Wednesday, August 18, 2021

10511. PENDAPAT LAIN TENTANG TALIBAN AFGANISTAN

 


PENDAPAT LAIN TENTANG TALIBAN

 

 

 

MENGAPA TALIB*N DIDUKUNG WARGA AFGHANISTAN?

 

Oleh: Pega Aji Sitama

 

Pak Najibullah adalah warga desa biasa.

 

Beliau tak ikut kelompok apa pun.

Harapannya cuma kehidupan yang aman dan damai bagi seluruh warga desa.

 

Anak cucunya bisa belajar dengan tenang.

 

Kehidupan sehari-harinya seperti bapak-bapak umumnya di New York ataupun di Jawa.

 

Mencari nafkah, antar anak dan cucu sekolah, ke pasar belanja, cari buku pelajaran.

 

Dan tak lupa nongkrong bareng untuk ngopi.

 

Teman tongkrongan Pak Najibullah bukan orang-orang sembarangan, mereka adalah anggota TaIib*n.

 

Kelompok yang mengalami monsterisasi selama 20 tahun terakhir.

 

Anda pasti tahunya mereka itu teloris internasional, penjagal, mafia, musuh peradaban.

 

Penindas wanita dan ancaman bagi peradaban manusia dll.

 

Bahkan si Bush bilang,

 

"You bareng mereka berarti you musuh Amerika!"

 

Pak Najibullah ya biasa saja.

 

 TaIib*n di mata beliau ya teman nongkrong.

 

Mungkin sama dengan kita nongkrong di warkop dekat masjid.

 

Lalu kenalan sama polisi atau tentara aktivis Jama'ah Tabligh.

 

Yang ngajak jadi Karkun.

 

TaIiban lahir dari para pejuang di madrasah kecil.

 

Dulu setelah Uni Soviet kalah oleh Mujahidin dan rezim Komunis tumbang.

 

Terjadi konflik internal di antara pejuang.

 

Pemerintahan baru bernama "Negara Islam Afghanistan" tidak efektif.

 

Preman bersenjata yang berkedok Mujahidin.

 

Bisa menjadi "warlord" (panglima perang) tingkat kecamatan.

 

Menindas warga sipil, membunuh, melecehkan (bahkan memperkosa) wanita.

 

Menjarah gerobak pedagang, merampas truk sembako.

 

Berbuat sesukanya seperti geng mafia.

 

Mullah Muhammad Umar bersama para santri bangkit mengangkat senjata.

 

Tahun 1994 di pinggiran kota Kandahar, 50 orang santri dalam waktu singkat sukses menumpas para preman.

 

 Lagaknya kombatan.

 

Tapi beraninya hanya kepada warga sipil.

 

Begitu ketemu ke orang yang sama-sama bersenjata.

 

Mereka langsung melempem seperti kerupuk.

 

Para kriminal diadili pakai hukum Islam.

 

Yang gembong atau kejahatannya berat (semisal pembunuhan) dieksekusi dan digantung.

 

Mayatnya untuk ditunjukkan kepada masyarakat.

 

Ini loh yang bikin resah.

 

TaIib*n kasih pesan jelas ke seluruh "warlord" kriminal di Afghanistan.

 

Warga mendukung penuh mereka.

 

Puluhan orang mejadi puluhan ribu dalam waktu singkat.

 

Menurut isu, intelijen Pakistan atau ISl juga memberikan dukungan kepada TaIib*n.

 

Hanya 2 tahun keamanan dikembalikan.

 

Supir berani melewati jalan sepi AKAP untuk antar sembako.

 

 Keledai angkut bebas gerak antar desa.

 

Rampok dan tukang jarah takut beraksi.

 

Karena mereka takut tangannya dipotong TaIib*n.

 

TaIib*n menguasai 90% wilayah.

 

 Mengungguli semua kelompok besar di era perang melawan Soviet.

 

Banyak yang bergabung.

 

Tapi banyak juga nama besar yang menolak dan malah jadi pesaing.

 

Wajar sih, selain soal beda gaya politik dan corak ideology.

 

TaIib*n juga masih dianggap 'anak kemarin sore'.

 

Gengsi-lah..

 

Tapi hal begini tidak perlu dipermasalahkan.

 

Tidak akan mencabut amalan mereka yang melawan Komunis Soviet.

 

Tahun 1996-2001 TaIib*n menjadi Ulil Amri.

