Thursday, September 5, 2024

36143. MANFAAT BELAJAR SIRAH NABAWI SEJARAH ANBI

 


MANFAAT BELAJAR SIRAH NABAWI SEJARAH NABI

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

Keuntungan belajar Sirah Nabawi.

Sejarah hidup Nabi Muhammad.

 

1.        Paham pribadi Nabi Muhammad.

Dalam segala sisi kehidupan.

 

2.        Mengenal fisik dan perilaku Nabi.

 

3.        Pedoman hidup sehari-hari.

Dalam keluarga dan masyarakat. Menyebarkan Islam.

 

4.        Pedoman dalam perang.

5.        Pedoman atasi masalah.

 

6.         Tahu para sahabat Nabi.

Sahabat ialah orang melihat Nabi.

 

Berinteraksi dengan Nabi.

Membela dan melindungi Nabi. 

 

Meninggal dalam kondisi Islam.

 

7.        Tahu “Asbabun Nuzul”.

Penyebab turunnya Al-Quran.

 

“Asbabun Nuzul”  yaitu peristiwa, ucapan, atau perbuatan pada masa tertentu.

Jadi jadi penyebab turunnya ayat Al-Quran.

 

8.        Tahu “Asbabul Wurud”.

 

Penyebab munculnya hadis. 

Hadis yaitu ucapan, perbuatan, atau ketetapan Nabi Muhammad.

 

Diriwiyatkan atau diceritakan oleh sahabat.

Untuk menjelaskan dan menetapkan hukum.

 

9.        Mengenal orang kafir.

ialah orang tak percaya pada Allah dan Rasul-Nya.

 

10.    Mukmin yaitu orang beriman pada Allah dan Rasul-Nya.

 

11.   Orang mukmin harus percaya semua Rasul Allah.

 

Orang Islam tak yakin Isa anak Maryam.

Sebagai Rasul Allah, maka dia kafir.

 

Siapa pun tak yakin Muhammad sebagai utusan Allah.

Maka dia kafir.

12.   Mengenal orang munafik.

Orang bermuka dua.

 

Orang bepura-pura beriman pada Islam. Tepi, sebenarnya dalam hatinya tidak.

 

Kisah Aisyah, isteri Nabi.

Dituduh selingkuh.

 

Nabi Muhammad keluar daerah.

Dalam perjalanan, perang, aau kegiatan lain.

 

Nabi ajak salah satu isterinya.

Mendampingi selama perjalanan.

 

 Nabi siap berangkat perang.

Aisyah giliran mendampingi.

 

Aisyah ikut rombongan.

 Selama perjalanan.

Aisyah duduk dalam keranda.

 

Tempat berlindung selama perjalanan. Dinaikkan di atas seekor unta.  

 

Perang selesai.

Nabi beri tanda.

Rombongan akan kembali ke Madinah.

 

Aisyah pergi agak jauh dari rombongan. Untuk melepaskan hajat.

 

Setelah selesai, Aisyah kembali.

Mendekati unta tunggangannya.

 

Ternyata, kalungnya hilang.

 Aisyah kembali ke tempat buang hajat.

 Mencari kalung yang terlepas.

Saat Aisyah kembali ke rombongan.

 

Pasukan meninggalkan lokasi. Kerandanya sudah dinaikkan di atas onta.

 

Pengawal menduga.

 Aisyah sudah di dalamnya.

 

Aisyah ketinggalan rombongan.

Tubuh Aisyah sangat ringan.

 

Para pengawal tak tahu.

Kerandanya kosong.

 

 Aisyah bertahan.

Di tempat semula.

 

Dengan harapan.

Pasukan akan kembali menjemputnya.

 

Shafwan bin Muaththal, anggota pasukan “pembersih”.

 

Bertugas menyisir pasukan.

Bertanggung jawab membawa benda apa  pun yang tertinggal.

 

 Dia  tahu Aisyah, isteri Nabi.

Di padang pasir sendirian.

 

“Inna lillahi, “kata Shafwan.

Dia merendahkan untanya.

Aisyah naik di atasnya.

 

Shafwan menuntun untanya.

Mereka tak bicara apa pun.

 

Shafwan mengejar rombongan.

Rombongan berteduh.

Di tengah hari yang terik.

 

Shafwan dan Aisyah menyusul datang.

 

 Abdullah bin Ubay, tokoh munafik Madinah.

Dapat kesempatan emas.

 

Dia sebar isu.

Aisyah, isteri Nabi.

Selingkuh dengan Shafwan.

 

Kaum muslim gempar.

Nabi Muhammad hadapi masalah pelik.

 

Selama 1 bulan wahyu tak turun.

Nabi tak ambil putusan apa pun.

 

 Siapakah Abdullah bin Ubay?

Dia kepala suku Khazraj.

 

Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Abdullah bin Ubay akan dinobatkan jadi “Raja Madinah”.

 

Menjadi orang nomor 1 di Madinah.

