SOLUSI
MENGATASI MASALAH HIDUP SEHARI-HARI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala
SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagai manusia biasa, kita pasti tidak akan luput dari masalah
atau persoalan hidup. Kalau kita cermati dengan seksama. Dalam menghadapi
masalah atau persoalan yang hampir sama. Ternyata sikap kita berbeda-beda. Tidak
sama. Ada orang yang menjadi panik, bingung, gugup, takut, dan stres. Tetapi, ada pula yang tetap tenang
dan adem ayem saja. Hal ini, dapat disimpulkan, bahwa masalah sebenarnya bukan
terletak pada masalahnya. Bukan pada persoalannya. Tetapi, pada sikap kita
dalam menghadapi masalah tersebut.
KH. Abdullah
Gymnastiar, pendakwah berasal dari Bandung. Mencoba memberikan resep dalam menghadapi
masalah atau persoalan sehari-hari.
Pertama, siap. Yaitu siap menghadapi sesuatu yang sesuai
dengan keinginan kita. Juga, bersedia menerima kenyataan yang tidak cocok
dengan harapan kita. Sebagai manusia biasa, kita memang harus mempunyai
cita-cita. Memiliki keinginan yang benar
dalam kehidupan ini. Bahkan, kita harus gigih berikhtiar. Berusaha sekuat
pikiran dan tenaga untuk mencapai yang terbaik. Dalam kehidupan kita di dunia
dan akhirat. Tetapi bersamaan dengan itu, kita harus sadar, Insaf, dan tahu diri. Manusia hanya makhluk yang amat
terbatas.
Dalam kehidupan
ini. Sering terjadi sesuatu di luar kemampuan kita. Kita tidak mampu
mencegahnya. Tak kuasa menolaknya. Jika kita salah bersikap, maka kita akan
kecewa. Penuh keluh kesah. Hati menjadi kacau dan bancuh. Pikiran kusut tidak
karuan. Sungguh rugi, karena hidup di
dunia hanya sekali. Kejadian yang tidak terduga pasti akan terjadi lagi. Manusia
boleh mempunyai rencana. Allah Yang Mahakuasa juga memiliki rencana. Yakinlah,
yang pasti terjadi adalah rencana Allah.
Yang menarik,
kita sering marah dan kecewa dengan suatu peristiwa. Tetapi setelah waktu
berlalu, ternyata kejadian tersebut sangat menguntungkan. Membawa hikmah yang
besar. Bahkan lebih baik daripada yang diharapkan. Percayalah, bahwa desain dan
rancangan Allah Yang Mahahebat pasti lebih indah dan mengagumkan.
Alkisah, seorang
penjual tahu berangkat dini hari. Dari rumahnya di desa. Setelah salat Subuh. Dia berjalan
kaki melewati pematang sawah. Memanggul dagangannya. Ketika di pematang sawah,
tiba-tiba pikulannya patah. Tampah berisi tahu di pikulan sebelah kiri masuk ke
sawah. Yang sebelah kanan terbenam ke dalam kolam. Betapa kaget, sedih, dan
merasa sangat sial. Belum berjualan modal sudah habis. Terbenam ke dalam lumpur.
Dengan murung, kecewa, dan bercampur marah. Dia kembali ke rumah.
Tetapi dua jam
kemudian, datanglah berita yang sangat mengejutkan. Kendaraan yang ditumpangi
para penjual tahu, mengalami musibah kecelakaan. Semua penumpangnya mengalami
cedera berat, bahkan ada yang meninggal dunia. Hanya seorang penjual tahu yang
selamat. Yang biasanya naik kendaraan tersebut. Yaitu dirinya. Subhanallah.
Maha Suci Allah. Dua jam sebelumnya, patah pikulan dianggap kesialan. Nasib
yang amat buruk. Tetapi, dua jam kemudian patah pikulan dianggap kemujuran luar
biasa.
Jadi, dalam
menghadapi kegiatan apapun. Mari kita sempurnakan niat dan ikhtiar. Tetapi,
bersamaan dengan itu, marilah kita siapkan hati kita. Untuk menerima apa pun
yang terbaik menurut Allah Yang Mahamulia.
Kedua, rida. Yaitu
rela, suka, senang hati, dan ikhlas menerima sesuatu yang sudah terjadi. Meskipun
kita marah dan kecewa. Kenyataannya sudah terjadi. Jadi, rela atau tidak rela terbukti
sudah terjadi. Lebih baik kita rela saja menerimanya. Sikap ikhlas atau rela
ini hanya amalan dalam hati. Kita menerima kenyataan yang sudah terjadi, tetapi
pikiran dan tubuh kita wajib berusaha memperbaiki kenyataan. Dengan cara yang
diridai Allah Yang Mahaadil. Kondisi hati yang tenang ini sangat membantu
proses ikhtiar. Menjadi positif dan optimal.
