TIRAKAT
PUASA PUTIH
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. PUASA
MUTIH.
2. Oleh Dahlan
Iskan
3. Saya
lupa kapan pertama menulis tentang Corona.
4. Yang
saya tidak lupa: ada pembaca yang sampai protes --kok topiknya Corona terus.
5. Waktu
itu dikira Corona itu hanya urusan Tiongkok.
6. Padahal
saya ingin memberi sinyal agar kita siap-siap lebih awal.
7. Belakangan
saya terus menulis tentang Corona.
8. Tidak
ada lagi yang keberatan.
9. Dari
semua komentar yang saya baca --termasuk komentar yang pesimistis belum tentu
saya membacanya-- tidak ada yang mengeluh.
10. Meski
begitu ada baiknya diselingi juga yang tentang bukan Corona.
11. Seperti yang hari ini:
12. Saya
selalu kagum dengannya.
13. Sejak
ia masih menjadi cleaning service.
14. Badannya
tinggi, 172 cm, pendiam, selalu nurut, tidak pernah mengeluh, disuruh apa saja
dilaksanakan.
15. Ialah
contoh seorang cleaning service yang akhirnya bisa jadi general manajer
perusahaan office building.
16. Namanya
Aminarto.
17. "Saya
minta pensiun dini tapi tidak boleh," ujarnya.
18. Saya
masih sering bertemu Aminarto meski saya tidak lagi bos di grup perusahaan
tempatnya bekerja.
19. Ia
rajin ikut senam dansa bersama saya.
20. Sampai
sekarang.
21. Setiap
pagi --kecuali Senin.
22. Meski
sudah berjabatan general manager ia bersikap masih seperti jadi pesuruh dulu:
ia yang membawa pengeras suara ke arena senam.
23. Ia
yang melayani para senior di grup itu.
24. Tapi
badannya tidak kurus lagi.
25. Sudah
hampir 90 kg.
26. Hanya
karena tinggi ia tidak terlihat tambun.
27. Tiba-tiba
Aminarto tidak terlihat di area senam.
28. Demikian
juga istrinya - -yang selalu pakai jilbab.
29. Tidak
ada yang tahu ke mana suami-istri itu.
30. Pun
ketika grup kami ingin memecahkan rekor: memutar semua lagu yang kami punya.
31. Kami
ingin tahu: kami harus senam berapa lama kalau semua lagu diputar.
32. Aminarto
tidak kelihatan.
33. Kami
sudah umumkan, siapa pun boleh berhenti senam di tengah jalan.
34. Jangan
ada yang merasa malu.
35. Hanya
yang benar-benar kuat yang boleh senam-dansa sampai semua lagu habis diputar.
36. Di
antara 60-an anggota ternyata hampir separo yang kuat sampai akhir --saya
termasuk di dalamnya.
37. Total
waktunya ternyata 3 jam lebih. Nonstop.
38. Minggu
depannya barulah Aminarto muncul.
39. Kurus
sekali.
40. Seperti
habis sakit.
41. "Berat
badan saya turun 17 kg," ujarnya.
42. "Sakit
apa?" tanya saya.
43. "Tidak
sakit," jawabnya.
44. Ia pun
melirik istrinya.
45. Seperti
minta agar istrinya saja yang menjawab.
46. "Kami
habis nglakoni," ujar sang istri.
47. Sebagai
orang Jawa saya pun segera tahu: apa itu nglakoni.
48. Pasangan
ini baru saja menjalani hidup tirakat cara Jawa.
49. Tapi
tirakat jenis apa? Puasa mutih? Ngrowot? Mendem? Atau apa?
50. "Kami
baru selesai menjalani puasa mutih," katanyi.
51. "Berapa
lama?" tanya saya.
52. "40
hari," jawabnyi.
53. Ups...
Makanya lama tidak terlihat.
54. Ups...
Makanya kurus sekali.
55. Berarti
selama 40 hari Aminarto dan suami tidak makan apa pun kecuali nasi putih atau
ketela pohon.
56. Tanpa lauk. Tanpa rasa. Tanpa apa pun.
57. "Kami
pilih yang hanya makan singkong," ujar Aminarto.
58. Itu
pun tidak boleh digoreng atau dibakar. Hanya boleh dikukus.
59. Seberapa
banyak singkong yang mereka makan setiap hari?
60. “Sehari
2 potong," katanya.
61. Mula-mula
bisa 4 potong.
62. Tapi
setelah beberapa hari tidak bisa lagi sebanyak itu. Tenggorokannya tidak bisa lagi dilalui banyak
singkong.
63. Dua
minggu terakhir hanya bisa makan dua potong itu.
64. Tapi
boleh banyak minum.
65. Hanya
saja hanya boleh minum air putih.
66. Tidak
ada batas.
67. "Awalnya saya bisa minum hampir dua
liter," ujar Aminarto. Lama-lama kemampuan itu berkurang sendiri.
68. "Akhirnya tidak kuat lagi banyak
minum," tambahnya.
69. Dua
minggu terakhir ia hanya bisa minum sedikit-sedikit.
70. Total
sehari sekitar setengah liter.
71. "Lebih
dari itu seperti ada penolakan dari dalam," katanya.
