Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label PENGERTIAN GAIB MENURUT GUS BAHA. Show all posts
Showing posts with label PENGERTIAN GAIB MENURUT GUS BAHA. Show all posts

Sunday, December 13, 2020

8044. PENGERTIAN GAIB MENURUT GUS BAHA

 


PENGERTIAN GAIB MENURUT GUS BAHA’

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 1-4.

 

 

 

الم

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

   الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

 

 

 

  Alif Laam Miim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu (Muhammad) dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Ketika membahas ayat “Alladziina yukminuuna bil ghaibi” (yaitu orang-orang yang beriman dengan yang gaib), Gus Baha menjelaskan panjang lebar kata “gaib”.

 

 

Menurut Gus Baha, kata “gaib” dalam Al-Quran berbeda dengan yang sudah mashur di Indonesia.

Gus Baha’ menjelaskan bahwa “gaib” bukan seperti dalam bahasa Indonesia.

 

 

Misalnya setan atau hantu yang selalu diidentikkan dengan gaib.

 

 

Dalam bahasa Arab, kata “gaib” adalah “lawan kata dari sesuatu yang bisa disaksikan dengan indra manusia.”

 

 

Kita orang mukmin beriman kalau surga itu ada, tetapi kita tak pernah melihat surga.

 

 

Orang mukmin tak pernah melihat neraka, tetapi yakin bahwa neraka itu ada.

 

Ini sesuatu yang tidak bisa dilihat mata dan tak pernah disentuh oleh tangan kita,” jelas Gus Baha.

 

 

Sesuatu yang gaib ini dipercaya eksistensinya dengan syarat sesuatu itu manshus.

 

 

Maksudnya secara eksplisit hal-hal gaib itu disebutkan dalam Al-Quran dan hadis.

 

 

Misalnya tentang surga dan neraka.

 

 

Gus Baha menjelaskan bahwa Allah bukan zat yang gaib seperti penjelasan para sufi.

Meskipun para ulama berbeda pendapat.

 

 

Bagi sufi, Allah tidak bisa dikatakan sebagai gaib, karena Allah itu jelas adanya.

 

 

Dalam asmaul husna, Allah disebut juga dengan “Ad-Dhahir” (Zat Yang Sangat Jelas)

 

 

Contohnya begini, orang yang melihat mobil mewah dan pesawat terbang canggih, pasti yakin pembuatnya orang yang hebat.

 

 

Kita tidak perlu ketemu atau melihat pembuat pesawatnya.

 

 

Tetapi kita sudah langsung yakin bahwa yang membuat pesawat itu pasti orang hebat.

 

 

Tanpa ada keraguan.

 

 

Akal kita pasti meyakini itu,” tutur Gus Baha.

Pembuatan pesawat terbang canggih, dapat dijadikan model cara berpikir untuk mengetahui Tuhan.

 

 

 

“Nah, kita melihat langit, bumi, matahari, semuanya tertata rapi.”

 

 

 

Air dengan segala fungsinya, tanaman, oksigen dan lain-lainnya.

 

 

Meskipun kita tidak pernah melihat Tuhan, akal dan nulari kita pasti mengatakan bahwa yang membuatnya adalah Zat yang Super Bijak dan Super Bjaksana.

 

 

Sehingga di dalam “asmaul husna”,  Allah disebut dengan ad-Dhahir.

 

 

Ad-Dhahir artinya Zat Yang Sangat Jelas.

 

 

Nah, alam raya ini, kata Gus Baha, disebut sebagai bukti eksistensi Tuhan.

 

Sehingga kata gaib yang bisa dijadikan contoh adalah neraka dan surga.

 

 

Gus Baha menyebutkan, Imam Sibawayh pakar ilmu nahwu mengatakan a’raful ma’aarif, Allah.

 

 

Artinya di alam semesta ini yang paling mudah dikenali adalah Allah.

 

 

 

Misalnya, kita hidup sendirian di hutan.

 

 

Kemudian kita mulai punya akal, kita mungkin tidak tahu diri kita ini siapa.

1.      Tetaapi kita akan menyimpulkan bahwa kita tidak bisa menciptakan diri kita sendiri.

 

Sehingga kita mengambil kesimpulan, pasti ada yang menciptakan.

 

 

Maka, sifat pencipta ini dikenalkan pertama kali kepada Rasulullah, yaitu “Iqra’ bismi rabbikalladzii khalaq”.

 

 

Muhammad, bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu!

 

 

 

Sifat sebagai Pencipta ini agar dikenalkan kepada umat-Nya.

 

 

 

Sifat Tuhan yang paling mudah dikenali adalah sifat Pencipta.

 

Manusia pada satu waktu pasti akan berpikir.

 

 

Siapa yang mampu   menciptakan bumi, langit, matahari, alam semesta, dan isinya yang semuanya sempurna, teratur, dan presisi, kalau bukan Zat yang Maha Pencipta?

 

(Sumber: internet Gus Baha’)