3
beban sekaligus, yaitu:
1. Berbuat
kebaikan.
2. Memamerkan
kebaikan.
3. lngin
kebaikan itu viral.
Rasulullah bersabda,
“Semua amal kebaikan
tergantung kepada niatnya.”
Perbuatan jelek tak
perlu dilihat niatnya.
Karena perbuatan
jelek, pasti jelek.
Apa pun niatnya.
6. Tak
sibuk mencari dukungan dan pujian orang lain
Jika kita masih ingin
dukungan dan pujian orang lain.
Artinya kita belum yakin
100 persen dengan kebenaran yang kita lakukan.
Karena masih butuh
dukungan orang lain.
Jika yakin benar, maka
tak butuh komentar apa pun.
Dipuji atau dicela orang
lain.
Hal itu tak penting.
Hidup ini adalah
ujian.
Al-Quran surah
Al-Anbiya (surah ke-21) ayat 35.
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kami kamu dikembalikan.
(Sumber Ngaji Filsafat
Dr Fahrudin Faiz)
0 comments:
Post a Comment