Sunday, July 18, 2021

10482. SIKLUS ZAMAN CAKRA MANGGILINGAN RONGGOWARSITO

 



SIKLUS ZAMAN CAKRA MANGGILINGAN RANGGOWARSITO

Oleh Drs. HM Yusron Hadi,MM

 

 

Menurut Ronggowarsito zaman akhir berputar lewat berbagai fase, yaitu:

 

1.      Zaman Pra-Kalatida (zaman pembangunan fisik)

2.      Kalatida (zaman egoisme).

3.      Kalabendhu (zaman edan).

4.      Kalasuba (zaman perbaikan).

 

Zaman Pra-Kalatida

 

Yaitu zaman sebelum Kalatida.

 

Tanda-tanda zaman Pra-Kalatida, yaitu:

 

1.      Era membangun.

2.      Era menata.

3.      Era membentuk.

4.      Dan era membuat pondasi lainnya.

 

Setelah makmur dan sukses.

 

Maka muncul zaman Kalatida (egosme).

 

ZAMAN KALATIDA (ZAMAN EGOIS)

 

Zaman Kalatida yaitu zaman egoisme.

 

Zaman Kalatida muncul setelah mengalami:

 

1.      Stabilitas.

2.      Kemapanan.

3.      Orang ingin enak terus.

4.      Orang ingin menang terus.

 

Tanda-tanda zaman Kalatida:

 

1.      Semua orang mengejar kesenangannya  sendiri.

2.      Kebaikan dan  kebenaran diremehkan.

 

3.      Tak menghiraukan benar atau salah.

4.      Tak menggubris baik atau jelek.

 

5.      Semua orang hanya memikirkan kepentingannya sendiri.

6.      Watak egois hanya peduli dengan dirinya sendiri.

7.      Tak peduli dengan nasib orang lain.

 

Kemudian muncul sifat egoisme, yaitu:

1.      Ingin enaknya sendiri.

2.      Ingin menang terus.

3.      Ingin senang terus.

4.      Tak peduli dengan nasib orang lain.

 

Orang-orang merasa sudah benar dan sudah enak.

 

Maka muncul sifat egoisme.

 

Yaitu tiap orang hanya memikirkan dirinya sendiri.

 

Akal sehat diremehkan.

Tak ada keadilan.

 

Tiap orang menganggap dirinya paling benar.

 

Para pemimpin juga merasa dirinya paling benar.

 

Hal ini awal munculnya kerusakan zaman Kalatida.

 

Jika kondisi makin rusak, maka puncaknya muncul zaman Kalabendhu (zaman edan).

 

 

ZAMAN KALABENDHU (ZAMAN EDAN)

 

Zaman Kalabendhu adalah zaman edan (gila).

 

Pada zaman edan dari luar tampak stabil dan beres.

 

Tapi sebenarnya beres dalam ketidakberesan.

 

Karena semua orang edan, maka muncul pedoman:

 

“Jika tidak edan, maka tidak kebagian”.

 

Karena semua orang ingin  kebagian kesenangan.

 

Maka semua orang ikut edan (gila).

 

Orang ikut edan agar mendapat bagian menikmati “kue” kesenangan bersama orang edan.

 

Dalam lingkungan orang edan, maka yang waras dianggap edan.

 

Dalam kumpulan orang gila, maka orang waras dianggap gila.

 

Karena semua edan, maka tampaknya kelihatan beres semua.

 

Padahal beres dalam ketidaksadaran.

 

Tanda-tanga zaman Kalabendhu (zaman edan), yaitu:

 

1.      Tindakan tidak adil dipertontonkan.

2.      Kemewahan dipamerkan.

 

3.      Tak menghiraukan jeritan orang lemah.

4.      Jeritan orang tertindas tak digubris.

 

5.      Penjahat dianggap pahlawan.

6.      Orang jujur ditertawakan dan disingkirkan.

7.      Aturan nilai dan aturan benar salah dijungkirbalikkan.

 

8.      Nilai yang benar dan salah diputarbalikkan.

 

9.      Orang jahat dianggap pahlawan dan orang benar dihukum.

 

10.               Orang yang tak adil dipuji-puji.

 

11.               Orang yang terzalimi dimaki-maki.

 

12.               Zaman Kalabendhu tampak stabil, padahal stabil dalam ketidaksadaran.

 

Menurut Cakra Manggilingan.

 

Zaman Kalabendhu akan akan berganti dengan zaman Kalasuba.

 

 

ZAMAN KALASUBA (ZAMAN ADIL DAN MAKMUR)

 

Zaman Kalasuba adalah zaman yang terang, makmur, dan stabil.

 

Zaman Kalasuba adalah solusi dari zaman kegelapan Kalabendhu.

 

Biasanya zaman Kalasuba digambarkan munculnya tokoh penyelamat.

 

Yaitu munculnya Ratu Adil.

 

Ratu Adil dalam berjuang didukung oleh orang-orang yang ingat dan waspada.

 

 

Yaitu “Wong sing eling lan waspodo”.

 

Pada zaman Kalasuba muncul penyelamat.

 

Yang membebaskan dari kejelekan zaman jahiliah Kalabendhu.

 

 

Zaman Kalasuba adalah zaman cahaya yang membuat adil, makmur, dan tenteram.

 

Menurut Cakra Manggilingan.

 

 Zaman akan balik berputar lagi.

 

Kembali ke zaman ke Kalatida, Kalabendhu, dan Kalasuba.

 

Begitu seterusnya, zaman akan selalu berulang-ulang.

 

 

Kesimpulannya

 

1.      Saat sedih jangan berputus asa.

 

2.      Zaman pasti berganti dan berubah.

 

3.      Saat sukses dan menang jangan jumawa.

 

4.      Karena zaman juga pasti akan berubah.

 

5.      Hidup manusia seperti roda yang berputar.

 

6.      Terkadang giliran di atas dan terkadang di bawah.

 

7.      Hidup ini adalah ujian.

 

 

Allah berfirman,

 

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).”

 

 

Al-Quran surah Ali lmran (surah ke-3) ayat 140.

 

ِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ ۚ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

 

 

Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan agar Allah membedakan orang beriman (dengan orang kafir) agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang yang zalim.

 

 (Sumber Ngaji Filsafat Dr Fahrudin Faiz)

 

0 comments:

Post a Comment