MANUSIA TAK PUNYA HAK MENENTUKAN HALAL HARAM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Dasar penentuan halal dan haram dalam Islam:
1)
Asalnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah hukumnya halal
dan mubah (boleh).
2)
Yang berhak menentukan halal dan haram hanya Allah semata.
Islam memberi batas wewenang untuk menentukan halal dan haram.
Yaitu dengan melepaskan hak itu dari manusia.
Artinya manusia tidak berhak menentukan halal dan haram.
Betapapun tingginya kedudukan manusia dalam bidang agama dan
dunianya.
Manusia tidak punya hak menentukan halal dan haram.
Hak untuk menentukan halal dan haram hanya milik Allah saja.
Sikap mengakui ada pihak lain yang bisa menentukan halal dan
haram selain Allah.
Termasuk perbuatan syirik (menyekutukan Allah).
Sikap mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.
Termasuk perbuatan syirik
(menyekutukan Allah).
Rasulullah bersabda,
”Aku diutus oleh Allah dengan membawa suatu agama yang toleran.”
Islam adalah agama yang teguh dalam akidah tauhid.
Tetapi toleran dalam hal pekerjaan dan aturan.
Allah berfirman dalam hadis qudsi,
“Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dengan sikap lurus.
Tetapi datang setan membelokkan mereka dari agamanya.
Dengan mengharamkan sesuatu yang Aku halalkan.
Dan menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak memberi
keterangan kepadanya."
Mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan yang haram.
Bisa disamakan dengan syirik (menyekutukan Allah).
Al-Quran menentang sikap kaum musyrik Arab.
Yang berani mengharamkan makanan dan hewan yang baik.
Padahal Allah tidak mengizinkannya.
Misalnya, mereka mengharamkan:
1)
Bahirah.
Unta betina yang sudah melahirkan anak ke-5.
2)
Saibah.
Unta betina yang dinazarkan untuk berhala.
3)
Washilah.
Kambing telah beranak 7.
4)
Ham.
Unta jantan membuntingi 10 kali.
Kaum Arab Jahiliah beranggapan.
Bahwa unta betina beranak 5 kali.
Dengan anak ke-5 jantan.
Unta itu telinganya dibelah.
Dan tidak boleh ditunggangi.
Unta itu khusus buat berhala.
Tidak disembelih.
Tidak dibebani muatan.
Diberi nama Bahirah (unta yang dibelah telinganya).
Jika orang datang dari bepergian atau sembuh dari sakit.
Dia memberi tanda kepada untanya.
Seperti yang diperbuat terhadap Bahirah.
Dan diberi nama Saibah.
Jika ada kambing melahirkan anak betina.
Maka anak kambing itu khusus untuk berhalanya.
Dan tidak disembelih.
Kambing itu disebut Washilah.
Jika ada hewan membuntingi anak-anaknya.
Maka hewan itu tidak ditunggangi.
Tidak dibebani muatan.
Dan disebut Haami.
Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 103.
مَا جَعَلَ اللَّهُ مِنْ بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا
وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ ۙ وَلَٰكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ
الْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Allah sekali-kali tidak pernah
mensyariatkan adanya Bahirah, Saibah, Washilah dan Haam, tetapi orang kafir
membuat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.
Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 104.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ
وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ
أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang
diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah
untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan
apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?
Al-Quran surah Al-An’am (surah ke-6) ayat 143-144.
ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ ۖ مِنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْمَعْزِ
اثْنَيْنِ ۗ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ
عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ ۖ نَبِّئُونِي بِعِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ
وَمِنَ الْإِبِلِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْبَقَرِ اثْنَيْنِ ۗ قُلْ
آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ
أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ ۖ أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ وَصَّاكُمُ اللَّهُ
بِهَٰذَا ۚ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ
النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
(Yaitu) 8 hewan
berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari kambing. Katakan:
"Apakah 2 yang jantan yang diharamkan Allah atau 2 yang betina, atau yang
ada dalam kandungan 2 betinanya?" Terangkan kepadaku dengan berdasar
pengetahuan jika kamu memang orang benar, dan sepasang dari unta dan sepasang dari
lembu. Katakan: "Apakah 2 yang jantan yang diharamkan atau 2 betina, atau
yang ada dalam kandungan 2 betinanya. Apakah kamu menyaksikan waktu Allah
menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
membuat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?"
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang zalim.
Ayat Al-Quran di atas mengajak diskusi mendetail dengan gaya
bahasa menarik.
Terhadap prasangka yang mengharamkan beberapa hewan.
Seperti: unta, sapi, kambing biri-biri dan kambing kacangan.
Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 32.
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ
وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ
لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Katakan: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah
yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakan: "Semuanya itu (disediakan)
bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja)
di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang
yang mengetahui.
Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 33.
قُلْ
إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ
يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Katakan: "Tuhanku
hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang
tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,
(mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan
hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang
tidak kamu ketahui".
Seluruh diskusi adat pada surah-surah Makiyah (diturunkan di
Mekah).
Untuk mengkukuhkan akidah tauhid dan ketentuan di akhirat kelak.
Masalah halal dan haram dalam pandangan Al-Quran, bukan termasuk
furu (cabang atau bagian).
Tetapi termasuk ushul (pokok dan kulli).
Di Madinah muncul beberapa umat Islam cenderung berbuat
keterlaluan.
Dengan melebihkan dan mengharamkan dirinya dalam hal yang baik.
Sehingga Allah menurunkan ayat-ayat muhkamah (hukum).
Untuk menegakkan batas ketentuan Allah.
Dan mengembalikan ke jalan lurus.
Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 87.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ
اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang
baik yang telah Allah halalkan bagimu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang melampaui batas.
Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 88.
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya.
Daftar Pustaka.
1. Qardhawi, Syekh
Muhammad Yusuf Qardhawi. Halal dan Haram dalam Islam. Alih bahasa: H. Mu'ammal
Hamidy. Penerbit: PT. Bina Ilmu, 1993
2. Al-Quran Digital,
Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment