Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label CERITA KOH STEVEN MASUK ISLAM. Show all posts
Showing posts with label CERITA KOH STEVEN MASUK ISLAM. Show all posts

Sunday, August 1, 2021

10689. CERITA KOH STEVEN MASUK ISLAM

 





CERITA KOH STEVEN MASUK ISLAM

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

Begini Kisah Hijrah Steven Indra Wibowo Temukan Islam

 

Selalu ada kisah di balik datangnya hidayah bagi seorang muallaf.

 

Termasuk mualaf yang satu ini.

 

Namanya Steven Indra Widjaja.

 

Siapa sangka, seorang yang sebelumnya begitu membenci justru terbalik menjadi mencintai.

 

 

Awalnya begitu benci terhadap Islam.

 

Tapi sekarang justru menjadi salah satu ujung tombak dakwah Islam.

 

Kepada gomuslim, Steven bercerita bahwa awal mengenal Islam.

 

Karena alasan sederhana.

 

 

Dia mengatakan pengalaman 17 tahun lalu saat memutuskan menjadi muallaf.

 

Karena rasa ingin tahu.

 

 

“Ya awalnya iseng.

 Iseng pengetahuan tentang Islam.

 

Akhirnya saya jatuh cinta setelah tahu lebih banyak tentang Islam,” ujar pria kelahiran Jakarta 14 Juli 1981.

 

 

“Memang begitu. Saya ingin tahu lebih, curiousity,” tegas Steven.

 

Ia mengaku, perjalanannya memeluk Islam tidak mudah.

 

Seperti muallaf lainnya.

 

Steven pernah mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari orang terdekatnya.

 

Termasuk keluarga dan temannya sendiri.

 

 

“Tantangan yang saya hadapi sama dan standar seperti dialami mualaf di Indonesia.

 

Yang ditolak keluarga sampai di usir.

 

Dan beberapa di antaranya.

 

Sampai mendapat kekerasan dari keluarganya.

 

 

Sama seperti saya alami.

 

Tapi saya tidak menyesalinya.

 

Karena ini sudah hidup yang memang ditakdirkan untuk saya,” kata Steven.

 

 

Sebelum memeluk Islam.

 

Steven bercerita sejak kecil kedua orang tuanya sudah menyemai benih kebencian terhadap Islam padanya.

 

 

 Di usianya yang baru menginjak tahun ke-5.

 

Steven mulai banyak berbuat onar.

 

 

 Ia sengaja menyimpan tulang babi di atas makanan pembantunya yang beragama Islam.

 

Tak hanya itu.

 

Steven kecil ingin menaruh sesuatu di atas kepala orang muslim yang sujud sewaktu salat.

 

Bahkan menendangnya.

 

 

 “Saya dulu benci banget sama Islam.

 

 Ya, pokoknya benci saja melihat orang Islam.

 

Itu yang ada di kepala saya waktu itu.

Pokoknya saya jahat banget,” kenang Steven.

 

 

Singkat cerita, suatu hari Steven mendatangi salah satu toko buku di Jakarta.

 

 

Ia menemukan buku karangan Imam Ghazali tentang hadis dan riwayatnya.

 

 

Buku yang mengulas hadis dan sejarah iwayatnya menarik perhatian Steven.

Ternyata banyak referensi dan penjelasan hadis diriwayatkan Bukhari dan Muslim.

 

 

Awal dari sini Steven mulai mengetahui hadis yang selama ini dipelajarinya di Saint Michael’s College.

 

Ternyata tidak diakui umat Islam sendiri.

 

 

Hadis yang dipelajarinya ternyata palsu.

 

 

Dari sana kemudian Steven mulai mencari hadis sahih.

 

 

Keinginan Steven untuk mempelajari ajaran Islam tak hanya sampai di situ.

 

 

Di sela-sela tugasnya sebagai seorang penganut Katolik.

 

Diam-diam Steven mulai mempelajari gerakan salat.

 

 

Kegiatan mengamati orang salat ia lakukan selepas menjalankan ritual ibadah Minggu di gereja Katedral, Jakarta.

 

 

Tak ada yang tahu kegiatannya itu, kecuali seorang adik prianya.

 

 

Namun, sang adik diam saja atas perilakunya itu.

 

“Ketika waktu salat Zuhur datang dan azan berkumandang dari Masjid Istiqlal.

 

Kalung salib saya masukkan ke dalam baju, sepatu saya lepas dan titipkan.

Kemudian, saya pinjam sandal tukang sapu kebun di Katedral.

 

 

Setelah habis salat, saya balik lagi mengenakan kalung salib.

 

Dan kembali ke Katedral,” papar lulusan Fakultas Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung.

 

 

Aktivitasnya di mata sang adik itu, ia lakoni 2 bulan.

 

 

Dan, berkat kerja sama sang adik, tindakan yang ia lakukan tidak sampai ketahuan oleh ayahnya.

 

 

Dari situ, lanjut Steven, ia baru sebatas mengetahui orang Islam itu salat 4 rakaat.

 

 

Dan selama salat diam semua.

 

 

Tahap berikutnya Steven mulai belajar salat Magrib.

 

Di sebuah masjid di daerah Muara Karang, Jakarta Utara.

Ketika itu, ia beserta keluarganya tinggal di wilayah itu.

 

 

“Dari situ, saya mulai tahu ternyata ada juga salat yang bacaannya keras.

