MAKNA MUTASYABIHAT TASYBIH DAN TAJSIM
Oleh: Drs. H. M. YusronHadi,
M.M
Mutasyabihat artinya masih samar-samar dan tak
bisa dipahami secara tekstual.
Tasybih adalah menyerupakan Allah dengan
makhluk.
Tajsim adalah menjasmanikan wujud Allah.
Ayat Al-Quran dan hadis Nabi yang “mutasyabihat”.
Karena maknanya masih samar-samar.
Dan tidak bisa dipahami secara tekstual.
Jika dipahami secara tekstual.
Maka terjerumus kepada “tasybih”.
Yaitu menyerupakan Allah dengan makhluk.
Dan “tajsim”.
Yaitu menjasmanikan wujud Allah.
Al-Quran surah Thaha (surah ke-20) ayat 5.
الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah,
Yang bersemayam di atas `Arsy.
Jika ayat ini dipahami secara tekstual.
Maka kita menyamakan Allah dengan manusia yang duduk di atas kursi.
Maha Suci Allah dari sifat seperti itu.
Al-Quran surah Asy-Syura (surah ke-42) ayat 11.
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari
jenis kamu sendiri pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar dan Melihat.
ۚ لَيْسَ
كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan
Allah, dan Allah Yang Maha Mendengar
dan Melihat.
(Qs. Asy-Syura [42]: 11).
Para ulama sejak zaman sahabat, tabi’in, dan tabi’at tabi’in.
Hingga sampai saat ini dalam memahami ayat mutasyabihat .
Yang artinya samar-samar memakai 2 metode, yaitu:
1.
Tafwidh.
2.
Takwil.
METODE TAFWIDH
Yaitu menyerahkan maknanya
kepada Allah.
Al-Quran surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 7.
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ
هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي
قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ
وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ
وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ
رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Dia
Allah yang menurunkan Al Kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat
yang muhkamaat, itu pokok-pokok isi Al Quran dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,
maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat untuk menimbulkan
fitnah untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya
melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan
kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang berakal.
METODE TAKWIL
Yaitu dengan cara menakwilkan ayat mutasyabihat.
Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 51.
الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ
هَٰذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ
(Yaitu) orang-orang yang
menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah
menipu mereka. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka me lupakan pertemuan
mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat
Kami.
Kalimat :
“Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka seperti mereka
melupakan pertemuan mereka dengan hari ini”.
(Qs. Al-A’raf [7]: 51).
Ayat ini tidak dapat dipahami secara tekstual.
Karena tidak mungkin Allah punya sifat lupa.
Al-Quran surah Maryam (ayat ke-19)ayat 64.
Menyatakan Allah tidak akan lupa.
وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ ۖ لَهُ مَا بَيْنَ
أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا
Dan tidaklah kami (Jibril)
turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di
hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.
Abdullah bin Abbas melakukan takwil terhadap ayat mutasyabihat.
“Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka seperti mereka
melupakan pertemuan mereka dengan hari ini”.
Takwilnya adalah,
“Kami tinggalkan mereka dari
rahmat, seperti mereka meninggalkan amal untuk pertemuan pada hari ini.”
Takwil yang lain,
”Allah akan melupakan mereka dari kebaikan.
Tetapi tidak melupakan mereka dari kejahatan.”
Ayat mutasyabihat dalam Al-Quran surah Al-Qalam (surah ke-68) ayat
42.
يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلَا
يَسْتَطِيعُونَ
Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud;
maka mereka tidak kuasa.
Ayat ini tidak dapat dipahami secara tekstual.
Bagaimana mungkin betis Allah
disingkapkan.
Lalu manusia diperintahkan untuk bersujud.
Abdullah bin Abbas menakwilkan ayat mutasyabihat ini.
Maksudnya adalah,
”Hal yang berat dan sangat keras karena ketakutan huru-hara pada
hari kiamat.”
Ayat mutasyabihat dalam Al-Quran surah Adz-Dzariyat (surah ke-51)ayat
47.
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
Dan langit itu Kami bangun dengan
kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.
Secara tekstual, terjemah ayat ini adalah,
“Dan langit itu Kami bangun dengan tangan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar berkuasa.”
Ibnu Abbas menakwilkan ayat mutasyabihat ini,
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (kami).”
Kata “tangan” ditakwilkan dengan “kekuasaan”.
Imam Malik bin Anas menakwilkan hadis mutasyabihat.
Rasulullah bersabda,
”Sesungguhnya Allah turun pada waktu malam ke langit dunia.”
Pengertian,
”Allah turun” ditakwilkan dengan “Urusan dari Allah yang turun.”
Ayat mutasyabihat dalam Al-Qurab surah Al-Fajr (surah ke-89) ayat
22.
وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
Dan datanglah Tuhanmu; sedangkan malaikat berbaris-baris.
Imam Ahmad bin Hambal menakwilkan ayat mutasyabihat.
“Dan datanglah Tuhanmu.”
Maksudnya adalah,
“Dan datanglah balasan pahala dari Allah.”
Ayat mutasyabihat dalam Al-Quran surah A-Qashash (surah ke-28) ayat
88.
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ ۘ لَا إِلَٰهَ إِلَّا
هُوَ ۚ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ
تُرْجَعُونَ
Janganlah kamu sembah di
samping (menyembah) Allah, tuhan apa pun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah
segala penentuan, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ
Secara tekstual, terjemah ayat ini:
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajah Allah”.
(Qs. Al-Qashash [28]: 88).
Imam Bukhari menakwilkan pengertian.
“Wajah Allah”.
Maksudnya adalah “Kekuasaan Allah.”
Hadis mutasyabihat
Rasulullah bersabda,
”Allah tertawa tadi malam.”
Takwilnya adalah.
”Allah memberi kasih sayang tadi malam.”
Kesimpulannya.
1.
Ayat Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad yang “mutasyabihat”.
Yaitu maknanya masih samar-samar.
Tidak dapat dipahami secara tekstual.
Jika dipahami secara tekstual.
Maka terjerumus kepada “tasybih”.
Yaitu menyerupakan Allah dengan makhluk.
Dan “tajsim”.
Yaitu menjasmanian wujud Allah.
Daftar Pustaka
1.
Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat,
2017.
2.
Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat,
2017.
3.
Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer,
2017.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.
Tafsirq.com online





0 comments:
Post a Comment