Nabi datang di Madinah.

 

Abdullah bin Ubay kalah pamor.

Dia batal jadi “Raja Madinah”.

 

 Sejak saat itu.

Abdullah bin Ubay jadi tokoh munafik.

 

Dia tak berani melawan Nabi.

Tapi, selalu bekerja sama dengan musuh Nabi.

 

Menjadi musuh dalam selimut.

Dia jadi tokoh munafik.

 

 Penduduk asli Madinah.

Yaitu:

1)        Suku Aus.

2)        Suku Khazraj.

 

Saad bin Muadz.

Kepala suku Aus.

 

Abdullah bin Ubay.

Kepala suku Khazraj.

 

 Suku Aus dan suku Khazraj.

Nantinya jadi kaum Ansar.

 

Pendatang dari Mekah.

Disebut kaum Muhajirin.

 

Di Madinah juga bermukim kaum Yahudi.

Yaitu:

1)        Bani Nadhir.

2)        Bani Qaynuqa.

3)        Bani Quraizhah.

 

Sejarah masuknya orang Yahudi di Madinah.

Kaisar Romawi mengusir kaum Yahudi. Mereka menuju  Madinah.

 

Menurut Taurat.

 Kitab yang mereka yakini.

 

Akan datang seorang rasul.

Di daerah perkebunan kurma.

 

 Kaum Yahudi merasa lebih cerdas daripada  penduduk Arab asli.

Mereka menguasai ekonomi.

 

Kaum Yahudi terdiri atas 3 suku utama.

1)                Nadhir.

2)                Qaynuqa.

3)                Quraizhah.

 

 Penduduk asli Madinah.

 Terdiri atas 2 kabilah bersaudara.

 

1)        Bani Aus.

2)        Bani Khazraj.

 

Bani Khazraj bersahabat dengan suku Qaynuqa.

Bani Aus berteman dengan suku Quraizhah.

 

Kelompok Yahudi sering adu domba Bani Aus dengan Bani Khazraj.

 

Kaum Yahudi sampaikan pada Bani Aus dan Bani Khazraj.

 

Rasul  baru akan muncul di Madinah.

Mereka akan mengakui rasul baru.

 

Menjadi pengikut rasul baru.

Berperang melawan suku Aus dan suku Khazraj.

 

 Rasul yang ditunggu benar-benar datang. Namun, kaum Yahudi mengingkarinya.

 

Mereka tak mengakuinya.

Tak seperti digembar-gemborkan dulu. 

 

Mengapa?

Hanya satu sebabnya.

 

Rasul baru tak berasal dari bangsa Yahudi.

 

 Aisyah masuk rumah.

Nabi duduk sendirian.

 

Aisyah belum tahu kabar beredar.

Aisyah dituduh selingkuh.

 

Aisyah merasa gundah.

Sikap Nabi berubah padanya.

 

Aisyah hendak bicara.

Nabi malah berpaling.

 

  Aisyah sakit 1 bulan.

Minta izin pada Nabi.

Untuk pulang ke rumah orang tuanya.

 

Aisyah tahu berita tersiar.

Aisyah mengurung diri.

Di rumah orang tuanya.

 

Nabi berkunjung ke rumah mertuanya. Disambut baik oleh keluarga Abu Bakar.  

 

Aisyah masih bersedih.

Nabi bersabda,

 

“Wahai Aisyah, berita itu rupanya telah sampai padamu.

 

Jika engkau masih suci, niscaya Allah akan membersihanmu.

 

Tapi, jika engkau berbuat dosa.

Bertobatlah dengan penuh penyesalan.

 

Niscaya Allah akan mengampuni dosamu.”

 

 Aisyah menjawab sambil menangis,

 

“Demi Allah, aku tahu engkau telah mendengar kabar ini.

 

Ternyata engkau mempercayainya.

Seandainya aku katakan bahwa aku tetap suci.

Niscaya  Allah tahu kesucianku.

 

Tentunya engkau tak akan mempercayaiku.”

 

 Aisyah melanjutkan,

 

“Tapi, jika aku mengakuinya.

Sedangkan Allah tahu bahwa aku tetap suci.

 

Maka engkau akan mempercayai perkataanku.

 

Aku hanya dapat mengatakan yang disampaikan Nabi Yusuf.

 

Bahwa bersabar itu lebih baik’.”

 

 Beberapa saat kemudian.

Wahyu turun kepada Nabi.

 

Aisyah dinyatakan tidak bersalah.

 

Umar bin Khattab berkata,

“Wahai Nabi, wahyu sudah datang.

 

Izinkan saya menebas leher Abdullah bin Ubay.

Dia menyebarkan berita bohong.”

 

Nabi menjawab,

 

”Wahai Umar, janganlah kamu membunuh orang munafik itu.

 

 Nanti akan beredar kabar Muhammad membunuh sahabatnya.“

 

 

Daftar Pustaka

1.        Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.

 

 

0 comments:

Post a Comment