 

Ada 3 negara yaitu Saudi, Pakistan dan UEA mengakuinya.

 

Kebanyakan negara Barat masih mengakui "Negara Islam Afghanistan".

 

Yang di kemudian hari menjadi Aliansi Utara.

 

2001 Bush menyerang Afghanistan setelah bingung cari 'kambing hitam'.

 

Untuk membalas dendam atas "serangan di tanah Amerika".

 

Amerika gerak cepat menginstal demokrasi.

 

Membentuk pemerintahan baru didikannya.

 

Mengorganisasi dan melatih pasukan keamanan sebanyak 300.000 personel.

 

Membakar lebih dari 14 ribu T, melebihi data di kantong Anu.

 

TaIib*n dipukul ke daerah pegunungan dan pelosok.

 

Diincar pesawat pembom Siluman, drone dan detektor inframerah atau suhu tubuh.

 

 

Jika senjatanya seimbang.

 

Maka 1 juta tentara terlatih Amerika dikirim ke Afghanistan.

 

Bisa dipulangkan dalam peti mati.

 

Namun sebagaimana teori social.

 

Sebuah kelompok perjuangan tak bisa dimatikan.

 

Jika mereka punya dukungan dari masyarakat.

 

Biarpun dimonsterisasi sebagai teloris.

 

Apakah warga mau diteloriskan juga?

 

Harus digenosida semua?

 

 Oh tidak bisa Bung..!

 

Semenjak 2013 Om Obama menghapus TaIib*n dari keterkaitan apa pun dengan telorisme.

 

 

Mereka menjadi kelompok bersenjata biasa.

 

Yang punya tujuan sosial dan politik.

 

Bebas buka kantor di luar negeri.

 

Kaderisasi TaIib*n terus menanjak mulus.

 

Bayangkan, 13 tahun diserang Amerika.

 

Tapi anggota aktifnya malah melonjak 3-4 kali lipat menjadi 60 ribu orang.

 

Masyarakat lokal tidak peduli dengan isi berita.

 

 

Di CNN, NBC, Foxnews, BBC dan BuzzeRp Bipang tentang monsterisasi TaIib*n.

 

 

"Saya dapat keadilan.

 

Agama saya dijaga.

 

Keamanan dijaga.

Hak-hak ditunaikan.

Ya saya dukung."

 

TaIib*n tidak tebang pilih.

 

 Anggotanya sendiri dihukum.

 

Jika ada warga jadi korban dari anggotanya, dikasih ganti rugi atau diyat.

 

Pengadilan TaIib*n tak perlu gedung.

 

Di pinggir sawah pun jadi.

 

Catatannya pun tidak perlu di laptop dan server, buku tulis anak SD pun jadi.

 

Yang penting warga puas atas keputusan hakim yang cepat dan tepat.

 

Sebaliknya di kubu Amerika, pemerintah Afghanistan ternyata keropos.

 

Korupsi akut di mana-mana. Angkatan Bersenjata kopong.

 

 Banyak komandan cuma mau jatah rutin.

 

Caranya kreatif, yaitu bikin tentara fiktif.

 

Gajinya turun, orangnya tidak ada.

 

Duitnya dipakai bancakan komandan.

 

Tambah lagi serangan drone yang memakan korban sipil, bikin warga sipil dongkol.

 

Inilah yang dialami Pak Najibullah 8 tahun lalu.

 

Saat ngopi bareng TaIib*n beliau bercerita.

 

 

Dulu Amerika menghajar rumahnya dengan rudal dari drone.

 

Membunuh anaknya yang sedang tidur.

 

Total 5 orang meninggal di tempat.

 

 Rugi nyawa, rugi rumah.

 

Pak Najibullah mau nuntut ke mana?

 

Kalau pelakunya kelompok militant.

 

Mungkin beliau bisa meniru Malala Pakistan yang nongol di PBB.

 

Dan terus bercerita saat jadi korban TTP.

 

Diliput media Barat.

 

Dan bisa Playing Victim untuk menggalang simpati ke seluruh dunia.

 

Lah, ini yang ngebom Amerika.

 

Paling jauh dianggap "collateral damage" .

 

Atau justru dibalik.

 

Mereka dituduh sebagai "human shield"-nya TaIib*n.

 

Amerika kemudian meniru amalan yang dikerjakan TaIib*n.

