Wednesday, June 27, 2018

914. MUBALIG

MUSH’AB BIN UMAIR
MUBALIG PERTAMA DI MADINAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Mush'ab bin Umair (lahir di Mekah tahun 585 Masehi dan mati sahid tahun 625 Masehi dalam Perang Uhud), ayahnya bernama Umair bin Hasim dan ibunya bernama Khunas binti Malik.
      Mush'ab bin Umair adalah keturunan bangsawan suku Quraisy termasuk “assabiqunal awwalun” (orang-orang yang terdahulu dan pertama masuk Islam) yang dijamin masuk surga selamanya.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 100.

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

     “Orang-orang yang terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam, di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”
      Mush’ab bin Umair adalah seorang pemuda yang tampan, cerdas, berasal dari keluarga kaya yang dihargai lingkungannya karena banyak memberikan solusi dalam masyarakat Quraisy dan disenangi banyak gadis. 
      Mush’ab bin Umair masuk Islam dan sering ikut pengajian Darul Arqam yang bertempat di rumah Arqam bin Abil Arqam yang tersembunyi, ketika Nabi Muhammad masih berdakwah secara rahasia.
      Ibunya sangat marah mengetahui keislaman Mush’ab bin Umair dan diinterogasi di depan para pemimpin Quraisy, tetapi Mush’ab bin Umair tetap kukuh memeluk Islam, lalu dia dikurung dalam rumah dan ibunya menghentikan bantuan keuangan kepada Mush’ab.
      Nabi Muhammad memerintahkan umat Islam hijrah ke Habasyah, Mush’ab bin Umair ikut hijrah ke Habasyah yang biasanya hidup mewah, setelah masuk Islam hidupnya terlunta-lunta di negeri orang yang jauh dari keluarga, tetapi dia amat menikmatinya karena keimanan telah tertanam dalam hatinya.
     Kemudian tersiar kabar pihak Quraisy mengurangi tekanan terhadap orang Islam, maka para pengungsi dari Habasyah pulang ke Mekah, termasuk  Mush’ab bin Umair menjumpai Nabi dan para sahabat.
      Nabi MUhamad menitikkan air mata melihat penampilan Mush’ab bin Umair yang berpakaian usang dengan baju tambalan yang sangat kontras dengan penampilan dahulu sebelum masuk Islam.
    Nabi bersabda,”Dahulu saya melihat Mush’ab bin Umair sangat dimanja orangtuanya, mendapatkan kesenangan dan kenikmatan luar biasa, tetapi semuanya ditinggallkan karena cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.”
         Pada musim haji zaman jahiliah, para musafir datang ke Mekah melaksanakan ibadah haji, dan Nabi berdakwah kepada Asad bin Zurarah (kepala suku Bani Najjar) yang menerima Islam dengan baik.
    Musim haji tahun berikutnya Nabi membaiat dua belas orang, lalu Asad bin Zurarah (kepala suku) memohon agar Nabi mengirimkan seorang juru dakwah ke Madinah, Nabi memilih Mush’ab bin Umair seorang pemuda yang cerdas, tampan, berbudi pekerti baik, berpengetahuan luas untuk melaksanakan tugas mulia sebagai mubalig pertama di Madinah.
      Selama berada di Madinah Mush’ab bin Umair menginap di rumah Asad bin Zurarah, mereka berdakwah kepada Bani Abdul-Asyhal dan Bani Zhafar ketika keduanya duduk di dekat sumur Maraq dengan beberapa orang yang telah masuk Islam berkumpul bersama mereka.
     Saad bin Muadz (kepala suku) menyuruh Usaid bin Hudair (pemimpin Bani Asyhal) mendatangi Mush’ab bin Umair dan Asad Zurarah dengan membawa tombak untuk mengusir mereka.
    Usaid bin Hudair berkata dengan wajah muram,”Apakah yang kamu bawa ke sini, apakah kalian akan menipu orang yang lemah di antara kami?” Mushab bin Umair berkata,”Silakan duduk agar engkau dapat mendengarkan apa yang kami sampaikan, jika engkau suka maka engkau dapat menerimanya.”
     Mushab bin Umair melanjutkan,”Jika engkau tidak suka, maka engkau tidak perlu menerima yang tidak engkau senangi.” “Engkau cukup adil,” jawa Usaid bin Hudair sambil menancapkan tombaknya ke tanah lalu duduk.
