BID’AH TIDAK SELALU SESAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang pendapat bahwa bid’ah tidak
selalu sesat?” Syekh Abdul Somad, Lc.
M.A. menjelaskannya.
1. Terdapat hadis Nabi Muhammad yang menjelaskan
bahwa semua bid’ah adalah sesat, apakah maksudnya?
2. Imam Nawawi menjelaskan tentang sabda
Rasulullah, “Semua bid’ah adalah
sesat.”.
3. Kalimat ini bersifat umum, apabila dikhususkan,
maka maksudnya adalah,“Pada umumnya bid’ah adalah sesat.”
4. Imam Izz bin Abdissalam membagi bid’ah
menjadi lima bagian, karena bid’ah adalah perbuatan yang tidak pernah dilakukan
pada zaman Rasulullah.
a. Bid’ah wajib,
b. Bid;ah haram.
c. Bid’ah mandub (anjuran).
d. Bid’ah makruh.
e. Bid’ah mubah (pilihan bebas).
5. Cara mengetahuinya dengan menimbang bid’ah
tersebut dengan kaidah syariat Islam.
a. Jika bid’ah tersebut masuk dalam kaidah
wajib, maka termasuk bid’ah wajib.
b. Jika termasuk dalam kaidah haram, maka termasuk
bid’ah haram.
c. Begitu seterusnya.
6. Jika
termasuk dalam kaidah mubah, maka masuk bid’ah mubah.
a. Contoh bid’ah wajib adalah mempelajari
ilmu nahwu (tata bahasa Arab) untuk memahami Al-Quran dan sabda Nabi Muhammad.
7. Dikatakan sebagai bid’ah wajib karena
belajar memahami ilmu nahwu (tata bahasa Arab) adalah wajib untuk menjaga
syariat Islam.
8. Syariat Islam harus selalu dijaga dengan
memahami bahasa Al-Quran, yaitu dengan cara memahami bahasa Arab.
9. Contoh bid’ah lainnya adalah berikut ini.
a. Menghafal “gharib” (kata-kata asing) yang
terdapat dalam Al-Quran dan hadis Nabi.
b. Menyusun ilmu Ushul Fiqh.
c. Pembahasan “Jarh wa Ta’dil” untuk
membedakan sahih dan “saqim” (mengandung penyakit).
10. Menjaga syariat Islam adalah “fardu
kifayah” (kewajiban kelompok), artinya harus
ada orang Islam yang melakukannya.
11. Harus terdapat orang atau beberapa orang Islam
yang berusaha menjaga syariat Islam agar tetap berlangsung selamanya.
12. Menurut Imam Izz bin Abdissalam, contoh bid’ah
haram adalah berikut ini.
a. Mazhab “qadariyah” (tidak percaya kepada
takdir).
b. Mazhab “jabariyah” (berserah kepada
takdir).
c. Mazhab “mujassimah” (menyamakan Allah
dengan makhluk).
13. Contoh bid’ah mandub (anjuran) menurut
Imam Izz bin Abdissalam adalah berikut ini.
a. Membangun sarana prasarana agama Islam.
b. Membangun sekolah dan pondok pesantren.
c. Perbuatan baik lainnya yang belum belum
pernah ada pada zaman Nabi Muhammad, sahabat, dan generasi terdahulu.
14. Contoh bid’ah makruh menurut Imam Izz bin
Abdissalam.
a. Memberikan hiasan dan asesoris yang indah
pada tempat ibadah, musolla, masjid, dan mushaf Al-Quran
b. Tetapi melantunkan ayat-ayat Al-Quran,
sehingga lafaznya berubah dari kaidah bahasa Arab, termasuk bid’ah haram.
15. Contoh
bid’ah mubah (boleh) menurut Imam Izz Abdisslam.
a. Bersalaman dengan sesama jamaah setelah
selesai melaksanakan salat.
b. Jemaah laki-laki bersalaman dengan
laki-laki, dan jemaah wanita bersalaman dengan wanita adalah mubah (boleh).
16. Imam Nawawi menyetujui pembagian bid’ah menjadi
lima bagian yaitu wajib, mandub, haram, makruh, dan mubah.
17. Contoh bid’ah wajib menurut Imam Nawawi adalah
menyusun dalil dari Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad untuk menjawab dan menolak
argumentasi orang kafir, ateis, LGBT, pelaku bid’ah dan sejenisnya.
18. Contoh bid’ah mandub (anjuran) menurut
Imam Nawawi adalah menyusun kitab-kitab ilmu, membangun sekolah, pesantren,
sarana prasarana agama Islam, membuat website Islam di internet, dan tempat
peneyebaran Islam lainnya.
19. Contoh bid’ah mubah (boleh) menurut Imam
Nawawi adalah menikmati berbagai jenis makanan, minuman, dan lainnya yang
menyenangkan.
Daftar Pustaka
1.
Somad,
Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
2.
Somad,
Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
3.
Somad,
Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer, 2017.
4.
Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment