Saturday, August 20, 2022

14493. POLITIK IDENTITAS SULIT HILANG DARI INDONESIA

 

 


 

POLITIK IDENTITAS SULIT HILANG DARI INDONESIA

Oleh:Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

ARTI POLITIK IDENTITAS.

 

Politik identitas.

Yaitu alat politik suatu kelompok.

Untuk tujuan tertentu.

 

Seperti:

 

1)        Suku.

2)        Etnis.

 

3)        Budaya.

4)        Agama.

5)        Atau lainnya.

 

Misalnya sebagai:

 

1)        Bentuk perlawanan.

2)        Alat menunjukkan jati diri.

 

Pengamat:

Politik Identitas.

 Tidak Akan Hilang di Indonesia.

 

Pengamat Politik.

Universitas Paramadina Jakarta.

 Hendri Satrio.

 

Mengomentari banyaknya.

Serangan buzzer.

Kepada Anies Baswedan.

 

“Hati-hati menulis politik identitas.

Karena di Indonesia.

 

Politik identitas tak akan hilang,” kata Hensat.

Jumat 19 Agustus 2022.

 

Pengamat politik dari Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI).

 Hendri Satrio.

 

Menilai politik identitas..

Tak akan hilang di Indonesia.

Dia prediksi.

Isu poltik identitas makin menguat.

Pada Pemilu tahun 2024.

 

Saat ini.

Serangan sudah dilancarkan.

 

Khususnya kepada Anies Baswedan.

Yang punya elektablitas tinggi.

Dibanding tokoh lainnya.

 

Serangan kepada Gubernur Jakarta.

Anies Baswedan.

Termasuk intoleransi.

 

Dandung Sri Harminto.

Teman Anies Baswedan.

Saat kuliah di UGM Yogya.

 

Mengaku heran dengan citra negatif.

Yang kerap dialamatkan.

 

Kepada Anies Baswedan.

Cucu Pahlawan Nasional.

 Abdurrahman Baswedan.

 

 “Sepanjang yang saya tahu.

Tidak ada kamus intoleran.

Pada diri Anies Baswedan,” katanya.

 

Dandung kenal Anies Baswedan.

Sejak remaja.

Termasuk keluarganya.

 

Dalam didikan keluarganya.

Keseharian Anies Baswedan.

 Seperti Muslim umumnya.

 

“Kakeknya seorang nasionalis.

Yaitu AR Baswedan.

Pahlawan Nasional.

 

Orang tuanya sangat welcome.

Saat kita datang ke rumah Anies,” ujarnya.

 

Sejarah pendidikan formal.

Anies Baswedan.

 

Juga pada umumnya.

Dia selalu di sekolah milik pemerintah.

1)        SMP Negeri 5.

2)        SMA Negeri 2.

 

3)        Kuliah di UGM.

4)        Kuliah di Amerika Serikat.

 

 

“Dulu historisnya.

Anies dari SMPN 5, SMAN 2, dan UGM.

 

Anies kuliah di Amerika Serikat.

Sebuah negara sangat liberal.

 

Artinya.

Dalam pendidikan formal.

 

Tidak ada bekal edukasi.

Mengarah intoleransi,” tegasnya.

 

Contoh lagi.

Anies Baswedan jadi Ketua Senat UGM Yogya.

 

Mantan Rektor Universitas Paramadina.

 

Justru mendukung Ketua BEM.

Dari mahasiswa latar belakang:

1)                Kristen.

2)                Cina.

 

 Atau Nasrani dan Tionghoa.

 

 “Jadi di mana intoleransinya,” ujar Dandung.

 

Dia menegaskan.

Anies Baswedan.

 

Sosok pluralis.

Dan menghargai perbedaan.

 

Sejak remaja hingga saat ini.

Sikap itu masih tertanam.

Dalam diri Anies Baswedan.

 

Saat jadi Gubernur DKI Jakarta.

Tidak ada kebijakan.

Yang bernuansa intoleran.

 

Contohnya.

Renovasi Gereja Immanuel di Jakarta.

 

Izin renovasi sudah bertahun-tahun.

Tidak terbit.

 

“Baru di zaman Anies Baswedan.

Sebagai Gubernur Jakarta.

Izin itu terbit.

 

Jika Anies Baswedan intoleran.

Maka tak mungkin mengeluarkan izin.

 

Hal itu logika sederhana,” ungkap Dandung.

 

Selama ini.

 Anies lebih banyak diam.

Saat diserang  pembencinya.

 

“Sejak dulu.

 Anies itu tidak mudah emosi.

 

Dicaci dan ditekan.

Anies meresponsnya.

Dengan santun dan senyum.

 

Anies Baswedan.

Banyak menunjukkan tindakan nyata.

Daripada kata-kata,” tuturnya. 

 

(sumber kba)

 

 

0 comments:

Post a Comment