IBNU SINA HADAPI ORANG BODOH DENGAN DIAM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Terus dibulli sejak
menjabat.
Anies Baswedan (AB)
tidak mudah terpancing emosi.
Untuk membalas
bullian.
Malah, AB terlihat
banyak diam.
Mengapa?
Ternyata AB mengambil
teladan Ibnu Sina.
Dalam sebuah kisah
yang beredar di media social.
AB percaya, bahwa untuk melawan bullian.
Atau melawan orang
bodoh.
Caranya tidak larut
dalam debat dengannya.
Justru harus melawan
orang bodoh.
Dengan diam.
Kisah ini belum bisa
dikonfirmasi kebenarannya.
Tapi dapat menjadi
inspirasi bagi kita.
Tentang cara bersikap di era saling bulli.
Di media sosial.
Sambil mencari
hikmahnya.
Pak Anies Baswedan
bercerita tentang perlunya diam.
Pada saat menghadapi orang
bodoh.
Tujuan mulia harus
dengan cara mulia!
Sebelum memulai cerita.
Seperti biasanya.
AB menyeruput kopi
susu kesukaannya.
Lalu pak Anies
Baswedan bertanya.
Tahukah kalian.
Siapa Ibnu Sina?
Pada tahun 980 sampai
1037 Masehi.
Ada orang mumpuni
bernama Ibnu Sina.
Seorang filsuf,
penulis, ahli obat dan pengobatan.
Juga ilmuwan handal.
Adapun karyanya yang
tersohor.
Yaitu al-Qanun fi at-Tibb.
Tentang ilmu obat dan
pengobatan.
Pada suatu hari.
Ibnu Sina melakukan
perjalanan.
Dengan kuda
kesayangannya.
Pada suatu tempat yang
nyaman.
Dia berhenti
beristirahat.
Kuda diikat di tempat teduh.
Diberi makan jerami dicampur
rumput pilihan.
Ibnu Sina tahu sifat binatang.
Tidak boleh dimusuhi.
Dan tak boleh disiksa.
Harus disayang karena
membantu manusia.
Ibnu Sina duduk di tempat lebih teduh.
Tak jauh dari kuda.
Sambil menikmati bekal
yang dibawanya.
Tiba-tiba datang
seseorang menunggang keledai.
Ia turun dan mengikat
keledainya.
Berdekatan dengan kuda.
Milik Ibnu Sina.
Dengan maksud.
Agar keledainya.
Bisa ikut makan jerami.
Dan rumput pilihan.
Dan orang itu pun
duduk.
Dekat dengan Ibnu Sina
berada.
Orang itu ikut duduk.
Dan ikut makan.
Ibnu
Sina mengingatkan,
“Keledaimu
jauhkan dari kudaku.
Agar
tidak dislentak (ditendang).”
Orang yang diajak
bicara itu tersenyum.
Sambil menoleh melihat
kuda dan keledainya.
Tiba-tiba: “plak”.
Si keledai ditendang
kuda.
Hingga terluka cidera.
Pemilik keledai
marah-marah kepada Ibnu Sina.
Dan minta tanggung
jawabnya.
Tapi Ibnu Sina
diam saja.
Kemudian si pemilik
keledai mendatangi hakim.
Dan minta agar Ibnu Sina membayar atas luka.
Cidera keledainya.
Saat ditanya oleh
hakim pun.
Ibnu Sina terdiam.
Hakim kemudian berkata
kepada orang yang mengadu,
“Apakah dia bisu…..?”
Orang itu menjawab,
“Tidak, tadi dia
bicara padaku.”
Hakim bertanya lagi,
“Apa yang dia katakan...?”
Orang itu kembali
menjawab,
“Jangan dekatkan
keledaimu nanti ditendang kudaku.”
Setelah mendengar
jawaban itu.
Sang Hakim tersenyum.
Dan berkata kepada
Ibnu Sina,
“Anda ternyata pintar.
Cukup diam dan
kebenaran terungkap.”
Tidak ada cara lain.
Untuk menghadapi orang
bodoh.
Cara efektif
menghadapi orang bodoh.
Yaitu dengan diam.
Sambil tersenyum Ibnu
Sina berkata kepada Hakim,
“Cara untuk menghadapi
orang bodoh.
Yaitu dengan diam.”
Dan kebenaran akan
menunjukkan jalannya sendiri.
Itu alasannya.
Kenapa saya memilih
diam.
(Sumber: fb)
0 comments:
Post a Comment