 

 

Kemudian, saya mulai mempelajari salat apa saja yang bacaannya dikeraskan dan tidak,” tutur Steven.

 

 

Usai belajar salat Zuhur dan Magrib, ia melanjutkan ke salat Isya, Subuh, lalu Asar.

Kesemua gerakan dan bacaan salat 5 waktu ia pelajari dengan mengikuti apa yang dilakukan jamaah salat.

 

 

Sampai cara berwudu, menurut penuturannya.

 

Dia pelajari dan hafal dengan menirukan apa yang dilakukan oleh para jamaah salat.

 

 

Steven heran ada satu sistem komando dalam Islam.

 

Yang bisa menggerakkan serentak umat Islam.

 

 

Rupanya, hal itu adalah takbir dalam salat.

 

 

"Satu kali takbir, semua takbir.

 

Takbir lagi, rukuk semua, takbir lagi, sujud semua.

 

Itu satu komando yang lintas gender, lintas generasi, lintas social.

 

Mau tukang sapu atau direktur sama aja.

 

Tak ada yang memisahkan.

 

 

 Itu satu hal yang fantastik.

 

Benar, saya dulu pengin tahu, kenapa bisa kaya gitu," tutur dia.

 

 

Dalam keyakinan sebelumnya.

 

Belum ada sistem komando yang bisa menggerakkan 100 persen jemaatnya.

"Ada yang tak bisa ngajak orang sekaligus berdiri semuanya, 100 persen.

 

 

Masih ada yang nyantai, leyeh-leyeh, ngobrol malahan," kata dia.

 

 

Setelah mempelajari lebih dalam, dia mendapati aturan dalam Islam sangat jelas.

 

Mengatur kehidupan manusia hingga detail, dari A sampai Z.

 

Bahkan, dia juga mendapati Islam mengatur kehidupan setelah mati.

 

"Sama keteraturan dalam hidup, fikih, semua diatur.

 

Mau makan diatur, makan pakai tangan kanan.

 

Ini keteraturan yang dibuat hukum dalam Islam.

 

Masuk WC kaki kiri, keluar WC kaki kanan.

 

Hal simpel ini semua diatur dalam Islam.

 

Islam mengatur seluruh manusia A-Z, sampai sudah mati pun diatur.

 

Kita tahu amalan jariyah, ilmu bermanfaat, doa anak saleh, ini nggak putus-putus (pahalanya) setelah mati," tutur Steven.

 

 

Setelah merasa mantap, Steven memutuskan untuk masuk Islam.

 

 

Dibantu teman bisnisnya bernama Harry, di Serang, Banten.

 

 

Dihadapan Harry dan 4 orang temannya berikut salah seorang Ustad, Steven mengucapkan 2 kalimat syahadat.

 

 

Kemudian Steven memakai nama Indra Wibowo ash-Shiddiqi.

 

 

Peristiwa itu terjadi sebelum datangnya Ramadan di tahun 2000.

 

Ujian berat pun tak luput dialami Steven setelah menjadi muallaf.

 

Ia mengaku berjuang keras untuk tetap menjalani hidup dan mempertahankan keyakinan.

 

 “Alhamdulillah butuh perjuangan, mulai dari OB, tukang kuli panggul, kernet truck pasir, pembantu pembawa belanja dipasar, sales,” ungkap Sekretaris I Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) ini.

 

 

Pelan tapi pasti, kehidupan Steven lambat laun semakin baik.

 

 

Bahkan, saat ini Steven telah menjadi Kepala Departemen perusahaan riset internasional yang ada di Indonesia.

 

Tak hanya itu, pada tahun 2003, dia mulai membangun jaringan mualaf di Yahoo groups.

 

 

Kemudian pada 2004, Steven mulai dengan website agar lebih luas berkomunikasi di www.mualaf.com.

 

 

Atau dikenal dengan Muallaf Center Indonesia (MCI).

 

 

“Seiring berjalannya waktu, maka mualaf center mulai menerima syahadat yang awalnya syahadat di referensikan ke masjid terdekat.

 

 

Sampai sekarang, mualaf sepanjang 2016 berjumlah 2.854 orang.

 

 

Selama separuh dekade ini kami diizinkan Allah menuntun lebih dari 10 ribu orang bersyahadat,” ujar Direktur Operasional Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga) ini.

 

Steven menjelaskan MCI punya banyak misi dakwah di pedalaman.

 

 

Menurutnya selama ini MCI lebih focus mengembalikan kawasan pemurtadan menjadi kawasan muslim.

 

 

“Alhamdlillah salah satu kawasan ada lebih dari 400 kepala keluarga kembali menjadi muslim di sepanjang 2015-2016,” ucapnya

 

 

Terkait isu-isu hangat yang saat ini terjadi.

 

Steven tetap berkeyakinan Islam akan tetap kokoh meski ditempa berbagai ujian.

 

 

“Allah akan menjaga Din ini, Allah akan menjaga Islam di hati hamba hambaNya.

 

Serusak apa pun kafir membuat makar, Allah tetap akan menjaga Islam,” ujarnya.

 

 

Saat ini, Steven bekerja di sebuah perusahaan riset global.

 

Yang memiliki cabang lebih di 100 negara dengan kantor 400 lebih.

 

 

Dia menjabat sebagai Department Head di perusahaan yang berlokasi di Jakarta Selatan.

 

 

“Alhamdulillah saya sudah 3 tahun lebih di sini,” imbuhnya.

 

(Sumber: detiknews)