      Mushab bin Umair menjelaskan ajaran Islam dengan membacakan beberapa ayat Al-Quran, Mushab bin Umair berkata,”Demi Allah, aku dapat melihat rona Islam sebelum dia sempat berbicara, aku melihat keceriaan wajahnya dengan bibir bergerak komat-kamit.“
      Usaid bin Hudair berkata,“Alangkah bagus dan indahnya hal-hal yang engkau sampaikan.” “Apa yang kalian lakukan, jika ingin masuk agama ini?” lanjut Usaid. Keduanya menjawab,”Hendaknya engkau mandi, membersihkan pakaian, memberikan kesaksian, lalu salat dua rakaat.”
      Usaid bin Hudair beranjak mandi membersihkan bajunya dan berikrar dua kalimat syahadat. Setelah salat dua rakkat, Usaid bin Hudair Berkata,”Di belakang saya, ada seorang lelaki, jika dia mengikuti kalian, maka  seluruh kaumnya akan mengikutinya.”
      Usaid  bin Hudair mengambil tombaknya, mendatangi Saad bin Muadz (kepala suku) yang sedang berkumpul dengan kaumnya di balai pertemuan. Saad bin Muadz bertanya kepada Usaid,”Apakah yang telah engkau lakukan?” Usaid bin Hudair menjawab,”Aku berbicara dengan dua orang yang tidak memiliki kekuatan.”
      Usaid bin Hudair melanjutkan,”Aku sudah melarangnya, tetapi mereka beralasan bahwa kami akan melakukan yang kamu sukai karena aku pernah menuturkan Bani Haritsah akan membunuh Asad bin Zurarah, karena dia anak bibimu tampaknya mereka akan melanggar perjanjian.”
     Saad bin Muadz bangkit mengambil tombaknya dengan marah menghampiri Mushab bin Umair dan Asad bin Zurarah, tetapi keduanya tetap duduk tenang.  Saad bin Muadz berkata,”Demi Allah, wahai Abu Umamah, aku tidak menginginkan hal ini. Jika bukan karena hubungan keluarga, aku tidak senang engkau datang ke kampung kami membawa sesuatu yang tidak kami sukai”.
      Mushab bin Umair berkata,”Bagaimana apabila engkau duduk mendengarkan yang aku sampaikan. Jika engkau suka, maka engkau dapat menerimanya, tetapi jika engkau tidak suka, kami akan menjauhkan darimu apa yang tidak kamu senangi.” “Kamu cukup adil,” jawab Saad bin Muadz sambil menancapkan tombaknya lalu duduk.
       Mushab bin Umair menjelaskan ajaran Islam dengan membacakan beberapa ayat Al-Quran, Mushab bin Umair berkata,”Demi Allah, aku sudah dapat melihat raut Islam sebelum dia sempat berbicara, aku melihat keceriaan wajahnya dengan bibir yang bergerak-gerak.”
      Saad bin Muadz berkata,”Apakah yang kalian lakukan, jika masuk Islam? “Mushab bin Umair menjawab,“Hendaknya engkau mandi, membersihkan pakaian, memberikan kesaksian, lalu salat dua rakaat.”
      Saad bin Muadz segera mandi, membersihkan pakaiannya, dan berikrar  dua kalimat syahadat”. Saad bin Muadz mengambil tombaknya dan kembali ke balai pertemuan.
      Saad bin Muadz berdiri dihadapan kaumnya,”Wahai Bani Abdil Asyal, apakah yang kalian ketahui tentang aku?” Mereka menjawab,” Engkau pemimpin kami, orang yang paling jitu pendapatnya dan nasihatnya pasti kami ikuti.”
      Saad bin Muadz berkata,”Siapa pun kalian, pria dan wanita tidak boleh berbicara denganku, sebelum beriman kepada Allah dan Rasul-NYa.” Hari itu semuanya sudah masuk Islam hanya tinggal seorang yang belum masuk Islam yaitu Al-Ushairin.
      Sebelum datang musim haji tahun ke-13 kenabian, Mushab bin Umair kembali ke Mekah melaporkan kepada Nabi Muhammad keberhasilam dakwahnya di Madinah, pemeluk Islam Madinah siap melindungi umat Islam Mekah, dan siap menerima kedatangan umat Islam Mekah di Madinah.
          Ketika Nabi Muhammad berumur 56 tahun terjadi Perang Uhud, Al-Ushairin masuk Islam  langsung ikut berperang dan mati syahid, padahal dia belum pernah melakukan salat. Nabi bersabda,”Al-Ushairin mengerjakan hal yang sedikit, tetapi mendapatkan pahala yang melimpah.” Mushab bin Umair juga mati syahid dalam Perang Uhud.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
6. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
7. Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment