MEMAHAMI PERISTIWA ISRA’ MIKRAJ
(Seri ke-3)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang peritiwa isra’ mikraj dalam Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Para ulama berpendapat bahwa Al-Quran surah ke-8 sampai ke-15 menjelaskan tentang pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat beserta konsolidasinya.
Al-Quran surah ke-15 sampai ke-17 adalah puncak pembangunan manusia seutuhnya, yang tergambar pada pribadi Nabi Muhammad, seorang hamba Allah yang menjalani isra’ mikraj, dan nilai yang diterapkannya dalam masyarakat beliau.
Semuanya adalah pengantar Al-Quran yang disampaikan sebelum menceritakan peristiwa Isra' mikraj. Oleh karena itu, wajar untuk ditanyakan bukannya, “Bagaimana isra' mikraj terjadi”, tetapi “Mengapa isra' mikraj terjadi?”
Karena itu, dalam kelompok ayat yang menceritakan peristiwa isra’ mikraj ditemukan banyak petunjuk untuk membina diri dan membangun masyarakat.
Pertama, ditemukan petunjuk untuk melaksanakan salat 5 waktu, yaitu pada Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 78.
•
“Dirikan salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”.
Ayat ini menerangkan 5 waktu salat, yaitu tergelincir matahari untuk waktu salat Zuhur dan Asar, dan waktu gelap malam untuk salat Magrib dan Isya.
Salat adalah inti peristiwa isra' mikraj, karena salat pada hakikatnya merupakan kebutuhan mutlak akal pikiran dan jiwa manusia untuk mewujudkan manusia seutuhnya.
Salat dibutuhkan oleh pikiran dan akal manusia, karena salat adalah pengejawantahan hubungan manusia dengan Allah, yang menggambarkan pengetahuannya tentang tata kerja alam semesta yang berjalan di bawah satu kesatuan sistem.
Salat juga menggambarkan tata inteligensia semesta yang total, yang sepenuhnya diawasi dan dikendalikan oleh suatu kekuatan Yang Maha Dahsyat dan Maha Mengetahui, yaitu Allah Yang Maha Kuasa.
Oleh karena itu, semakin mendalam pengetahuan seseorang tentang tata kerja alam semesta, maka orang itu akan semakin tekun dan khusyuk dalam melaksanakan salat.
Salat juga merupakan kebutuhan jiwa, karena semua orang dalam perjalanan hidupnya pasti pernah mengharapkan sesuatu atau merasakan cemas, sehingga dia menyampaikan harapan dan keluhannya kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Apabila seseorang datang menghadapkan dirinya kepada Allah Yang Maha Kuasa, hanya pada saat membutuhkan saja , maka itu tanda kerendahan moral.
Salat juga dibutuhkan oleh masyarakat manusia, karena salat, dalam pengertiannya yang luas, merupakan fondasi dan dasar pembangunan.
Para ilmuwan menjelaskan bahwa orang Romawi kuno mencapai puncak keahlian dalam bidang arsitektur, yang mengagumkan para ahli, tetapi sekarang tinggal reruntuhan puingnya saja, karena mereka durhaka kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Beberapa ilmuwan berkata, “Apabila pengabdian, salat, dan doa yang tulus kepada Sang Maha Pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut “. Apa yang dinyatakan ilmuwan ini sejalan dengan penegasan Al-Quran yang ditemukan dalam pengantar uraiannya tentang peristiwa Isra' mikraj yaitu dalam Al-Quran surah Al-Nahl, surah ke-16 ayat 26.
“Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari”.
Kedua, dijumpai petunjuk dalam rangkaian ayat Al-Quran yang menjelaskan peristiwa Isra' mikraj dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat adil dan makmur diperlukan kesederhanaan, keseimbangan, dan tidak berlebihan.
Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 16.
• •
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”.
Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 27.
•
“Sesungguhnya pemboros adalah saudara setan dan setan sangat ingkar kepada Tuhannya”.
Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 29.
• •
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”.
Maksud ayat ini adalah jangan kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu pemurah, maka pilihlah yang seimbang dan pertengahan saja.
Bahkan, kesederhanaan yang dituntut bukan hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam bidang ibadah, yaitu adanya pengurangan jumlah salat dari 50 waktu menjadi 5 kali sehari, dan pengaturan kerasnya suara ketika salat.
Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 110.
•
“Katakan, “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman dengan nama yang mana saja kamu seru, Allah mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”.
Maksudnya adalah ketika salat janganlah membaca ayat Al Quran terlalu keras atau terlalu perlahan, tetapi cukuplah sekedar dapat terdengar oleh para jamaah. Hal ini dibutuhkan agar mencapai konsentrasi, pemahaman bacaan dan kekhusyukan.
Juga, salat yang dilaksanakan dengan “jalan tengah” tidak mengakibatkan gangguan atau mengundang gangguan kepada saudara sesama manusia yang sedang belajar, berzikir, sakit, atau bayi yang sedang tidur nyenyak.
Mengapa demikian? Karena, dalam kandungan ayat yang menceritakan peristiwa isra’ mikraj, Allah menekankan pentingnya persatuan masyarakat seluruhnya.
Sehingga masyarakat dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik, sesuai dengan kemampuan dan bidangnya, tanpa mempersoalkan agama, keyakinan, dan keimanan orang lain.
Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 84.
“Katakan, “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing, maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”.
Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 107-109.
•
“Katakan,”Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah)”. Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, maka mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata, “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Allah pasti dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk”.
Demikian penjelasan tentang peristiwa isra mikraj, semoga bermanfaat, sehingga kita mampu menangkap gejala dan menyuarakan keyakinan tentang adanya ruh intelektualitas yang diberikan oleh Allah kepada kita, serta mampu merumuskan kebutuhan umat manusia untuk memuja dan mengabdi kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
Saturday, September 2, 2017
Home »
» 241. ISRA3
241. ISRA3
Related Posts:
11153. AGUS MUSTOFA APAKAH SEMUA AGAMA BENAR DI MATA TUHAN … Read More
11145.USTAZ MENACHEM ALI JANGAN BERTENGKAR SOAL HADIS… Read More
11146. AGUS MUSTOFA JAGAT RAYA BERKEMBANG KE DIMENSI LEBIH TINGGI… Read More
11152. MO SALAH GOAL DALAM GERAK LAMBAT… Read More
11154. SYARAT AGAMA PUNYA TUHAN KITAB SUCI PEMBAWA RISALAH SYARAT AGAMA PUNYA TUHAN KITAB SUCI PEMBAWA RISALAH Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M Ada 3 syarat sebuah agama, yaitu:… Read More
0 comments:
Post a Comment