 

Yaitu membayar ganti rugi korban sipil.

 

Terlambat, Om..!

 

Masak sudah belasan tahun bunuh orang di mana-mana.

Baru tahu diri kemudian.

 

Hari ini Pak Najibullah seperti jutaan rakyat Afghanistan lainnya.

 

Mereka sudah nyaman menjadikan anggota TaIib*n sebagai teman ngopi atau makan gorengan.

 

Seorang pedagang pasar di desa TaIib*n malah lebih keras lagi kritiknya.

 

Di TaIiban cuma dibebani zakat 2,5% itupun yang kaya.

 

Di wilayah pemerintah, tekornya berkali lipat.

 

Banyak pungli dan "tikus" pemeras.

 

Isu-isu negatif dibantah semua.

 

Termasuk yang katanya perempuan tidak boleh sekolah.

 

Pemaksaan burqa dan sebagainya.

 

Lha wong anak-anak perempuan TaIib*n sendiri.

 

Belajar matematika di kelas-kelas yang diajar Pak Guru, kok..

 

Diutamakan guru perempuan untuk anak perempuan sih.

 

Tapi jika di suatu pelajaran hanya ada guru laki-laki, yo ndak masalah.

 

 

Toh, muridnya masih di bawah 10 tahun ini.

 

Selama belum balig mereka bebas tidak berhijab.

 

Atau hanya pakai khimar atau jilbab kecil.

 

Tidak ada mereka dipakaikan burqa sejak kecil.

 

Kritik yang cukup absurd.

 

TaIib*n disalahkan ketika dulu tidak ada sekolah untuk anak perempuan.

 

 

Tapi tidak ada yang kasih sumbangan untuk bikin sekolah khusus perempuan.

 

Sekaligus kirim gurunya.

 

Ibarat ada suku pedalaman tidak punya sekolah.

 

Hanya anak laki-laki yang diajari oleh tetua suku.

 

Bukannya kasih duit untuk bangun sekolah dengan menyesuaikan budaya asli dan kirim guru.

 

Malah mengkritik suku itu suka menindas anak perempuan.

 

TaIib*n sendiri bukan kelompok malaikat.

 

Mereka juga punya kesalahan. Anggotanya bisa berbuat zalim.

 

Tapi ada yang membedakan.

 

 

Jika seorang warga merasa terzalimi.

 

Lalu mengancam TaIib*n, "saya akan tuntut ini di akhirat jika tidak diselesaikan sekarang".

 

Maka sudah pasti para komandan dan tokohnya turun tangan berusaha memberikan keadilan.

 

Sebab mereka bisa ditakut-takuti.

 

Yaitu takut kepada Allah.

 

Kembali ke politik negara itu.

 

Amerika mau pulkam, Kabul ketar-ketir.

 

Sadar diri kemampuan, selama 20 tahun usaha Amerika memang gagal.

 

AS ini mirip Khawar*j IS*S, loh.

 

Mereka datang ke suatu negara untuk menginstal paksa sebuah system.

 

Tanpa memperhitungkan dukungan masyarakat.

 

Hasilnya pasti boncos.

 

Masyarakat rugi dan jadi korban.

 

Dia rugi, pendukung juga rugi, tetangga pun repot.

 

Dari Hamid Karzai diganti Ashraf Ghani.

 

Yang paling memalukan adalah pemilu presiden 2019.

 

Peserta nyoblos cuma 1,8 juta.

 

Dari seharusnya 20 juta orang dewasa Afghanistan.

 

Atau cuma 9%-nya saja.

 

Ashraf Ghani dapat 900 ribu suara.

 

Dan dinyatakan menang.

 

Tentara tidak punya motivasi dan moral tempur.

 

Buat apa mati demi petinggi-korup yang 'netek' ke Amerika.

 

Amerika pergi, dapat apa lagi?

 

Mending memakai asas manfaat.

 

Siapa pun yang menang, termasuk TaIib*n, ngikut...!

 

Saat tulisan ini dibuat, 20 ibukota provinsi di Afghanistan direbut dengan mudah oleh TaIib*n.

 

Yang pasukannya cuma bersandal, pakai sepatu kets.

 

Bahkan ada yang 'nyeker' di aspal.

 

Ribuan tentara pemerintah menyerah dan bergabung dengan TaIib*n.

 

(Disunting: AD)

0 comments:

Post a Comment