Thursday, June 14, 2018

885. TERTAWA


JANGAN BERSEDIH,
AYO TERTAWA YANG WAJAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


JANGAN BERSEDIH
      Jangan bersedih, karena kesedihan akan membuat air yang segar terasa pahit, sinar matahari pagi yang indah terasa suram, dan suara burung-burung yang merdu  bagaikan suara hantu menyeramkan.
      Jangan bersedih, karena kesedihan akan membuat rumah yang luas terasa sempit, istri yang cantik tampak menyeramkan, serta anak-anak yang lucu terasa membisingkan dan memusingkan.
      Jangan bersedih, karena kesedihan akan membuat udara yang sejuk tampak menyesakkan, pemandangan yang elok menjadi menakutkan, dan kebun yang indah tampak seonggok sampah menjengkelkan.
     Jangan bersedih, karena kesedihan akan membuat suasana rumah terasa pengap laksana penjara, hubungan harmonis dalam keluarga menjadi berantakan bagaikan kapal pecah dan kendaraan yang bagus tidak bermanfaat sedikit pun.
      Jangan bersedih, karena kita masih memiliki dua mata, dua telinga, dua tangan, dua kaki, dua bibir, pikiran , dan hati, serta kita masih memiliki kesehatan, waktu luang, dan keamanan.
       Jangan bersedih, sebab kita masih memiliki agama yang kita anut, tempat tinggal  yang kita huni, nasi yang kita makan, air yang kita minum, pakaian yang kita pakai dan keluarga tempat berbagi perasaan. Mengapa harus bersedih?
     Jangan bersedih. Ketika anak kita gagal dalam ujian, lalu kita bersedih, apakah anak kita menjadi lulus? Saat keluarga kita ada yang meninggal dunia, apakah dia akan hidup kembali? Jika kita rugi dalam bisnis, apakah kita menjadi untung?
      Jangan bersedih. Ketika kita berada di pagi hari, jangan menunggu datangnya sore hari. Hari ini yang kita jalani, bukan hari kemarin, juga bukan hari esok yang belum pasti datangnya. Mari kita nikmati dan syukuri hari ini. Hari ini adalah milik kita.
      Jangan bersedih. Mari kita jalani hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian, dan tanpa kebencian. Jika hari ini kita minum air jernih yang segar, mengapa kita harus bersedih dengan air asin yang kita minum kemarin atau mengkhawatirkan air pahit esok hari yang belum tentu terjadi?
       Hal itu akan membuat kita bertekad dalam hati, hanya hari ini kesempatan saya dan cuma saat ini waktu saya. Saya akan berusaha manfaatkan dengan maksimal, berbicara yang bermanfaat, berkata yang baik-baik saja, tidak berkata yang jelek dan kotor, tidak akan mencela dan menghardik, tidak membicarakan kejelekan orang lain, dan tidak berbuat yang sia-sia.
      Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu, dari kesedihan dan kecemasan, dari kemalasan dan kebakhilan, dari sifat pengecut, beban utang, dan tekanan orang jahat. Cukuplah Allah bagi kita, karena Allah sebaik-baik pelindung. Amin.
AYO TERTAWA YANG WAJAR
     Tertawa yang wajar itu bagaikan obat bagi kesedihan dan laksana pil kuat untuk kegalauan.  Pengaruh tertawa yang wajar amat kuat, membuat hati bergembira, hati menjadi berbahagia, dan lingkungan tampak menyenangkan.
      Sahabat Nabi berkata, ”Nabi Muhammad kadang kala tertawa, sehingga tampak gigi gerahamnya.” Tertawa merupakan puncak kegembiraan, titik tertinggi keceriaan, dan ujung perasaan kesenangan.
      Nabi bersabda, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” Bahkan Nabi Sulaiman tertawa. ”Maka Sulaiman tertawa karena mendengarkan perkataan semut.”
      Al-Quran surah An-Naml (surah ke-27) ayat 19.

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

      “Maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".
      Salah satu nikmat Allah untuk penghuni surga ialah tertawa. “Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir.”
      Al-Quran surah Al-Mutaffifin (surah ke-83) ayat 34.

فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ
    
     “Maka pada hari ini, orang-orang beriman menertawakan orang-orang kafir.”
      Namun, jangan tertawa berlebihan, karena Nabi bersabda,“Jangan engkau banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hatimu.” Oleh karena itu, mari kita tertawa yang wajar saja.
      Jangan tertawa sinis dan penuh kesombongan, sebagaimana dilakukan orang-orang kafir. “Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat Kami, dengan serta merta mereka menertawakannya.”
      Al-Quran surah Az-Zukruf (surah ke-43) ayat 47.

فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِآيَاتِنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا يَضْحَكُونَ
    
       “Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka mentertawakannya.”
       Pada umumnya, semua orang senang wajah yang murah senyum, suka dengan muka yang selalu tampak ceria, karena hal itu adalah cermin kemurahan hati, kelapangan dada dan kedermawanan.
      Pada dasarnya, Islam dibangun berdasarkan prinsip keseimbangan, moderat dalam hal akidah, ibadah, budi pekerti, dan perilaku, serta pertengahan dalam bersikap. Islam tidak mengenal kemuraman yang menakutkan maupun tertawa lepas yang tidak beraturan.
      Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan penuh wibawa, ringan langkah yang terarah, serta menganjurkan perbuatan yang bermanfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
     Imam Gazali melontarkan humor, “Benda apakah yang paling tajam di dunia ini?” Muridnya menjawab degan berbagai jawaban, misalnya pisau, silet, pedang dan semacamnya. Imam Gazali menjawab, “Betul, semua benda yang kalian sebutkan itu tajam, tetapi ada yang lebih tajam dari itu semua, yaitu lidah manusia.”
       Abu Hurairah bertanya, “Wahai Rasul, apakah engkau pernah bersenda gurau? Nabi menjawab,” Benar, saya bersenda gurau, tetapi saya selalu berkata benar.”
      Nabi bergurau, “Naikkan barang-barangmu ke punggung anak unta di sebelah sana!” Sahabat bingung, “Ya Rasul, bagaimana anak unta mampu memikul beban berat? Nabi menjawab,”Saya tidak bilang anak unta itu kecil, karena semua unta pasti dilahirkan dari ibu unta.”
     Seorang wanita tua bertanya, “Ya Nabi, apakah wanita tua seperti saya layak masuk surga?” Nabi menjawab, “Maaf, Bu, di dalam surga tidak ada wanita tua”. Wanita itu menangis, lalu Nabi menjelaskan,” Semua orang yang masuk surga, akan menjadi muda lagi.” Wanita tua itu tersenyum ceria.
      Sungguh, manusia membutuhkan senyuman, memerlukan humor menghibur yang tidak menghina siapa pun dan tidak merendahkan apa pun. Semua orang senang dengan wajah yang selalu berseri-seri, hati yang lapang dalam menerima perbedaan, serta budi pekerti yang luhur, perilaku yang lembut, dan pembawaan yang tidak kasar.
     Jadi, janganlah kita bersedih. Mari kita lontarkan humor yang cedas, humor yang tidak menyinggung siapa pun, dan tidak menghina apa pun. Mari kita tersenyum. Ayo tertawa yang wajar, maka kehidupan akan terasa lebih indah, ceria, dan memesona. Semoga.
Daftar Pustaka
1.    Al-Qarni, Aidh. La Tahzan. Jangan Bersedih. Penerbit Qisthi Press. Jakarta 2007.
2.     Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).           Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
3.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
4.    Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
5.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
6.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
7.    Kisah Para Sahabat.
8.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
9.    Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment