Thursday, March 16, 2023

17146. SEKOLAH MUHAMMADIYAH NTT PAPUA 80 PERSEN NON MUSLIM

 



SEKOLAH MUHAMMADIYAH NTT PAPUA 80 PERSEN NON MUSLIM

Oleh:  Drs. HM Yusron Hadi,MM

 

 

 

 

 

Haedar Nashir:

Tidak politik identitas.

 

 Tapi datangi pesantren.

Rebut hati santri.

 

Ketua Umum Muhammadiyah.

 Haedar Nashir.

 

Mengkritik pihak.

Melakukan dikotomi.

Berdasar politik identitas.

 

Tapi dipakai .

Merebut kelompok santri.

 

Hal itu.

Pemecah belah.

 

1)        Yang ini politik identitas.

2)        Yang itu tidak politik identitas.

 

Padahal semuanya.

Punya identitas.

 

1)        Ada yang ditampilkan.

2)        Ada yang disembunyikan.

 

 Kami paham.

Teori politik tentang:

 

1)        Front stage.

2)        Back stage.

 

Apa yang ada di depan.

Dan apa yang di belakang,” kata Haedar.

 

Dalam peresmian

Rumah Sakit Umum.

 

 Universitas Muhammadiyah.

Jember, Jawa Timur.

 

Sabtu (11/3/2023).

 

Mengaku tak pakai politik identitas.

Tapi tokoh dan kekuatan politik.

Datang ke pesantren.

 

Padahal itu.

Politik identitas sebenarnya.

 

Ingin rebut hati kaum santri.

Politik demokrasi kita.

 

Cenderung membelah.

Dan memecah belah,” kata Haedar.

 

Haedar mengatakan.

Umat Islam dihadapkan.

 

Pada politik.

Membuat terpecah.

 

Rakyat dan bangsa Indonesia.

Sadar hak dan demokrasi.

 

Tapi pada saat sama.

Mereka seperti rumput kering.

 

Yang mudah terbakar.

Dalam hal persatuan.

 

Menurut Haedar.

1)        Bhinneka tunggal ika.

2)        Pancasila.

 

Saat ini lebih jadi retorika.

 

 Isu soal:

1)        Radikal.

2)        Intoleransi.

 

Begitu menarik.

Jadi isu para tokoh agama.

 

Realitas hidup kita di luar itu.

Seperti gunung es.

Tak terjangkau oleh kita,” katanya.

 

Muhammadiyah ingin.

Umat Islam dan bangsa Indonesia.

 

Tak berhenti.

Pada isu itu.

 

“Jangan-jangan isu itu.

Memecah belah kita juga.

 

Karena umat dipecah belah:

1)        Yang ini radikal.

2)        Yang itu tidak radikal.

 

3)        Yang ini toleran.

4)        Yang itu  tidak toleran,” kata Haedar.

 

“Kesadaran persatuan.

Penting jadi komitmen bersama.

 

Termasuk Muhammadiyah.

Yaitu:

 

1)        Mewujudkan persatuan tulus.

2)        Persatuan objektif rasional.

 

Tapi harus paham.

Bangsa besar dan majemuk.

Sulit betul-betul utuh.

 

Maka disebut pluralis.

Atau bhinneka.

 

Seperti air dan minyak.

Air dan minyak.

Susah disatukan.

 

Tapi kita punya sistem.

Yang membuat kita bersatu,” kata Haedar.

 

Haedar berharap.

Bahwa tiap umat agama.

 

Bisa saling menghormati.

Dalam perbedaan.

 

Hal itu.

Disebut   :
Persatuan Dewasa.

 

Sistem ini harus dibangun.

Sebab jika hal fisik saja.

 

Jika ada hal fundamental.

Maka kita tak bisa menjaga,” katanya.

 

Misalnya.

Ada rumah ibadah.

 

Tidak bisa berdiri.

Berita ke internasional.

 

Padahal hal yang sama.

Terjadi di tempat lain.

 

Kelompok agama mayoritas.

Tak mudah bikin rumah ibadah.

 

 Maka kita butuh:

1)        Mekanisme.

2)        Sistem.

3)        Aturan.

 

Agar kita jadi dewasa,” kata Haedar.

 

Pranata menyatukan.

1)        Rumah sakit.

2)        Sekolah.

 

3)        Perguruan tinggi.

4)        Lembaga social.

 

Sebenarnya menyatukan bangsa.

 

 “Lewat rumah sakit.

Semua orang bisa hadir.

 

Muhammadiyah.

Dengan keterbatasan.

 

Bisa hadirkan:

1)        Rumah sakit.

2)        Sekolah.

3)        Lembaga lain.

 

Hal itu.

Menyatukan,” katanya.

 

Milik Muhammadiyah.

1)        Sekolah.

2)        Perguruan tinggi.

 

Berada di:

1)        Papua.

2)        NTT.

 

Mayoritas 80 persen.

Agama non lslam.

 

Perguruan tinggi dan sekolah.

Milik Muhammadiyah.

 

Di Nusa Tenggara Timur dan Papua.

Muridnya mayoritas non lslam.

 

 Muhammadiyah.

Diterima rakyat.

Di 2 wilayah itu.

 

Hal itu.

Wujud membangun budaya.

Dan bhinneka tunggal ika.

 

Lewat pranata sosial, pendidikan, dan kesehatan.

 

Muhammadiyah.

Ikut sumbangsih.

Bagi integrasi nasional,” kata Haedar.

 

“Sejatinya bangsa kita.

Punya kekuatan kultural.

Yang bagus untuk bersatu.

 

Tapi karena:

1)        Isu politik tak terkendali .

 

2)        Tak ada teladan.

Dari para elite berbagai lapisan.

 

3)        Sistem belum mapan.

 

Kita sering hadapi situasi rawan.

Dalam relasi sosial kita,” kata Haedar.

 

Haedar ajak seluruh:

1)        Organisasi Islam.

2)        Organisasi lainnya.

 

Untuk membangun bangsa Indonesia.

 

“Insya Allah dengan:

1)        Kebersamaan.

2)        Dalam berbedaan .

 

Kita bisa jadi penopang kuat Indonesia,” katanya. 

 

 

(Sumber berita jatim)

0 comments:

Post a Comment