Sunday, July 11, 2021

10372. RASULULLAH PERNAH MEMBOLEHKAN NIKAH MUT'AH

 



RASULULLAH  PERNAH MEMBOLEHKAN NIKAH MUT’AH

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Nikah mut’ah (kawin kontrak) adalah pernikahan suami dan istri dalam jangka waktu tertentu.

 

 

Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 24.

 

وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۖ كِتَابَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَٰلِكُمْ أَنْ تَبْتَغُوا بِأَمْوَالِكُمْ مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ ۚ فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهِ مِنْهُنَّ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ فَرِيضَةً ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا تَرَاضَيْتُمْ بِهِ مِنْ بَعْدِ الْفَرِيضَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

 

     

Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita bersuami, kecuali budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikan kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tidak mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 236.

 

ا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ مَا لَمْ تَمَسُّوهُنَّ أَوْ تَفْرِضُوا لَهُنَّ فَرِيضَةً ۚ وَمَتِّعُوهُنَّ عَلَى الْمُوسِعِ قَدَرُهُ وَعَلَى الْمُقْتِرِ قَدَرُهُ مَتَاعًا بِالْمَعْرُوفِ ۖ حَقًّا عَلَى الْمُحْسِنِينَ

 

    

 Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atasmu, jika kamu menceraikan istrimu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. Hendaklah kamu memberikan suatu mut’ah (pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian yang patut. Yang demikian ketentuan bagi orang yang berbuat kebajikan.

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 241.

 

وَلِلْمُطَلَّقَاتِ مَتَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ ۖ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ

 

 

       

Kepada wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya) mut’ah menurut yang makruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang takwa.

 

Al-Quran surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 28.

 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ إِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا

 

     

Hai Nabi, katakan kepada istri-istrimu,”Jika kamu sekalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka mari kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.”

 

 

Al-Quran surah A-Ahzab (surah ke-33) ayat 49.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَمَسُّوهُنَّ فَمَا لَكُمْ عَلَيْهِنَّ مِنْ عِدَّةٍ تَعْتَدُّونَهَا ۖ فَمَتِّعُوهُنَّ وَسَرِّحُوهُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا

 

 

Hai orang-orang beriman, apabila kamu menikahi perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-kali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya, Maka beri mereka mut’ah dan lepaskan mereka dengan cara sebaik-baiknya.

 

Al-Quran surah Al-Maarij (surah ke-70) ayat 29-31.

 

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ

 

إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ

 

فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ

 

     

Dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. Barang siapa mencari di balik itu, maka mereka orang melampaui batas.

 

 

Rasulullah bersabda,

 

“Wahai manusia, aku pernah membolehkanmu nikah mut’ah dengan wanita.

 

 Kemudian Allah mengharamkan hal itu sampai kiamat.

 

Oleh karena itu, jika masih ada yang punya wanita lewat jalan mut’ah.

 

Maka hendaklah ia melepaskannya.

 

Dan kamu jangan mengambil sedikit pun dari apa yang telah kamu berikan kepada mereka.”

 

 

Sahabat berkata,

 

“Nabi Muhammad pernah memberi keringanan (rukhsah) pada tahun Autas.

 

Atau Perang Hunain untuk nikah mut’ah selama 3 hari.

 

Kemudian Nabi melarangnya”.

 

 

Ibnu Abbas berkata,

 

”Sesungguhnya Nabi melarang nikah mut’ah.

 

Dan makan daging keledai pada masa Perang `Khaibar”.

 

 

Sabroh berkata,

 

”Kami berperang dan menetap selama 30 hari.

 

Awalnya Rasulullah mengizinkan kami nikah mut’ah (kawin kontrak) dengan wanita setempat.

 

 Kemudian aku melakukan nikah mut’ah (kawin kontrak) dengan seorang gadis.

 

Ketika kami keluar Mekah.

 

Maka Nabi melarang nikah mut’ah”.

 

 

 

Nikah mut’ah (kawin kontrak) pernah dilakukan para sahabat saat perang.

 

 

Dalam perang zaman Rasulullah.

 

Mayoritas tentara Islam adalah para pemuda lajang yang tidak sempat menikah.

 

 

Sebagai  manusia biasa dan lelaki normal.

 

Dengan semangat perang jihad di padang pasir.

 

 

Untuk mempertahankan syiar Islam.

 

 

Tetapi gelora birahi mereka ikut menggejolak.

 

Menuntut untuk segera dipenuhi.

 

 

Tentara Islam mencoba menahan syahwat dengan berpuasa.

 

 

Padahal mereka harus berperang melawan musuh.

 

Maka puasa bukan solusi efektif.

 

 

Karena fisik mereka menjadi lemah.

 

 

Kondisi ini membolehkan nikah mut’ah.

 

Yang masyhur disebut “kawin kontrak”.

 

Karena kondisi darurat.

 

 

Pada zaman perang.

Bisa berhari-hari bahkan berbulan-bulan.

 

Nabi Muhammad mengizinkan tentara Islam yang terpisah jauh dari istrinya.

 

Untuk melakukan nikah mut’ah (kawin kontrak).

 

Daripada melakukan penyimpangan.

 

 

Rasulullah memberi keringanan tentara Islam.

 

Untuk nikah mut’ah (kawin kontrak) dengan wanita setempat.

 

 

Selama mereka bertaruh nyawa berperang membela agama Islam.

 

 

Rasulullah mengharamkan nikah mut’ah (kawin kontrak).

 

Saat pembebasan kota Mekah (tahun ke-8 Hijriah).

 

Ketika Rasulullah usia 61 tahun.

 

Daftar Pustaka

1.              Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  

2.              Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.              Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.              Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.              Tafsirq.com online.

 

 

0 comments:

Post a Comment