Monday, May 8, 2023

17832. CAPRES KE PESATREN BUKTI POLITIK IDENTITAS

 

 



CAPRES KE PESANTREN BUKTI POLITIK IDENTITAS

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

Ketua Umum Muhammadiyah.

Haedar Nashir.

 

Kritik pihak dikotomi politik identitas.

 

Tapi dipakai rebut kelompok santri.

 

Ada yang menolak politik identitas.

Padahal semua punya identitas.

 

Ada yang identitasnya ditampilkan.

Tapi ada yang disembunyikan.

 

Kami ini paham teori politik.

Soal front stage dan back stage.

 

Yaitu apa yang ada di depan.

Apa yang di belakang,” kata Haedar.

 

Peresmian Rumah Sakit Umum

Universitas Muhammadiyah.

 

Kabupaten Jember.

Jawa Timur.

Sabtu (11/3/2023).

 

Mengaku tak politik identitas.

Tapi semua tokoh.

 

Semua kekuatan politik.

Datang ke pesantren.

 

Padahal itu politik identitas.

Yang sebenarnya.


karena ingin rebut hati kaum santri.

 

Jadi akhirnya apa?

Politik demokrasi kita.

Cenderung memecah rakyat,” kata Haedar.

 

Umat Islam dihadapkan pada situasi politik.

Yang buat terpecah.

 

Ada kesadaran politik.

Soal hak dan demokrasi.

 

Tapi pada saat sama.

Mereka seperti rumput kering.

Mudah terbakar.

 

Menurut Haedar.

1)                Bhinneka Tunggal lka.

2)                Pancasila.

 

Saat ini.

Hanya jadi retorika.

 

Muhammadiyah ingin umat Islam.

Dan bangsa Indonesia.

Tak terpecah.

 

Rakyat jangan dipecah:

 

1)        Yang ini radikal.

2)        Yang itu tak radikal.

 

3)        Ini toleran.

4)        Itu tak toleran.




Akhirnya umat dipecah belah:

ini radikal, ini tidak radikal;

 ini toleran, ini tidak toleran,” kata Haedar.

 

“Kesadaran persatuan.

Penting jadi komitmen kita bersama.

 

Termasuk Muhammadiyah.

Agar wujud persatuan tulus.

 

Persatuan dalam koridor.

Lebih objektif rasional.

 

Bangsa besar dan majemuk.

Tak bisa betul-betul utuh.

 

Ini harus dipahami.

Disebut pluralis.

 

Atau bhinneka.

Seperti air dan minyak.

 

 Air dan minyak .

Susah disatukan.

 

Tapi kita punya sistem.

Membuat kita bersatu,” kata Haedar.

 

Haedar berharap.

Bahwa tiap umat agama.

 

Sadar saling menghormati.

Dalam perbedaan.

Yaitu persatuan dewasa.

 Sistem ini harus dibangun.

 

Contohnya.

1)        Rumah sakit.

2)        Sekolah.

 

3)        Perguruan tinggi.

4)        Lembaga social.

 

Pranata menyatukan bangsa.

 

“Lewat rumah sakit.

Semua orang hadir bersama.

 

Muhammadiyah hadirkan.

Rumah sakit, sekolah.

 

Dan lembaga pendidikan lain.

Hal itu menyatukan,” katanya.

 

Sekolah dan Perguruan tinggi.

Milik Muhammadiyah.

1)                Nusa Tenggara Timur.

2)                Papua.

 

Mayotitas  agama non Islam.

 

Muhammadiyah diterima.

Oleh rakyat.

 

Muhammadiyah ikut beri sumbangsih.

Bagi integrasi nasional,” kata Haedar.

 

Bangsa kita.

Punya kekuatan kultural bagus.

 

Untuk bersatu.

 

Tapi tak ada teladan pimpinan.

 

Haedar ajak semua.

Membangun bangsa Indonesia.

 

“Insya Allah bersamaan dan berbedaan.

Jadi penopang kuat Indonesia,” katanya.

 

 

(Sumber muhammadiyah)

 

0 comments:

Post a Comment