SEJELEKNYA MANUSIA
AKAN MATI PASTI INGAT TUHAN
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.
Orang zaman dahulu percaya adanya Tuhan.
Sejak zaman dulu.
Hampir semua umat manusia.
Meyakini adanya Tuhan Yang Mengatur alam
semesta ini.
Orang Yunani Kuno menganut paham
politeisme (keyakinan banyak tuhan).
Orang Hindu masa lampau punya banyak
dewa, yang diyakini sebagai tuhan-tuhan.
Penduduk Mesir meyakini adanya:
1) Dewa Iziz.
2) Dewi Oziris.
3) Dan tertinggi adalah Dewa Ra'.
Masyarakat Persia mempercayai adanya
tuhan Gelap dan tuhan Terang.
Pengaruh keyakinan itu merambah
masyarakat Arab.
Jika orang Arab ditanya,
“Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?”
Mereka menjawab,
“Yang menciptakan adalah Allah”.
Tetapi, pada saat sama mereka juga
menyembah 3 berhala besarnya, yaitu:
1) Al-Lata.
2) Al-Uzza.
3) Manat.
Al-Quran datang meluruskan keyakinan itu.
Al-Quran membawa ajaran tauhid.
Tauhid mengakui hanya Allah Yang Maha
Esa.
Al-Quran tidak membahas wujud Tuhan.
Dalam mushaf Al-Quran, tidak ditemukan
ayat yang membicarakan wujud Tuhan.
Kitab Taurat, Kitab Injil, dan Al-Quran
tidak menguraikan tentang wujud Tuhan.
Wujud Tuhan sangat terasa dengan jelas
oleh manusia, sehingga tidak perlu dijelaskan.
Al-Quran mengisyaratkan kehadiran Tuhan
ada dalam diri setiap insan.
Itu fitrah bawaan manusia sejak asal
kejadiannya.
Al-Quran surah Ar-Rum (surah ke-30) ayat
30.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ
فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ
ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkan wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Manusia diciptakan Allah punya naluri
beragama tauhid.
Jika ada manusia tidak beragama tauhid,
maka hal itu tidak wajar.
Orang tidak beragama tauhid hanya karena
terpengaruh lingkungannya.
Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat
172.
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ
مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ
بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ
إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, Engkau Tuhan
kami, kami menjadi saksi“. Kami melakukan yang demikian, agar di hari kiamat,
kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami, Bani Adam, adalah orang-orang yang
lengah terhadap keesaan Tuhan".
Ketika manusia termenung seorang diri.
Pikiran tenang.
Terdengar suara hati nurani.
Yang mengajak dialog akan adanya Tuhan
Yang Maha Mutlak.
Suara dalam hati nurani manusia menyadari
betapa lemahnya manusia di depan Tuhan.
Betapa Maha Kuasa dan Perkasa Tuhan Yang
Maha Agung.
Suara itu fitrah manusia.
Setiap orang punya fitrah sejak lahir.
Karena sibuk dan dosa-dosa, suara fitrah
terabaikan.
Suara fitrah tidak terdengar lagi.
Jika didengarkan.
Kemudian benar-benar tertancap dalam
jiwa.
Maka fitrah manusia akan muncul.
Yaitu hanya bergantung kepada Allah saja.
Hanya Allah tempat bergantung.
“La haula wa la quwwata illabillahil
Aliyyil Azhim”.
Tidak ada daya untuk memperoleh manfaat
dan tidak ada kuasa untuk menolak mudarat.
Kecuali bersumber dari Allah Yang Maha
Tinggi dan Maha Agung.
Sehingga tidak ada lagi rasa takut yang
menghantui.
Tidak ada rasa sedih mencekam hati
manusia.
Al-Quran surah Fushshilat (surah ke-41)
ayat 30.
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ
ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا
تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,
“Tuhan kami adalah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian, maka malaikat
akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Jangan kamu takut dan jangan
merasa sedih”. Dan gembirakan mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu.
Al-Quran surah Ar-Ra’du (surah ke-13)
ayat 28.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ
قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Memang, hanya dengan mengingat Allah
hati menjadi tenteram.
Al-Quran menjelaskan kehadiran Tuhan
fitrah manusia dan kebutuhan hidupnya.
Jika ada orang mengingkari wujud Tuhan,
maka itu bersifat sementara.
Pada akhirnya sebelum meninggal, dia akan
mengakui keberadaan Tuhan.
Tetapi pengakuan itu sudah terlambat.
Al-Quran surah Yunus (surah ke-10) ayat
90-91.
۞ وَجَٰوَزْنَا بِبَنِىٓ
إِسْرَٰٓءِيلَ ٱلْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُۥ بَغْيًا
وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَدْرَكَهُ ٱلْغَرَقُ قَالَ ءَامَنتُ أَنَّهُۥ لَآ
إِلَٰهَ إِلَّا ٱلَّذِىٓ ءَامَنَتْ بِهِۦ بَنُوٓا۟ إِسْرَٰٓءِيلَ وَأَنَا۠ مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
ءَآلْـَٰٔنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ
وَكُنتَ مِنَ ٱلْمُفْسِدِينَ
Dan Kami memungkinkan Bani Israil
melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena
hendak menganiaya dan menindas (mereka), hingga bila Fir'aun itu telah hampir
tenggelam, dia berkata, “Saya percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan
yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah
diri (kepada Allah)”. Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya
kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan?
Kebutuhan manusia bertingkat-tingkat.
Ada kebutuhan harus dipenuhi segera.
Yaitu kebutuhan udara untuk bernapas.
Ada kebutuhan bisa ditunda beberapa saat.
Yaitu kebutuhan minum.
Kebutuhan manusia untuk makan, bisa
ditunda lebih lama dibanding kebutuhan minum.
Kebutuhan seksual bisa lebih lama
ditangguhkan dibanding kebutuhan makan dan minum.
Demikian seterusnya.
Kebutuhan manusia yang paling lama bisa
ditunda adalah kebutuhan keyakinan adanya Allah Yang Maha Kuasa.
Ketika manusia hampir mendekati meninggal
dunia.
Baru manusia merasa butuh pertolongan
Allah Yang Maha Kuasa.
Daftar Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit
Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas
Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Misan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
0 comments:
Post a Comment