72. Sepuluh
hari pertama Aminarto dan istri masih bisa ikut senam.
73. Masih
bisa 1 jam penuh nonstop.
74. Mereka
tidak pernah bercerita kalau lagi nglakoni mutih.
75. Lalu
menghilang itu.
76. "Saya tidak kuat lagi.
77. Saya
ganti jalan pelan. Tiap pagi. Di sekitar rumah saja," katanya.
78. Sampai
hari ke-40 ia masih tetap bisa mengerjakan pekerjaan rutin di rumah.
79. Juga
masih bisa membantu istrinya di bisnis spa.
80. Selama
nglakoni itu tiap malam Aminarto juga harus menjalani ritual khusus: mandi
tengah malam.
81. Dimulai
dengan mandi seperti biasa.
82. Pakai
sabun. Setelah itu diteruskan dengan cara mengucurkan air tepat di atas
ubun-ubun.
83. Sebanyak
100 gayung.
84. Mengucurkannya
juga harus pelan-pelan.
85. Sambil
terus menenangkan jiwa.
86. Kadang
ia lupa hitungan: sudah berapa gayung.
87. Untuk
itu ia harus memulai lagi dari hitungan pertama.
88. Aminarto
lahir di Blitar, Jatim.
89. Demikian
juga istrinya.
90. Ia
punya kerabat yang sering menjalani tirakat secara Jawa seperti itu.
91. Termasuk
dikubur di kuburan selama 3 hari --puasa pendem.
92. Kerabat
itu juga tidak memikirkan duniawi.
93. Ia
lebih suka berkelana.
94. Sampai
Aminarto tidak pernah lagi bertemu dengannya.
95. Suatu
saat ada rombongan kecil dari Sumatera.
96. Mereka
disuruh guru spiritual untuk mencari seorang mursyid di Jatim.
97. Tanda-tandanya:
mursyid itu pernah merelakan apa pun hilang darinya.
98. Termasuk
istrinya.
99. Semua
tanda itu mengarah ke kerabat Aminarto tersebut.
100. Termasuk
saat si kerabat punya istri dan anak kecil.
101. Teman
SMA si kerabat pernah jatuh cinta ke istri kerabat itu.
102. Lalu
sang istri diminta.
103. Diberikan.
104. Sejak
itu si kerabat tidak kawin lagi.
105. Anak
kecil itu pun dirawat familinya.
106. Ia
sendiri lebih banyak berkelana.
107. "Akhirnya
kami tahu kerabat kami itu punya banyak pengikut.
108. Kami
pun akhirnya ikut nglakoni seperti yang dianjurkannya," ujar Aminarto.
109. Termasuk
puasa mutih tadi.
110. Saya
pun baru tahu sekarang ini: mengapa ia dulu menjadi tenaga cleaning service di
kantor kami.
111. Saat
melamar menjadi cleaning service dulu ternyata sebenarnya ia sudah di semester
akhir.
112. Di
IKIP Negeri Surabaya. Jurusan pendidikan elektro.
113. Tidak
ada di antara kami yang tahu itu. Ia juga tidak pernah bercerita.
114. Ia
hanya mencantumkan lulusan STM di Blitar.
115. Setelah
lulus kuliah Aminarto melamar menjadi pegawai negeri. Guru. Diterima.
116. Dengan
penugasan pertama menjadi guru STM di Lampung.
117. Ia pun
ke Blitar.
118. Ingin
pamit ke ibunya. Sang ibu lagi sakit.
119. Lalu minta sang anak untuk tetap di
pekerjaannya di Surabaya.
120. Aminarto
pun tetap menjadi cleaning service.
121. Sering
disuruh wartawan membeli nasi bungkus.
122. Setiap
kali ada wartawan tiba di kantor setiap itu pula ada permintaan yang berbeda.
123. Semua
ia laksanakan tanpa keluhan.
124. Lama-lama
Aminarto diminta membersihkan komputer. Atau membetulkan kabel.
125. Kok
bisa semua. Akhirnya jadi teknisi di ruang redaksi.
126. Urusan
modem, transmisi, transfer berita, dan banyak lagi menjadi pekerjaannya.
127. Dan
akhirnya menjadi general manager di office building ketika kami membangun
gedung perkantoran.
128. Aminarto
memilih pensiun di umur 50 tahun.
129. Ia
ingin membantu istrinya yang membuka spa di Surabaya.
130. Sambil
tiap hari ikut senam bersama saya.
131. Berbagai
jenis laku tirakat Jawa sebenarnya sudah sering saya dengar.
132. Sejak
kecil. Sejak masih di Magetan dulu.
133. Tapi
justru baru di tahun 2020 ini saya menyaksikan sendiri, dilakukan oleh teman
senam saya sendiri.
134. Saya
pun ingat ajaran Jawa lainnya. Yang khusus untuk dilakoni (dijalankan) di musim
virus seperti ini.
135. Namanya:
Kidhung Luput Bilahi. Dibaca tengah malam. Setelah mandi 100 gayung itu.
Setelah puasa mutih 40 hari itu.
136. Itu
bisa juga disebut Kidhung Luput Kolo Bendhu.
137. Tapi
siapa yang masih hafal bait-baitnya?
(Sumber: internet Dahlan lskan)
0 comments:
Post a Comment