Saturday, March 6, 2021

8865. TAK ADA KATA AGAMA PADA PETA PENDIDIKAN NASIONAL 2035

 


TAK ADA KATA AGAMA PADA PETA PENDIDIKAN NASIONAL 2020-2035

Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

 

Muhammadiyah Tak Temukan Kata ‘Agama’ di Peta Pendidikan Nasional 2020-2035

 

 

 

 

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyoroti hilangnya frasa “agama” dalam Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035 yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). 

 

 

 

 Pernyataan Haedar ini disampaikan dalam forum FGD Peta Jalan Pendidikan Kemendikbud yang diadakan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen), Senin (01/03/2021).

 

 

 

Haedar mengatakan Mendikbud telah melawan Konstitusi (inkonstitusional).

 

 

 

 

Karena merunut hierarki hukum, produk turunan kebijakan seperti peta jalan tidak boleh menyelisihi peraturan di atasnya.

 

 

 

 

 

Yaitu: Peraturan Pemerintah, UU Sisdiknas, UUD 1945 dan puncaknya adalah Pancasila.

 

 

“Saya bertanya, hilangnya kata agama itu alpa atau sengaja?

 

 

 

Oke kalau Pancasila itu dasar (negara), tapi kenapa budaya itu masuk?” tanya Haedar Nashir sebagaimana dimuat di laman resminya, muhammadiyah.or.id.

 

 

 

 

 

Ketum PP Muhammadiyah itu menuturkan pedoman wajib di atas Peta Jalan Pendidikan Nasional yaitu ayat 5 Pasal 31 UUD 1945.

 

 

 

 

 

Poin pertama Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menjelaskan secara eksplisit bahwa agama sebagai unsur integral di dalam pendidikan nasional.

 

 

 

 

“Kenapa Peta Jalan yang dirumuskan oleh Kemendikbud kok berani berbeda dari atau menyalahi pasal 31 UUD 1945.

 

 

 

 

Kalau orang hukum itu mengatakan ini Pelanggaran Konstitusional.

 

 

 

 

 

Tapi kami sebagai organisasi dakwah kalimatnya ‘tidak sejalan’ dengan Pasal 31,” kritik Haedar.

 

 

 

 

 

“Jadi ini yang sering mengundang tanya.

 

 

 

Tim perumusnya lupa, sengaja, atau memang ada pikiran lain.

 

 

 

 

Sehingga agama menjadi hilang,”tanyanya lagi.

 

 

 

 

Menurut Haedar, ini masalah serius yang perlu menjadi perhatian pemerintah Indonesia.

 

 

 

“Nah, problem ini adalah problem serius menurut saya yang perlu dijadikan masukan penting bagi pemerintah.

 

 

 

Agar kita berpikir bukan dari aspek priomordial.

 

 

 

 

Tapi berpikir secara konstitusional.

 

 

 

 

 

Karena itu sudah tertera langsung dalam pasal 31 UUD 1945 tanpa perlu interpretasi,” jelasnya.

 

 

 

Haedar yang Guru Besar Sosiologi memandang hilangnya frasa “agama” sebagai acuan nilai berdampak besar pada aplikasi dan ragam produk kebijakan di lapangan.

 

 

 

 

“Jika aman tidak ada masalah.

 

 

 

 

Tapi jika ada problem berarti kita mengawetkan sampai 20 tahun ke depan,” imbuh Haedar.

 

 

 

Diketahui, Visi Pendidikan Indonesia 2035 berbunyi,

 

 

 

“Membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila.”

 

 

 

 

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan meski masih dalam tahap penyusunan.

 

 

 

 

Dia menilai proses penyusunan Peta Jalan Pendidikan dilakukan secara tertutup.

 

 

1.              Proses penyusunan sebagai ‘sembunyi-sembunyi’.

 

Termasuk tidak dilibatkannya BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) Kemendikbud dan partisipasi publik.

 

2.      Tidak ditemukannya kata “agama” dalam draf rumusan paling mutakhir tanggal 11 Desember 2020.

 

 

Terutama hilangnya frasa “agama” dari Visi Pendidikan Indonesia 2035.

 

 

 

Sebelumnya, dirumuskan Peta Jalan untuk memudahkan pengejawantahan salah satu tujuan nasional dalam Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945.

 

 

 

Yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

 

 

 

 

(Sumber internet)

0 comments:

Post a Comment