TANPA BUDAYA MANUSIA
GERSANG
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Al-Quran surah Al-Haqqah (surah ke-69) ayat
5-6.
فَأَمَّا
ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ
صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ
Adapun kaum Tsamud maka mereka telah
dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. Adapun kaum Ad maka mereka telah
dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang.
Al-Quran
surah Al-Haqqah (surah ke-69) ayat 5-6 menginformasikan Allah membinasakan kaum
Ad dan kaum Tsamud yang durhaka dengan gempa dahsyat dan topan sangat dingin.
Adanya
gempa dan topan pada zaman tersebut sulit disangkal lagi.
Para
ahli arkeologi telah membuktikan bahwa di sekitar Lembah Yordania dan Pantai
Laut Merah, tempat kedua kaum itu berdomisili memang pernah terjadi peristiwa
seperti yang dikisahkan dalam Al Quran.
Adanya perbedaan perlakuan Allah terhadap umat
dahulu dan umat masa kini, karena perbedaan tingkat kemampuan akal manusia.
Para nabi terdahulu dilengkapi oleh Allah
dengan mukjizat yang bersifat inderawi untuk membuktikan kebenarannya, karena
akal masyarakat ketika itu membutuhkannya.
Mukjizat pada zaman dahulu tujuannya untuk
membujuk mereka, seperti anak kecil yang perlu dibujuk dahulu, agar dia mau
makan atau menelan obat.
Tetapi ketika manusia telah mencapai
kedewasaan akalnya, bukan hanya mukjizat yang bersifat inderawi yang dihapuskan,
bahkan tidak perlu adanya Nabi lagi.
Petunjuk dalam Al-Quran bersifat umum, karena
akal manusia dinilai telah mampu memperhatikan dan mempelajari petunjuk untuk menemukan
kebenaran dan kebahagiaan sejati.
Perkembangan pemikiran
manusia:
1) Menafsirkan
gejala alam dengan mengaitkan secara langsung kepada Tuhan, dan inilah contoh
budaya mereka.
2) Penafsiran
metafisika.
3) Penafsiran
ilmiah.
Sangat beralasan jika tahap awal, Tuhan
menunjukkan wujud-Nya dengan hal yang terjangkau pemikiran manusia pada zamannya.
Zaman
sekarang masa kedewasaan akal manusia.
Tuhan
tidak lagi memperlakukan manusia seperti zaman dahulu.
Kedewasaaan
akal manusia telah sampai kepada kesimpulan bahwa pasti ada hukum yang mengatur
fenomena alam.
Pada
zaman sekarang, kebudayaan tetap dibutuhkan manusia.
Kenyataan
menunjukkan putra-putri milenial merasa ada “sesuatu” yang kurang dalam
kehidupan mereka, jika hanya mengandalkan ilmu pengetahuan saja.
Kekurangan
itu perlu diisi sastra, seni, musik, kebatinan, dan tasawuf.
Hal
itu menunjukkan penafsiran ilmiah semata tidak cukup.
Manusia
butuh sesuatu yang berkaitan dengan jiwanya.
Manusia
butuh iman, meskipun iman tidak dapat mengambil posisi ilmu pengetahuan yang
memperkenalkan fenomena alam dan hukumnya.
Manusia
harus beriman kepada Allah, sambil meyakini adanya hukum alam yang ditetapkan
oleh Allah.
Ketetapan
Allah bersifat pasti dan tidak berubah.
Al-Quran
surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 62.
سُنَّةَ
اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ ۖ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ
تَبْدِيلًا
Sebagai sunah Allah
yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu
sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.
Para ulama punya semboyan:
1) Iman
yang didampingi ilmu akan menghindarkan jiwa manusia dari pencemaran dan
takhayul.
2) Ilmu
tanpa budaya akan membuat hidup manusia menjadi gersang.
3) Ilmu
tanpa iman adalah senjata berbahaya yang dipegang para penjahat.
Daftar Pustaka
1. Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan,
1994.
2. Shihab,
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan
Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com
online

0 comments:
Post a Comment