Mengapa? Orang
yang stres adalah orang yang tidak siap mental. Tidak mau menerima kenyataan
yang ada. Pikirannya selalu tidak sesuai dengan kenyataan. Sibuk menyesali
sesuatu yang sudah tidak ada. Mengharapkan yang tidak mungkin terjadi. Sungguh
sengsara yang dibuat sendiri. Jadi, hati kita harus rela menerima kenyataan apa
pun yang sudah terjadi. Sambil berusaha memperbaiki kenyataan pada jalan yang
diridahi Allah Swt. Swt. kependekan dari “Subhanahu wa taala.” Yang bermakna
“Mahasuci lagi Mahatinggi.”
Ketiga, jangan
mempersulit diri. Allah berfirman dalam Alquran surah Alam Nasrah. Surah ke-94
ayat 5 dan 6. “ Sesungguhnya, bersama kesulitan itu ada kemudahan.” Sampai dua
kali Allah Swt. menyampaikan janji-Nya. Tidak mungkin dalam hidup ini terus
menerus dalam kesusahan. Dunia ini bukan neraka. Juga, tidak mungkin dalam hidup
ini selamanya mudah dan lapang. Dunia ini bukan surga.
Karena itu, dalam
menghadapi persoalan hidup. Dalam menghadapi masalah. Jangan membesar-besarkan.
Jangan mempersulit diri. Hal ini, akan menambah masalah menjadi lebih seram. Tampak
Lebih ngeri daripada kenyataan sebenarnya. Yakinlah, bahwa Allah Yang Mahateliti
pasti telah mengukur ujian yang menimpa kita. Pasti sesuai dengan takaran yang
tepat dan presisi. Sesuai dengan keadaan dan kemampuan kita.
Keempat, evaluasi
diri. Yaitu menilai diri kita sendiri. Hidup ini laksana suara gaung di
pegunungan. Apa yang kita bunyikan, suara itu akan kembali kepada diri kita
sendiri. Segala yang terjadi adalah hasil perilaku yang kita kerjakan. Allah
berfirman dalam Alquran surat Alzalzalah. Surat ke-99 ayat 7 dan 8. “Siapa saja
yang megerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat balasannya. Siapa saja
yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat balasannya.”
Misalnya, sebuah
kerikil mengenai kening kita. Kita harus rela. Kita pun harus merenung, mengapa
Allah Swt. menimpakan kerikil ke kita. Lapangan sangat luas. Kepala begitu
kecil. Mungkin itu peringatan bahwa kita sering lupa bersujud. Atau sujud kita
lalai dari mengingat-Nya. Allah Swt. tidak mungkin menciptakan sesuatu dengan
sia-sia. Pasti ada hikmahnya. Jangan kita terjebak hanya menyalahkan orang
lain.
Sikap emosi hanya memberikan sedikit nilai tambah bagi pribadi kita. Bahkan
bisa menimbulkan masalah baru. Jadi, marilah kita jadikan setiap masalah untuk
mengevaluasi diri. Memperbaiki diri kita.
Kelima, hanya
Allah penolong kita. Allah berfirman dalam Alquran surah Attalak. Yang bermakna
“perceraian”. Surat ke-65 ayat 2 dan 3. “Siapa saja yang bertakwa kepada Allah.
Akan diberikan jalan keluar dari setiap
urusannya. Diberi rezeki dari arah yang tidak diduga. Siapa saja yang bertakwa kepada
Allah. Akan dicukupi segala keperluannya”.
Sesungguhnya, segala sesuatu bisa terjadi. Berupa nikmat atau musibah. Hanya
dengan izin Allah Swt. Meskipun manusia dan jin bergabung untuk menjanjikan
sesuatu, tidak akan pernah berhasil. Apabila Allah Swt. tidak mengizinkan. Oleh karena itu,
manusia paling bodoh yang berharap dan takut kepada selain Allah Swt.
Jadi, hanya Allah
Swt. penolong kita. Manusia hanya berasal (maaf) setetes sperma. Berjalan kemana-mana
membawa kotoran dalam perutnya. Kelak ujungnya akan menjadi bangkai. Pendek
kata, kita jangan takut menghadapi masalah. Tetapi, takutlah tidak mendapat
pertolongan dari Allah Swt.
Dengan lima
pedoman. Yaitu siap, rida, jangan mempersulit diri, evaluasi diri, dan hanya
Allah Swt. penolong kita. Semoga membuat masalah yang ada menjadi jalan
pendidikan. Agar kita semakin dewasa. Meluaskan
pengalaman. Juga, Melipatgandakan pahala. Amin.
0 comments:
Post a Comment